#SELAMAT MALAM PARA KAUM MUSLIMIN MUSLIMAT#
(Menyimak info sekitar Masjid Istiqlal Jakarta dari hasil wisata religi
penulis blog bersama keluarga dan dari hasil olah info situs-situs Islami
khsusnya wikipedia Ind.)
___________________________________________________________________
__________________
Kata Pengantar
__________________
Ada sajadah panjang terbentang
dari tepi buaian
sampai ke tepi kuburan hamba
kuburan hamba bila mati
Ada sajadah panjang terbentang
hamba tunduk dan sujud
diatas sajadah yang panjang ini
diselingi sekedar interupsi
Mencari rezeki mencari ilmu
mengukur jalanan seharian
begitu terdengar suara azan
kembali tersungkur hamba...
Maka tersungkur, bersujud atapun sholatlah hamba bersama keluarga
di Masjid yang secara umum disebut "Masjid Istiqlal Jakarta". Masjid
yang menurut ceritanya adalah masjid terbesar se Asia Tenggara.
Dan tentunya sholat itu dilaksanakan setelah azan Sholat Zuhur itu
di kumandangkan.
Postingan ini berisi info sekitar "Masjid Istiqlal Jakarta".
Selamat menyimak....!
__________________________________
Sekilas Masjid Istiqlal Jakarta
__________________________________
Masjid Istiqlal adalah masjid negara Republik Indonesia yang terletak
di pusat ibukota Jakarta. Masjid Istiqlal merupakan masjid terbesar di
Asia Tenggara.
Pembangunan masjid ini diprakarsai oleh Presiden Republik Indonesia saat itu,
Ir. Soekarno di mana pemancangan batu pertama, sebagai tanda dimulainya
pembangunan Masjid Istiqlal dilakukan oleh Ir. Soekarno pada tanggal
24 Agustus 1951. Arsitek Masjid Istiqlal adalah Frederich Silaban,
seorang Kristen Protestan.
Lokasi kompleks masjid ini berada di bekas Taman Wilhelmina, di timur
laut lapangan Medan Merdeka yang ditengahnya berdiri Monumen Nasional
(Monas). Di seberang timur masjid ini berdiri Gereja Katedral Jakarta.
Bangunan utama masjid ini terdiri dari lima lantai dan satu lantai dasar.
Masjid ini memiliki gaya arsitektur modern dengan dinding dan lantai
berlapis marmer, dihiasi ornamen geometrik dari baja antikarat.
Bangunan utama masjid dimahkotai satu kubah besar berdiameter 45 meter
yang ditopang 12 tiang besar. Menara tunggal setinggi total 96,66 meter
menjulang di sudut selatan selasar masjid. Masjid ini mampu menampung
lebih dari dua ratus ribu jamaah.
Selain digunakan sebagai aktivitas ibadah umat Islam, masjid ini juga
digunakan sebagai kantor berbagai organisasi Islam di Indonesia,
aktivitas sosial, dan kegiatan umum. Masjid ini juga menjadi salah
satu daya tarik wisata yang terkenal di Jakarta. Kebanyakan wisatawan
yang berkunjung umumnya wisatawan domestik, dan sebagian wisatawan
asing yang beragama Islam. Masyarakat non-Muslim juga dapat berkunjung
ke masjid ini setelah sebelumnya mendapat pembekalan informasi mengenai
Islam dan Masjid Istiqlal, meskipun demikian bagian yang boleh
dikunjungi kaum non-Muslim terbatas dan harus didampingi pemandu.
Pada tiap hari besar Islam seperti Ramadhan, Idul Fitri, Idul Adha,
Tahun Baru Hijriyah, Maulid Nabi Muhammad dan Isra dan Mi'raj,
Presiden Republik Indonesia selalu mengadakan kegiatan keagamaan di
masjid ini yang disiarkan secara langsung melalui televisi nasional
(TVRI) dan sebagian televisi swasta.
__________________________________________________________
Kisah ide pembangunan Masjid Istiqlal Jakarta setelah Merdeka
__________________________________________________________
* Hal Proyek pembangunan Masjid Istiqlal
Setelah perang kemerdekaan Indonesia, mulai berkembang gagasan besar untuk
mendirikan masjid nasional. Ide pembangunan masjid tercetus setelah empat
tahun proklamasi kemerdekaan.
Gagasan pembangunan masjid kenegaraan ini sejalan dengan tradisi bangsa
Indonesia yang sejak zaman kerajaan purba pernah membangun bangunan
monumental keagamaan yang melambangkan kejayaan negara.
Misalnya pada zaman kerajaan Hindu-Buddha bangsa Indonesia telah berjaya
membangun candi Borobudur dan Prambanan. Karena itulah di masa kemerdekaan
Indonesia terbit gagasan membangun masjid agung yang megah dan pantas
menyandang predikat sebagai masjid negara berpenduduk muslim terbesar
di dunia.
* Hal Penamaan Masjid Istiqlal
Pada tahun 1950, KH. Wahid Hasyim yang waktu itu menjabat sebagai Menteri
Agama Republik Indonesia dan H. Anwar Tjokroaminoto dari Partai Syarikat
Islam mengadakan pertemuan dengan sejumlah tokoh Islam di Deca Park, sebuah
gedung pertemuan di jalan Merdeka Utara, tidak jauh dari Istana Merdeka.
Pertemuan dipimpin oleh KH. Taufiqurrahman, yang membahas rencana pembangunan
masjid. Gedung pertemuan yang bersebelahan dengan Istana Merdeka itu, kini
tinggal sejarah. Deca Park dan beberapa gedung lainnya tergusur saat proyek
pembangunan Monumen Nasional (Monas) dimulai.
Masjid tersebut disepakati akan diberi nama Istiqlal. Secara harfiah, kata
Istiqlal berasal dari bahasa Arab yang berarti: kebebasan, lepas atau
kemerdekaan, yang secara istilah menggambarkan rasa syukur kepada Allah
SWT atas limpahan rahmat berupa kemerdekaan bangsa.
Pada pertemuan di gedung Deca Park tersebut, secara mufakat disepakati
H. Anwar Tjokroaminoto sebagai ketua Yayasan Masjid Istiqlal. Beliau juga
ditunjuk secara mufakat sebagai ketua panitia pembangunan Masjid Istiqlal
meskipun beliau terlambat hadir karena baru kembali ke tanah air setelah
bertugas sebagai delegasi Indonesia ke Jepang membicarakan masalah pampasan
perang saat itu.
* Hal Perencanaan Pembangunan Masjid Istiqlal
Pada tahun 1953, Panita Pembangunan Masjid Istiqlal, melaporkan rencana
pembangunan masjid itu kepada kepala negara. Presiden Soekarno menyambut
baik rencana tersebut, bahkan akan membantu sepenuhnya pembangunan Masjid
Istiqlal. Kemudian Yayasan Masjid Istiqlal disahkan dihadapan notaris
Elisa Pondag pada tanggal 7 Desember 1954.
Presiden Soekarno mulai aktif dalam proyek pembangunan Masjid Istiqlal
sejak beliau ditunjuk sebagai Ketua Dewan Juri dalam Sayembara maket Masjid
Istiqlal yang diumumkan melalui surat kabar dan media lainnya pada tanggal
22 Februari 1955. Melalui pengumuman tersebut, para arsitek baik perorangan
maupun kelembagaan diundang untuk turut serta dalam sayembara itu.
Terjadi perbedaan pendapat mengenai rencana lokasi pembangunan Masjid
Istiqlal. Ir. H. Mohammad Hatta (Wakil Presiden RI) berpendapat bahwa lokasi
yang paling tepat untuk pembangunan Masjid Istiqlal tersebut adalah di
Jl. Moh. Husni Thamrin yang kini menjadi lokasi Hotel Indonesia. Dengan
pertimbangan lokasi tersebut berada di lingkungan masyarakat Muslim dan
waktu itu belum ada bangunan di atasnya.
Sementara itu, Ir. Soekarno (Presiden RI saat) mengusulkan lokasi pembangunan
Masjid Istiqlal di Taman Wilhelmina, yang di dalamnya terdapat reruntuhan
benteng Belanda dan dikelilingi oleh bangunan-bangunan pemerintah dan pusat-
pusat perdagangan serta dekat dengan Istana Merdeka. Hal ini sesuai dengan
simbol kekuasaan kraton di Jawa dan daerah-daerah di Indonesia bahwa masjid
harus selalu berdekatan dengan kraton atau dekat dengan alun-alun, dan
Taman Medan Merdeka dianggap sebagai alun-alun Ibu Kota Jakarta.
Selain itu Soekarno juga menghendaki masjid negara Indonesia ini berdampingan
dengan Gereja Katedral Jakarta untuk melambangkan semangat persaudaraan,
persatuan dan toleransi beragama sesuai Pancasila.
Pendapat H. Moh. Hatta tersebut akan lebih hemat karena tidak akan mengeluarkan
biaya untuk penggusuran bangunan-bangunan yang ada di atas dan di sekitar
lokasi. Namun, setelah dilakukan musyawarah, akhirnya ditetapkan lokasi
pembangunan Masjid Istiqlal di Taman Wilhelmina. Untuk memberi tempat bagi
masjid ini, bekas benteng Belanda yaitu benteng Prins Frederick yang dibangun
pada tahun 1837 dibongkar.
* Sayembara rancang bangun masjid
Dewan Juri sayembara rancang bangun Masjid Istiqlal, terdiri dari para Arsitek
dan Ulama terkenal. Susunan Dewan Juri adalah Presiden Soekarno sebagai ketua,
dengan anggotanya Ir. Roeseno, Ir. Djuanda, Ir. Suwardi, Ir. R. Ukar Bratakusumah,
Rd. Soeratmoko, H. Abdul Malik Karim Amrullah (HAMKA), H. Abu Bakar Aceh, dan
Oemar Husein Amin.
Sayembara berlangsung mulai tanggal 22 Februari 1955 sampai dengan 30 Mei 1955.
Sambutan masyarakat sangat menggembirakan, tergambar dari banyaknya peminat
hingga mencapai 30 peserta. Dari jumlah tersebut, terdapat 27 peserta yang
menyerahkan sketsa dan maketnya, dan hanya 22 peserta yang memenuhi
persyaratan lomba.
Setelah dewan juri menilai dan mengevaluasi, akhirnya ditetapkanlah 5 (lima)
peserta sebagai nominator. Lima peserta tersebut adalah:
Pemenang Pertama: Fredrerich Silaban dengan disain bersandi Ketuhanan
Pemenang Kedua: R. Utoyo dengan disain bersandi Istighfar
Pemenang Ketiga: Hans Gronewegen dengan disain bersandi Salam
Pemenang Keempat: 5 orang mahasiswa ITB dengan disain bersandi Ilham
Pemenang Kelima: adalah 3 orang mahasiswa ITB dengan disain bersandi
Khatulistiwa dan NV. Associatie dengan sandi Lima Arab
Pada tanggal 5 Juli 1955, Dewan Juri menetapkan F. Silaban sebagai pemenang
pertama. Penetapan tersebut dilakukan di Istana Merdeka, sekaligus menganu-
gerahkan sebuah medali emas 75 gram dan uang Rp. 25.000.
Pemenang kedua, ketiga, dan keempat diberikan hadiah. Dan seluruh peserta
mendapat sertifikat penghargaan.
_____________________________________________________________
Masjid Istiqlal Jakarta pada saat dibangunnya dalam
hubungannya dengan situasi Politik dan biaya Pembangunan
______________________________________________________________
Pemancangan tiang pertama dilakukan oleh Presiden Ir. Soekarno pada tanggal
24 Agustus 1961 bertepatan dengan peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW,
disaksikan oleh ribuan umat Islam.
Selanjutnya pelaksanaan pembangunan masjid ini tidak berjalan lancar. Sejak
direncanakan pada tahun 1950 sampai dengan 1965 tidak mengalami banyak kemajuan.
Proyek ini tersendat, karena situasi politik yang kurang kondusif. Pada masa itu,
berlaku demokrasi parlementer, partai-partai politik saling bertikai untuk memper
juangkan kepentingannya masing-masing. Kondisi ini memuncak pada tahun 1965
saat meletus peristiwa G30S/PKI, sehingga pembangunan masjid terhenti sama
sekali.
Setelah situasi politik mereda,pada tahun 1966, Menteri Agama KH. M. Dahlan
mempelopori kembali pembangunan masjid ini. Kepengurusan dipegang oleh
KH. Idham Chalid yang bertindak sebagai Koordinator Panitia Nasional Pembangunan
Masjid Istiqlal.
Tujuh belas tahun kemudian, Masjid Istiqlal selesai dibangun. Dimulai pada
tanggal 24 Agustus 1961, dan diresmikan penggunaannya oleh Presiden Soeharto
pada tanggal 22 Februari 1978, ditandai dengan prasasti yang dipasang di
area tangga pintu As-Salam.
* Hal Biaya Pembangunan
Biaya pembangunan diperoleh terutama dari APBN sebesar Rp. 7.000.000.000,-
(tujuh miliar rupiah) dan US$. 12.000.000 (dua belas juta dollar AS).
________________________________________________________
Masjid Istiqlal Jakarta dan Peristiwa Pengeboman
________________________________________________________
Karena Masjid Istiqlal adalah masjid nasional Republik Indonesia, setiap
upacara atau peringatan hari besar Islam senantiasa digelar di masjid ini.
Misalnya Hari raya Idul Fitri, Idul Adha, Isra Mi'raj, dan Maulid Nabi
digelar di masjid ini dan diliput televisi nasional. Untuk turut memeriahkan
perhelatan Visit Indonesia Year 1991 digelarlah Festival Istiqlal yang
pertama pada tahun 1991.
Festival ini digelar untuk memamerkan seni dan kebudayaan Islam Indonesia,
turut hadir perwakilan negara sahabat berpenduduk muslim seperti Iran, Arab
Saudi, dan perwakilan muslim China dari Uighur. Festival Istiqlal yang kedua
digelar pada tahun 1995 untuk memperingati 50 tahun kemerdekaan Republik Indonesia.
Pada pukul 15.20 WIB hari Senin, 19 April 1999 bom meledak di lantai dasar
Masjid Istiqlal. Letusan ini meretakkan tembok dan memecahkan kaca beberapa
kantor organisasi Islam yang berkantor di Masjid Istiqlal, termasuk kantor
Majelis Ulama Indonesia. Dua orang terluka akibat ledakan ini. Pada bulan
Juni 1999 Polisi mengumumkan tujuh orang pengamen tersangka pelaku pengeboman
Masjid Istiqlal yang telah ditangkap. Ketujuh orang ini adalah pelaksana yang
menempatkan bom di Masjid Istiqlal, meskipun demikian siapakah otak perencana
di balik pengeboman ini masih belum terungkap jelas.
Karena letak Masjid Istiqlal dan Gereja Katedral Jakarta yang bedampingan,
maka kedekatan ini menjadi simbol keharmonisan antarumat beragama di Indonesia.
Kendaraan umat Katolik yang merayakan misa hari besar keagamaan Katolik
diperkenankan menggunakan lahan parkir Masjid Istiqlal.
_________________________________________________________________
Masjid Istiqlal Jakarta dalam hubungannya dengan wisatawan Muslim
dan Non-Muslim pun kunjungan para kepala Negara
_________________________________________________________________
Barack dan Michelle Obama mengunjungi Masjid Istiqlal dipandu oleh Imam Besar
Masjid Istiqlal Prof. Kyai al-Hajj Ali Musthafa Ya'qub pada tanggal 10 November
2010. Sebagai masjid terbesar di Kawasan Timur Asia (Asia Tenggara dan Asia
Timur), Masjid Istiqlal menarik perhatian wisatawan dalam dan luar negeri,
terutama wisatawan muslim yang datang dari berbagai penjuru Indonesia ataupun
wisatawan muslim dari luar negeri.
Pengunjung muslim dapat langsung masuk dan berbaur dengan jemaah untuk menunaikan
shalat berjamaah. Wisatawan non-Muslim diperbolehkan berkunjung dan memasuki
masjid ini, setelah sebelumnya mendapat pembekalan informasi mengenai Islam dan
Masjid Istiqlal.
Pengunjung non-Muslim harus mengikuti tata cara mengunjungi masjid seperti
melepaskan alas kaki serta mengenakan busana yang sopan dan pantas. Misalnya
pengunjung tidak diperkenankan mengenakan celana pendek atau pakaian yang
kurang pantas (busana lengan pendek, kaus kutang atau tank top).
Pengunjung yang mengenakan celana pendek biasanya dipinjamkan sarung, sedangkan
pengunjung wanita diminta mengenakan kerudung. Meskipun demikian bagian yang
boleh dikunjungi kaum non-Muslim terbatas dan harus didampingi pemandu.
Misalnya pengunjung non-Muslim (kecuali tamu negara atau VVIP) tidak diperkenankan
memasuki lantai pertama ruang utama tempat mihrab dan mimbar, tetapi diperbo
lehkan melihat bagian dalam ruangan ini dari balkon lantai kedua. Selebihnya
pengunjung non-Muslim boleh mengunjungi bagian lain seperti pelataran terbuka,
selasar, kaki menara dan koridor masjid.
Setelah presiden Amerika Serikat Barack Obama didampingi istrinya mengunjungi
Masjid Istiqal pada November 2010, makin banyak wisatawan asing yang berkunjung
ke masjid ini, rata-rata sekitar 20 wisatawan asing mengunjungi masjid ini tiap
harinya. Kebanyakan berasal dari Eropa.
Para tokoh penting asing terkenal yang pernah mengunjungi Masjid Istiqlal antara
lain; Bill Clinton Presiden Amerika Serikat pada tahun 1994, Presiden Iran
Mahmoud Ahmadinejad, Presiden Libya Muammar Gaddafi, Pangeran Charles dari
Britania Raya, Li Yuanchao wakil ketua Partai Komunis China, Presiden Cile
Sebastián Piñera, Heinz Fischer Presiden Austria, dan Jens Stoltenberg Perdana
Menteri Norwegia,[11] dan Kanselir Jerman Angela Merkel pada tahun 2012.
Arsitektur
Sebagai masjid negara Indonesia, Masjid Istiqlal diharapkan dapat menampung
jamaah dalam jumlah yang besar. Karena itu arsitekturnya menerapkan prinsip
minimalis, dengan mempertimbangkan keberadaannya di kawasan beriklim tropis.
Masjid dirancang agar udara dapat bebas bersirkulasi sehingga ruangan tetap
sejuk, sementara jemaah terbebas dari panas matahari dan hujan.
Ruangan shalat yang berada di lantai utama dan terbuka sekelilingnya diapit
oleh plaza atau pelataran terbuka di kiri-kanan bangunan utama dengan tiang-
tiang dengan bukaan lowong yang lebar di antaranya, dimaksudkan untuk memudahkan
sirkulasi udara dan penerangan yang alami.
Gaya arsitektur
Masjid ini bergaya arsitektur Islam modern internasional, yaitu menerapkan
bentuk-bentuk geometri sederhana seperti kubus, persegi, dan kubah bola, dalam
ukuran raksasa untuk menimbulkan kesan agung dan monumental. Bahannya pun
dipilih yang besifat kokoh, netral, sederhana, dan minimalis, yaitu marmer
putih dan baja antikarat (stainless steel). Ragam hias ornamen masjid pun
bersifat sederhana namun elegan, yaitu pola geometris berupa ornamen logam
krawangan (kerangka logam berlubang) berpola lingkaran, kubus, atau persegi.
Ornamen-ornamen ini selain berfungsi sabagai penyekat, jendela, atau lubang
udara, juga berfungsi sebagai unsur estetik dari bangunan ini.
Krawangan dari baja ini ditempatkan sebagai jendela, lubang angin, atau ornamen
koridor masjid. Pagar langkan di tepi balkon setiap lantainya serta pagar
tangga pun terbuat dari baja antikarat. Langit-langit masjid dan bagian dalam
kubah pun dilapisi kerangka baja antikarat. Dua belas pilar utama penyangga
kubah pun dilapisi lempengan baja antikarat.
Karena bangunan yang begitu besar dan luas, jika memanfaatkan seluruh permukaan
lantai di semua bagian bangunan, masjid ini dapat menampung maksimal sekitar
200.000 jamaah, meskipun demikian kapasitas ideal masjid ini adalah sekitar
120.000 jamaah. Masjid ini mempunyai arsitektur yang bergaya modern. Jamaah
dan wisatawan yang berkunjung ke masjid ini dapat melihat konstruksi kokoh
bangunan masjid yang didominasi oleh batuan marmer pada tiang-tiang, lantai,
dinding dan tangga serta baja antikarat pada tiang utama, kubah, puncak menara,
plafon, dinding, pintu krawangan, tempat wudhu, dan pagar keliling halaman.
Selain sebagai tempat ibadah, Masjid Istiqlal juga merupakan obyek wisata religi,
pusat pendidikan, dan pusat aktivitas syiar Islam. Dengan berkunjung ke masjid
ini, jamaah dan wisatawan dapat melihat keunikan arsitektur masjid yang
merupakan perpaduan antara arsitektur Indonesia, Timur Tengah, dan Eropa.
Arsitektur Indonesia nampak pada bangunan yang bersifat terbuka dengan
memungkinkan sirkulasi udara alami sesuai dengan iklim tropis serta letak
masjid yang berdekatan dengan bangunan pusat pemerintahan. Kemudian pada
bagian dalam kubah masjid yang berhiaskan kaligrafi merupakan hasil adopsi
arsitektur Timur Tengah. Masjid ini juga dipengaruhi gaya arsitektur Barat,
sebagaimana terlihat dari bentuk tiang dan dinding yang kokoh.
Arsitektur Masjid Istiqlal juga menampilkan pendekatan yang unik terhadap
berbagai serapan budaya dalam komposisi yang harmonis. Perpaduan itu
menunjukkan kuatnya pemahaman yang menghargai berbagai budaya dari masyarakat
yang berbeda, yang ditempatkan sebagai potensi untuk membangun harmoni dan
toleransi antar umat beragama, dalam rangka membina kesatuan dan
persatuan bangsa.
Beberapa kalangan menganggap arsitektur Islam modern Timur Tengah masjid
Istiqlal berupa kubah besar dan menara terlalu bersifat Arab dan modern,
sehingga terlepas dari kaitan harmoni dan warisan tradisi arsitektur Islam
Nusantara tradisional Indonesia. Mungkin sebagai jawabannya mantan presiden
Suharto melalui Yayasan Amal Bhakti Muslim Pancasila menyeponsori pembangunan
berbagai masjid beratap limas tingkat tiga bergaya tradisional masjid Jawa.
Simbolisme
Interior ruang utama masjid Istiqlal; kubah raksasa ditopang 12 tiang
berlapis baja antikarat
Ribuan umat muslim Indonesia berkumpul untuk menunaikan shalat
Ied pada Hari Raya Idul Fitri di Masjid Istiqlal.
Rancangan arsitektur Masjid Istiqlal mengandung angka dan ukuran
yang memiliki makna dan perlambang tertentu. Terdapat tujuh gerbang
untuk memasuki ruangan dalam Istiqlal yang masing-masing dinamai
berdasarkan Al-Asmaul-Husna, nama-nama Allah yang mulia dan terpuji.
Angka tujuh melambangkan tujuh lapis langit dalam kosmologi alam
semesta Islam, serta tujuh hari dalam seminggu. Tempat wudhu terletak
di lantai dasar, sementara ruangan utama dan pelataran utama
terletak di lantai satu yang ditinggikan. Bangunan masjid terdiri
atas dua bangunan; bangunan utama dan bangunan pendamping yang lebih
kecil. Bangunan pendamping berfungsi sebagai tangga sekaligus tempat
tambahan untuk beribadah. Bangunan utama ini dimahkotai kubah dengan
bentang diameter sebesar 45 meter, angka "45" melambangkan tahun 1945,
tahun Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia. Kemuncak atau mastaka
kubah utama dimahkotai ornamen baja antikarat berbentuk Bulan sabit dan
bintang, simbol Islam.
Kubah utama ini ditopang oleh 12 tiang ruang ibadah utama disusun
melingkar tepi dasar kubah, dikelilingi empat tingkat balkon. Angka "12"
yang dilambangkan oleh 12 tiang melambangkan hari kelahiran nabi Muhammad
yaitu tanggal 12 Rabiul Awwal, juga melambangkan 12 bulan dalam penanggalan
Islam (juga penanggalan Masehi) dalam satu tahun. Empat tingkat balkon dan
satu lantai utama melambangkan angka "5" yang melambangkan lima Rukun Islam
sekaligus melambangkan Pancasila, falsafah kebangsaan Indonesia. Tangga
terletak di keempat sudut ruangan menjangkau semua lantai. Pada bangunan
pendamping dimahkotai kubah yang lebih kecil berdiameter 8 meter.
Adanya dua bangunan masjid; yaitu bangunan utama dan bangunan
pendamping (berfungsi sebagai tangga, ruang tambahan dan pintu
masuk Al Fattah), serta dua kubah yaitu kubah utama dan kubah
pendamping, melambangkan angka "2" atau dualisme yang saling
berdampingan dan melengkapi; langit dan bumi, kepentingan akhirat
dan kepentingan duniawi, bathin dan lahir, serta dua bentuk hubungan
penting bagi muslim yaitu Hablum minallah (hubungan manusia dengan
Tuhannya) dan Hablum minannaas (hubungan manusia dengan sesamanya).
Hal ini sesuai dengan sifat agama Islam yang lengkap, mengatur
baik urusan keagamaan maupun sosial kemasyarakatan. Islam tidak
semata-mata bertitik berat pada masalah ibadah dan akhirat saja
tetapi juga memperhatikan urusan duniawi; kesejahteraan, keadilan
dan kepedulian sosial, ekonomi, hukum, ilmu pengetahuan, kebudayaan
dan kehidupan sehari-hari umat muslim.
Rancangan interior masjid ini sederhana, minimalis, dengan hiasan
minimal berupa ornamen geometrik dari bahan baja antikarat. Sifat
gaya arsitektur dan ragam hias geometris yang sederhana, bersih
dan minimalis ini mengandung makna bahwa dalam kesederhanaan
terkandung keindahan. Pada dinding utama yang menghadap kiblat
terdapat mihrab dan mimbar di tengahnya. Pada dinding utama
terdapat ornamen logam bertuliskan aksara Arab Allah di sebelah
kanan dan nama Muhammad di sebelah kiri, di tengahnya terdapat
kaligrafi Arab Surah Thaha ayat ke-14. Semua ornamen logam baja
antikarat didatangkan dari Jerman. Pada awalnya direncanakan
menggunakan bahan marmer impor dari Italia seperti Monumen
Nasional. Akan tetapi untuk menghemat biaya dan mendukung
industri mamer lokal maka bahan marmer akhirnya diambil dari
Tulungagung di Jawa Timur.
Struktur bangunan utama dihubungkan dengan emper dan koridor yang
mengelilingi pelataran terbuka yang luas. Teras besar terbuka ini
berukuran seluas 29.800 meter persegi, berupa pelataran berlapis
tegel keramik berwarna merah bata yang disusun sesuai shaf shalat,
terletak di sisi dan belakang gedung utama. Teras ini berfungsi
menampung jemaah pada saat shalat Idul Fitri dan Idul Adha.
Koridor di sekeliling teras pelataran menghubungkan bangunan
utama dengan menara masjid. Tidak seperti masjid dalam arsitektur
Islam Arab, Persia, Turki, dan India yang memiliki banyak menara,
Istiqlal hanya memiliki satu menara yang melambangkan Keesaan Allah.
Struktur menara berlapis marmer berukuran tinggi 66,66 meter
(6.666 cm),melambangkan 6.666 ayat dalam persepsi tradisional
dalam Al Quran. Ditambah kemuncak yang memahkotai menara terbuat
dari kerangka baja setinggi 30 meter melambangkan 30 juz' dalam
Al Quran,[14] maka tinggi total menara adalah 96,66 meter. Selain
koridor emper keliling terdapat pula koridor di tengah yang
menghubungkan Gerbang Al Fattah dengan Gerbang Ar Rozzaq.
Jika masjid sudah tentu berkiblat ke arah Mekkah, penjuru koridor
ini mengarah ke Monumen Nasional, hal ini untuk menunjukkan bahwa
masjid ini adalah masjid nasional Republik Indonesia.
Di masjid ini juga terdapat bedug raksasa yang terbuat dari
dari sebatang pohon kayu meranti merah asal pulau Kalimantan
yang berusia sekitar 300 tahun.
Masjid Istiqlal dikenal dengan kemegahan bangunannya. Luas
bangunannya hanya mencapai 26% dari kawasan seluas 9.32 hektare,
yang selebihnya adalah halaman dan pertamanan. Pada taman masjid
di sudut barat daya terdapat kolam besar dengan air mancur yang
dapat menyemburkan air setinggi 45 meter. Air mancur ini hanya
diaktifkan tiap hari Jumat menjelang shalat Jumat atau pada hari
raya dan hari penting keagamaan Islam seperti Idul Fitri, Idul
Adha, Maulid Nabi, dan Isra Miraj.
Lingkungan sekitar
Kerumunan jemaah shalat Ied di depan gerbang Al Fattah, Masjid Istiqlal.
Pada tahun 1950, keadaan dan kondisi kawasan Taman Wilhelmina
yang berada di depan Lapangan Banteng merupakan tempat yang sepi,
gelap, kotor, dan tak terurus. Reruntuhan tembok bekas bangunan
Benteng Prins Frederick di taman itu penuh dengan lumut, dan ditumbuhi
ilalang dimana-mana.
Pada tanggal 21 Mei 1961, dalam rangka peringatan Hari Kebangkitan
Nasional di tempat yang sama, sekitar 50.000 orang dari berbagai unsur
lapisan masyarakat, termasuk pegawai negeri dan swasta, alim ulama,
tentara, dan lain-lain bekerja bakti membersihkan taman Wilhelmina
yang tak terurus itu, sebagai persiapan lokasi pembangunan Masjid
yang diawali dengan pidato Menteri Jaksa Agung.
Beberapa bulan kemudian, tepatnya tanggal 24 Agustus 1961, telah
menjadi tanggal yang paling bersejarah bagi kaum muslimin di Jakarta
khususnya, dan Indonesia pada umumnya, untuk pertama kalinya di bekas
taman itu, kota Jakarta akan memiliki sebuah masjid besar dan monumental.
Maka dengan ucapan Bismillahirrahmanirrahim Presiden RI Ir. Soekarno
meresmikan permulaan pembangunan Masjid Istiqlal diatas area seluas
9.32 Ha. Yang ditandai dengan pemasangan tiang pancang disaksikan
oleh ribuan ummat Islam. Sebuah masjid yang akan menjadi simbol
kemerdekaan bagi bangsa Indonesia.
Kompleks Masjid Istiqlal juga mempunyai daya tampung parkir untuk
800 kendaraan.
Pagar dan pintu gerbang
Komplek Masjid Istiqlal dikelilingi pagar setinggi empat meter,
terdiri dari tembok setinggi satu meter dan diatasnya berdiri
pagar setinggi tiga meter yang terbuat dari bahan stainless steel,
baja anti karat sepanjang 1.165 meter.
Semula pagar ini meski dibuat dari bahan baja antikarat dan cukup
kokoh, namun tingginya hanya sekitar 1,2 meter ditambah 1 meter
tembok sehingga memudahkan keluar masuknya orang-orang yang tidak
bertanggung jawab dengan cara melompati pagar tersebut, ditambah
lagi dengan pintu gerbang yang sangat mudah dilewati meski pintu
tersebut dalam keadaan terkunci.
Sebagai solusinya maka mulai tahun 2007 pagar diganti menjadi
lebih tinggi dan indah seperti yang disaksikan sekarang. Pintu
gerbangpun diubah dan dipercantik dengan menggunakan alumunium
cor dan dirancang memiliki celah-celah yang rapat yang tidak
mungkin dilewati oleh manusia.
Saat ini untuk masuk ke wilayah Masjid Istiqlal baik menggunakan
kendaraan ataupun berjalan kaki harus melalui pintu gerbang yang
terbuka yang masing-masing mempunyai gardu jaga. Pintu-pintu gerbang
tersebut terletak di sebelah utara, timur, tenggara dan selatan.
Salah satu dari pintu gerbang tersebut diperuntukkan khusus untuk
VIP yaitu RI 1 dan RI 2.
Terdapat lima pintu gerbang masuk menuju kompleks Masjid Istiqlal,
beberapa gerbang masuk ini dihubungkan ke masjid oleh jembatan yang
dibawahnya mengalir sungai Ciliwung dan di kiri kanannya terdapat l
apangan parkir yang luas, sedangkan dua buah lainnya di bagian utara
tidak dihubungkan dengan jembatan. Gerbang masjid ini terdapat di
ketiga sisi kompleks masjid, yaitu sisi utara menghadap pintu air
dan jalan Veteran, sisi timur menghadap Gereja Katedral Jakarta dan
jalan Katedral, dan sisi tenggara-selatan menghadap jalan Perwira dan
kantor pusat Pertamina. Sementara di sepanjang sisi barat terdapat
rel kereta api yang menghubungkan Stasiun Gambir dan Stasiun Juanda,
di sisi barat ini tidak terdapat pintu gerbang.
Sisi Utara dari arah Pintu Air terdapat satu pintu gerbang yang
langsung diarahkan menuju pintu As-Salam. Pada acara kenegaraan
biasanya hanya dibuka untuk dilalui para undangan VIP setingkat
pejabat negara, para menteri, duta-duta besar perwakilan negara
sahabat, pejabat legislatif, pejabat daerah dan undangan VIP
lainnya.
Sisi Timur Laut dari arah Katedral terdapat satu buah pintu
gerbang berhadapan dengan bangunan gereja Katedral. Pintu
gerbang inilah yang dibuka setiap harinya untuk keluar masuk
area Masjid Istiqlal dan mulai pada pertengahan tahun 2008
perparkiran menggunakan sistem Check Point.
Sisi Tenggara-Selatan dari arah Kantor Pusat Pertamina dan
jalan Perwira terdapat tiga pintu gerbang, satu pintu gerbang
ujung selatan tepat di pertigaan Jalan Merdeka Timur dan jalan
Perwira searah dengan gedung kantor pusat Pertamina dan Stasiun
Gambir, satu pintu di sisi tenggara dekat jembatan Ciliwung,
dan satu lagi dekat pertigaan Lapangan Banteng searah dengan
gedung Kementerian Agama Pusat. Gerbang tenggara dekat jembatan
Ciliwung biasanya dibuka untuk umum hanya pada saat shalat Jumat,
sedangkan pintu gerbang ujung selatan khusus diperuntukkan bagi
Presiden dan Wakil Presiden Indonesia beserta rombongan bila
menghadiri acara keagamaan yang diselenggarakan secara kenegaraan
di Masjid Istiqlal, seperti peringatan hari-hari besar Islam
seperti Hari Raya Idul Fitri dan Idul Adha.
Seluruh pintu gerbang ini dibuka setiap acara resmi kenegaraan,
sedangkan untuk hari-hari biasa pintu gerbang yang dibuka hanya
pintu dari arah Katedral yang langsung menuju pintu Al-Fattah.
Sedangkan pada bangunan Masjid Istiqlal terdapat 7 buah
pintu gerbang yand dinamakan berdasarkan Asmaul Husna.
Taman, parkir, jembatan, dan air mancur
\
Air mancur di tengah kolam sudut barat daya taman Masjid Istiqlal.
Halaman di sekitar Masjid Istiqlal sebelah utara, selatan dan timur
seluas 6,85 Ha terdari dari:
Pertamanan seluas 4,15 Ha, dibagi menjadi 23 lokasi dan masing-
masing diberi nama sesuai dengan nama pepohonan yang dominan
berada di lokasi tersebut. Misalnya Taman Kamboja dan lain-lain.
Rindangnnya pertamanan berfungsi juga sebagai hutan kota, dihidupi
pula dengan beberapa jenis unggas untuk menambah keindahan komplek
Masjid Istiqlal. Dengan demikian menjadikan suasana masjid terasa
sejuk sehinnga akan menambah kekhusyuan beribadah bagi para jamaah.
Perparkiran seluas 2,15 Ha, yang dapat menampung kurang lebih 800
kendaraan sekaligus melalui 7 buah pintu gerbang yang ada. Kualitas
pengaspalan untuk halaman, parkir dan jalan dibuat dengan methode
pengaspalan kelas satu. Sungai Ciliwung mengalir membelah kompleks
Masjid Istiqlal. Karena halaman Masjid Istiqlal dikelilingi oleh
sungai, maka dibangun pula tiga buah jembatan besar yang lebarnya
18,6 meter dan panjang sekitar 21 sampai 25 meter. Ditambah satu
buah jembatan kecil untuk pejalan kaki, kerangka dari jembatan-
jembatan ini juga terbuat dari bahan stainless steel. Tepat di
taman ini aliran sungai Ciliwung bercabang dua, cabang ke barat
mengarah ke Harmoni, Jalan Gajah Mada-Hayam Wuruk, dan kawasan
Kota Tua Jakarta, sedangkan cabang ke timur mengarah ke Pasar Baru,
Gunung Sahari dan Ancol. Di sisi utara cabang barat terdapat pintu
air yang dibangun pada zaman kolonial Hindia Belanda.
Untuk menambah indahnya panorama kompleks Masjid Istiqlal, di
halaman bagian selatan dilengkapi dengan kolam air mancur yang
ditempatkan di tengah-tengah, taman air mancur ini seluas 2.803
meter persegi, dan kolam air mancur seluas 8.490 meter persegi,
adi luas keseluruhannya 11,293 meter persegi. Pada bagian tengah
kolam dibuat ring penampung air bersih bergaris tengah 45 meter,
jumlah nozel pemancar air mancur sebanyak: 1 buah tegak lurus di
tengah-tengah cawan air mancur, 17 buah di lingkar luar, dan 8
buah buah di lingkar dalam pada kolam penampungan air bersih.
Air mancur ini dapat memancarkan air setinggi 45 meter.
Gedung utama dan gedung pendukung
Masjid Istiqlal berdaya tampung jamaah sebanyak 200.000 orang
yang terdiri dari:
Ruang shalat utama dan balkon serta sayap memuat 61.000 orang.
Ruang pada bangunan pendahuluan memuat 8.000 orang.
Ruang teras terbuka di lantai 2 memuat 50.000 orang.
Semua koridor dan tempat lainnya memuat 81.000 orang.
Pintu masuk[sunting | sunting sumber]
Terdapat tujuh pintu gerbang masuk ke dalam Masjid Istiqlal.
Masing-masing pintu itu diberi nama berdasarkan Asmaul Husna.
Dari ketujuh pintu ini tiga pintu yaitu Al Fattah, As Salam dan
Ar Rozzaq adalah pintu utama. Ketujuh pintu itu adalah:
Al Fattah (Gerbang Pembuka):
pintu utama yang terletak sisi timur laut berhadapan dengan
Gereja Katedral. Pintu ini adalah pintu untuk masyarakat umum
yang senantiasa terbuka dan terletak di bangunan pendamping
dengan kubah kecil diatasnya.
Al Quddus (Gerbang Kesucian):
pintu yang terletak di sisi timur laut terdapat di sudut
bangunan utama masjid.
As Salam (Gerbang Kedamaian):
salah satu pintu utama ini terletak di ujung utara pada sudut
bangunan utama. Pintu ini langsung menuju dekat shaf terdepan
barisan shalat, sehingga pintu ini digunakan untuk tamu penting
VIP, seperti ulama, tamu asing, duta besar dari negara muslim,
dan tamu penting lainnya pada acara keagamaan penting.
Al Malik (Gerbang Raja): pintu VVIP di sisi barat pada sudut
bangunan utama masjid. Seperti pintu As Salam pintu ini juga
langsung menuju dekat shaf terdepan barisan shalat, sehingga
pintu ini digunakan untuk tamu penting VVIP seperti presiden
dan wakil presiden Indonesia serta tamu negara yang berkunjung.
Al Ghaffar (Gerbang Ampunan): pintu ini terletak di ujung selatan
pada bangunan selasar pelataran, tepat di bawah menara masjid
Istiqlal. Pintu ini adalah yang paling dekat gerbang tenggara
sekaligus yang terjauh dari mihrab masjid.
Ar Rozzaq (Gerbang Rezeki):
salah satu pintu utama ini terletak
di tengah-tengah sisi selatan selasar pelataran Istiqlal. Dari
pintu ini terdapat koridor yang lurus menghubungkannya dengan
pintu Al Fatah di sisi timur laut.
Ar Rahman (Gerbang Pengasih):
pintu ini terletak di sudut barat
daya bangunan selasar masjid, dekat pintu Al Malik.
Gedung utama
Mihrab dan mimbar di ruang utama
Tinggi: 60 meter
Panjang: 100 meter
Lebar: 100 meter
Tiang pancang: 2.361 buah
Masjid Istiqlal yang megah ini adalah bangunan berlantai dua.
Lantai pertama untuk perkantoran, ruang pertemuan, instalasi
AC sentral dan listrik, kamar mandi, toilet dan ruang tempat
wudhu. Lantai dua, untuk shalat yang terdiri dari ruang shalat
utama dan teras terbuka yang luas guna untuk menampung jemaah
yang melimpah terutama pada saat shalat Idul Fitri dan Idul Adha.
Gedung utama dengan ruang shalat utama mengarah ke kiblat (Mekkah),
sedangkan teras terbuka yang luas mengarah ke Monumen Nasional
(Monas).
Lantai utama yang disediakan untuk ruang sholat baik Rawatib
ataupun sholat sunnat lainnya terletak di gedung utama dengan
daya tampung 61.00 orang jamaah. Di bagian depan terdapat Mihrab
tempat dimana imam memimpin sholat jamaah, dan disebelah kanan
mihrab terdapat mimbar yang ditinggikan. Lantainya ditutupi
karpet merah sumbangan seorang dermawan dari Kerajaan Arab Saudi.
* Hal Kubah besar
Dengan diameter 45 m, terbuat dari kerangka baja antikarat dari Jerman Barat
dengan berat 86 ton, sementara bagian luarnya dilapisi dengan keramik.
Diameter 45 meter merupakan simbol penghormatan dan rasa syukur atas kemerdekaan
Bangsa Indonesia pada tahun 1945 sesuai dengan nama Istiqlal itu sendiri.
Bagian bawah sekeliling kubah terdapat kaligrafi Surat Yassin yang ditulis
oleh K.H Fa'iz seorang Khatthaath senior dari Jawa Timur.
Dari luar atap bagian atas kubah dipasang penangkal petir berbentuk lambang Bulan
dan Bintang yang terbuat dari stainless steel dengan diameter 3 meter dan berat
2,5 ton. Dari dalam kubah di topang oleh 12 pilar berdiameter 2,6 meter dengan
tinggi 60 meter, 12 buah pilar ini merupakan simbol angka kelahiran nabi
Muhammad SAW yaitu 12 Rabiul Awal tahun Gajah atau 20 April 571 M.
Seluruh bagian di gedung utama ini dilapisi marmer yang didatangkan langsung
dari Tulungagung seluas 36.980 meter persegi.
Gedung pendahuluan
Tinggi: 52 meter
Panjang: 33 meter
Lebar: 27 meter
Bagian ini memiliki lima lantai yang terletak di belakang gedung
utama yang diapit dua sayap teras. Luas lantainya 36.980 meter
persegi, dilapisi dengan 17.300 meter persegi marmer. Jumlah
tiang pancangnya sebanyak 1800 buah. Di atas gedung ini ada sebuah
kubah kecil, fungsi utama dari gedung ini yaitu setiap jamaah
dapat menuju gedung utama secara langsung. Selain itu juga bisa
dimanfaatkan sebagai perluasan tempat shalat bila gedung utama
penuh.
Teras raksasa
Teras raksasa terbuka seluas 29.800 meter terletak di sebelah
kiri dan dibelakang gedung induk. Teras ini berlapis tegel
keramik berwarna merah kecoklatan yang disusun membentuk shaf
shalat. Teras ini dibuat untuk menampung jamaah pada saat shalat
Idul Fitri dan Idul Adha. Selain itu teras ini juga berfungsi
sebagai tempat acara-acara keagamaan seperti MTQ dan pada emper
tengah biasa digunakan untuk peragaan latihan manasik haji,
teras raksasa ini dapat menampung sekitar 50.000 jamaah.
Emper keliling dan koridor
Panjang: 165 meter
Lebar : 125 meter
Emper atau koridor ini mengelilingi teras raksasa dan koridor
tengah yang sekelilingya terdapat 1800 pilar guna menopang
bangunan emper. Di bagian tengah terdapat koridor tengah yang
menghubungkan pintu Al Fattah di timur laut dengan pintu Ar
Rozzaq di barat daya. Arah poros koridor ini mengarah ke
Monumen Nasional menandakan masjid ini adalah masjid nasional.
* Hal Menara
Menara Istiqlal dengan Monas terlihat di kejauhan
Tinggi tubuh menara marmer: 6.666 cm = 66.66 meter
Tinggi kemuncak (pinnacle) menara baja antikarat: 30 meter
Tinggi total menara: sekitar 90 meter
Diameter menara 5 meter
Bangunan menara meruncing ke atas ini berfungsi sebagai tempat Muadzin
mengumandangkan adzan. Di atasnya terdapat pengeras suara yang dapat
menyuarakan adzan ke kawasan sekitar masjid.
Menara megah tersebut melambangkan keagungan Islam, dan kemuliaan kaum
muslimin. Keistimewaan lainnya, menara yang terletak di sudut selatan
masjid, dengan ketinggian 6.666 cm ini dinisbahkan dengan jumlah ayat-
ayat Al-Quran. Pada bagian ujung atas menara, berdiri kemuncak (pinnacle)
dari besi baja yang menjulang ke angkasa setinggi 30 meter sebagai
simbol dari jumlah juz dalam Al-Quran. Menara dan kemuncak baja ini
membentuk tinggi total menara sekitar 90 meter.
Puncak menara yang meruncing dirancang berlubang-lubang terbuat dari
kerangka baja tipis. Angka 6.666 merupakan simbol dari jumlah ayat yang
terdapat dalam AL- Quran, seperti yang diyakini oleh sebahagian besar
ulama di Indonesia.
* Hal Lantai dasar dan tangga
Ruangan shalat terdapat di lantai pertama tepat di atas lantai dasar, sedangkan
lantai dasar terdapat ruang wudhu, kantor Masjid Istiqlal, dan kantor berbagai
organisasi Islam. Lantai dasar Masjid Istiqlal seluruhnya ditutupi oleh marmer
seluas 25.000 meter persegi dipersiapkan untuk sarana perkantoran, sarana
penunjang masjid, dan ruang serbaguna. Gagasan semula tempat ini akan dibiarkan
terbuka yang sewaktu-waktu dapat dipergunakan, misalnya pada saat penyelenggaraan
Festival Istiqlal I tahun 1991 dan Festival Istiqlal II tahun 1995 ruangan-ruangan
serbaguna di lantai dasar dan pelataran halaman Masjid dijadikan ruang pameran
seni Islam Indonesia dan bazaar.
Namun pasca terjadinya pengeboman di Masjid Istiqlal pada tanggal 19 April 1999
maka dilakukanlah pemagaran dan pembuatan pintu-pintu strategis pada tahun 1999.
Jumlah tangga menuju lantai shalat utama sebanyak 11 unit. Tiga diantaranya memiliki
ukuran besar dan berfungsi sebagai tangga utama yaitu: satu unit berada disisi
utara gedung induk, satu unit berada pada gedung pendahuluan yang dapat dipergunakan
langsung menuju lantai lima, dan satu unit lainnya berlokasi di emper selatan menuju
lantai utama, tangga-tangga ini memiliki lebar 15 meter.
Disamping itu terdapat 4 unit tangga dengan ukuran lebar 3 meter berlokasi pada
tiap-tiap pojok gedung utama yang langsung menuju lantai lima dan di sudut-sudut
teras raksasa.
* Hal Sarana dan fasilitas
Koridor keliling dipenuhi jemaah shalat Ied hari raya Idul Fitri
Umat muslim Indonesia tengah membaca Al Quran setelah menunaikan shalat di Masjid
Istiqlal, Jakarta, Indonesia. Indonesia memiliki jumlah umat muslim terbesar di dunia
Ruang shalat utama luasnya satu hektare dapat menampung jamaah lebih dari 16.000 orang.
Ruang tersebut ditambah balkon 4 tingkat dan sayap disebelah timur, selatan, dan utara
sehingga luas seluruhnya menjadi 36.980 meter persegi atau sama dengan hampir 4 hektare
yang berarti dapat menampung jamaah sekitar 61.000 orang.
Di sebelah barat ruang shalat utama terletak mimbar yang diapit sebelah kiri dan
kanannya oleh tembok berlapiskan marmer di mana terpajang kaligrafi Arab yang indah
berbunyi: "Allah" (sebelah utara), "Laa Ilaha Illa Allah, Muhammad ar Rasulu Allah"
(tengah), dan "Muhammad" (sebelah selatan).
* Hal Sarana peribadatan
Karpet
Seluruh lantai utama masjid ditutupi oleh karpet merah sumbangan dari seorang dermawan
Arab Saudi bernama Sheikh Esmail Abu Daud yang diserah terimahkan pada tanggal 3 Juni
2005. Karpet sebanyak 103 gulung ini berwarna merah terbuat dari bahan dasar wol.
Perawatan karpet tersebut dikerjakan secara manual, setiap hari dibersihkan dengan
menggunakan alat vacum cleaner. Jumlah karpet penutup lantai utama 18 lembar, setiap
lembarnya berukuran: panjang 25 meter dan lebar 4 meter, rata-rata beratnya 250 kg.
Rak Al Quran
Masjid Istiqlal juga menyediakan mushaf Al-Qur'an untuk dibaca oleh para jama'ah
yang ditempatkan pada rak yang melingkar di 12 tiang yang terdapat pada lantai utama,
setiap rak berbentuk setengah lingkaran yang terdiri dari dua tingkat terbuat dari
bahan stainless steel.
Setiap rak dapat menampung 100 sampai 150 buah mushaf yang disediakan oleh BPPMI
serta waqaf dari jamaah.
Sketsel
Untuk pembatas antara tempat shalat bagi jamaah pria dan wanita dan batas area
sholat rawatib, di lantai utama Masjid Istiqlal juga disediakan sketsel yang
terbuat dari 20 modul dengan bahan stainless steel dan dari bahan kayu 20 modul
dengan ukuran masing-masing 2 meter x 80 cm. Sketsel tersebut bersifat knock down
yang bisa dipasang sesuai kebutuhan.
Sarana olahraga
Didalam tubuh yang sehat terdapat jiwa yang kuat. Menjaga kesehatan dengan
berolahraga merupakan hal yang rutin dilakukan oleh siswa-siswi madrasah dan
remaja Masjid Istiqlal.
Untuk mendukung berbagai macam program yang ada, BPPMI menyediakan
fasilitas-fasilitas pendukung seperti sarana olah raga yang
representatif berstandart nasional dan internasional yang dibangun
di pojok kiri bagian timur Masjid.
Pusat kegiatan olahraga ini berupa lapangan terbuka terdiri dari
lapangan Futsal, Badminton, Bola Volly dan Basket. Lapangan olah
raga ini berukuran 420 meter persegi, diresmikan penggunaannya
oleh ibu Menteri Agama RI pada Tanggal 17 Januari 2009 M/20
Muharram 1430 M.
Tenaga listrik
Tenaga listrik di Masjid Istiqlal difungsikan untuk:
Penerangan
Tenaga Hydrofour
AC
Sound system
Air Mancur
Alat eloktronik lainnya seperti TV, Komputer dll.
Penggunaan listrik untuk kebutuhan penerangan diseluruh areal Masjid
Istiqlal baik di gedung ataupun di taman dan halaman serta pagar
menggunakan layanan listrik dari PLN. Suplai listrik yang diperoleh
dari Perusahaan Listrik Negara (PLN) dengan satu gardu tersendiri
yang menyiapkan central box berkapasitas 2.000 KVA.
Sebagai cadangan bila terjadi pemadaman dari pihak PLN, disiapkan
juga dua buah mesin diesel atau generator berkekuatan 825 KVA dan
500 KVA. Selain untuk penerangan tenaga listrik ini juga dipergunakan
untuk mesin-mesin Hydrofour dan AC di ruang perkantoran yang terdapat
di lantai dasar masjid, rata-rata konsumsi listrik setiap bulannya
adalah 1.750 KVA, dengan pembayaran rekening rata-rata sebesar
Rp: 125.000.000/bulan.
* Hal Sistem suara dan multimedia
Untuk keperluan ibadah dan sarana informasi Masjid Istiqlal menggunakan
sound system yang dikendalikan secara terpusat yang terletak pada ruang
kaca bagian belakang lantai dua, dengan jumlah speaker sebanyak 200 chanel
yang tersebar pada lantai utama.
Jumlah speaker yang terdapat pada koridor, gedung penghubung dan gedung
pendahuluan sebanyak 158 chanel. Sound system dikendalikan oleh 26 amplyfire
dan 5 (lima) buah mixer dan diawasi oleh enam orang yang bertugas secara
bergantian baik siang ataupun malam hari.
Untuk mendukung kelancaran komunikasi pada waktu pelaksanaan ibadah dan
kegiatan, di lantai utama juga telah dipasang system TV plasma sehingga
akses informasi dapat diikuti secara merata oleh para jamaah yang berada
diseluruh area ruang utama Masjid.
Pendingin udara (AC)
AC difungsikan secara sentral yang meliputi seluruh perkantoran dan ruangan
lain yang ada di lantai dasar. Untuk memenuhi kebutuhan AC ini didukung
oleh empat buah mesin pendingin atau chiller.
Pendingin ruangan hanya digunakan bagi ruangan-ruangan kantor di lantai
bawah dengan menggunakan sistem AC central dan AC split.
Untuk menambah kenyamanan beribadah bagi jamaah, sekarang ini ruang utama
Masjid Istiqlal dilengkapi juga dengan 5 unit standing AC, masing-masing
berkekuatan 5 PK dan sebelas unit AC celling berkekuatan masing-masing 5
PK, ditambah kipas angin berukuran besar.
Disamping itu pada ruangan perkantoran, ruang madrasah serta ruang VIP
yang berada pada lantai dasar sistem pendinginnya juga menggunakan AC
sentral yang digerakkan oleh empat unit mesin chiller dengan 300 buah
fan coil unit yang tersebar pada setiap ruangan, karena termakan usia
di beberapa ruangan ditemukan AC chiller sudah kurang berfungsi maka
secara bertahap dilakukan penggantian dengan AC split.
Fasilitas air, ruang wudhu, kamar mandi, WC
Tempat wudhu pria
* Hal Tempat wudhu wanita
Keperluan air untuk bersuci di Masjid Istiqlal pada awalnya dari Perusahaan
Air Minum (PAM). Sebagai cadangan untuk mengantisipasi kekurangan dan kerusakan
maka dibuatlah 6 buah sumur artesis dengan kedalaman 100 M, menggunakan mesin
berkekuatan 3 PK dan 3 fase berkapasitas 600 liter permenit dan didistribusikan
ke tempat-tempat wudhu.
Untuk kebutuhan air di tempat pembuangan air kecil digunakan delapa buah
mesin Hydrofour, ditambah empat tangki Hydrofour berkapasitas 1400 liter.
Mesin-mesin air tersebut menggunakan tenaga listrik sebanyak 15 PK.
Tempat wudhu terdapat di beberapa lokasi di lantai dasar yaitu di sebelah
utara, timur maupun selatan gedung utama. Di setiap lokasi tersedia 100
unit tempat wudhu dengan kran air terbuat dari bahan stainless steel, tiap
unitnya terdiri atas 6 buah kran maka jumlah kran seluruhnya sebanyak
600 buah. Berarti pada saat yang bersamaan dapat melayani 600 orang berwudhu
sekaligus.
Sedangkan toilet terdapat di lantai dasar sebelah barat, selatan dan
timur di bawah teras raksasa. Toilet ini sengaja dibangun terpisah dari
tempat wudhu, hal ini dimaksudkan agar tempat yang bersih dan suci tidak
berdekatan dengan tempat yang kotor. Disisi sebelah timur, dibawah emper
masjid terdapat dua lokasi urinior yang berkapasitas 80 ruang.
Selain itu juga terdapat 52 kamar mandi dan WC, dengan rincian: 12
buah dibawah emper barat, 12 buah dibawah emper selatan dekat menara
dan 28 buah dibawah emper sebelah timur. Keperluan air untuk wudhu,
kamar mandi dan toilet ini setiap hari dipasok air dari PAM yaang
berkapasitas 600 liter per menit.
Lift bagi penyandang cacat
Mengingat Masjid Istiqlal sebagai sarana umum dan jamaah yang
berkunjung juga terdapat diantaranya penyandang cacat dan jamaah
lanjut usia. Karena itu bagi penyandang cacat yang akan menuju ke
lantai dua dan lantai utama disediakan lift yang terletak di bagian
selatan. Hal ini dalam rangka peningkatan pelayanan kepada para
jamaah penyandang cacat dan lansia.
Keberadaan satu unit lift yang diperuntukkan khusus bagi jamaah
penyandang cacat dan lansia ini adalah berkat bantuan pemerintah
DKI Jakarta. Lift tersebut berkapasitas 6 orang dan dioperasikan
pada waktu-waktu tertentu sesuai kebutuhan.
Lift ini terdapat di lokasi pintu Ar-Rahman dan dapat diakses
melalui pintu gerbang depan kantor pusat pertamina.
Perpustakaan Islam
Firman yang pertama kali diturunkan-Nya dalam Al Quran adalah
perintah membaca, melalui firman-Nya tersebut Allah memerintahkan
manusia membaca sebagai jalan untuk menuntut ilmu. Jadi jika
menutut ilmu memiliki kedudukan mulia, maka jalan kearahnya
pun dengan membaca menjadi jalan yang mulia. Kesadaran akan
pentingnya membaca sebagai jalan masuknya ilmu telah mendorong
generasi terdahulu umat Islam untuk mendirikan fasilitas yang
bisa menampung bahan bacaan karya-karya ulama Islam waktu itu.
Perpustakaan Islam Istiqlal, walaupun belum bisa mewakili jumlah
besarnya koleksi buku seperti perpustakaan-perpustakaan Islam
yang besar lainnya, mewakili fungsinya sebagai pusat keilmuan
Islam. Perpustakaan Islam sendiri sudah mulai berkembang di
Indonesia. Hampir di setiap masjid-masjid besar di Ibukota,
telah dilengkapi dengan sarana perpustakaan.
Poliklinik
Ketika gubernur DKI Jakarta dijabat oleh Bapak Sumarno pada tahun
1968 dimana Masjid Istiqlal masih dalam proses pembangunan, maka
untuk membantu karyawan dalam pemeriksaan kesehatan, Gubernur
Sumarno ketika itu meminta bantuan pihak RS Gatot Soebroto untuk
turut serta membantu dalam bidang pelayanan kesehatan bagi seluruh
pekerja dan karyawan proyek pembangunan Masjid Istiqlal. Pihak
RS mengirimkan bantuan empat orang tenaga mantri secara bergiliran
yaitu:
H.Abd.Hamid Ipang H.M.Sukiran Suster Yuyun Rahayu Suster Rosda
Setelah proyek pembangunan masjid diserahkan kepada Sekretaris
Negara pada tahun 1984 tenaga medis yang menangani pelayanan
kesehatan tinggal dua orang yaitu H.Abd. Hamid Ipang dan H.M. Sukiran.
Sampai sekarang Masjid Istiqlal tetap menyediakan fasilitas berupa
Poliklinik Umum. Poliklinik ini berada di bawah tanggung jawab
dr. Khulushinnisak, MARS yang juga PNS Departemen Agama.
Di Klinik ini karyawan dan para jamaah Masjid Istiqla bisa
mendapatkan layanan kesehatan dengan berbagai kemudahan. Klinik
Istiqlal bertempat di lantai dasar Masjid Istiqlal Jl. Taman
Wijaya Kusuma No.1, Jakarta Pusat.
Pelayanan Kesehatan yang diberikan berupa pemeriksaan dan
konsultasi dokter umum serta obat-obatan generik. Bagi karyawan
dan jamaah Masjid Istiqlal, dibebaskan biaya pemeriksanaan.
Karyawan dan jamaah harus membawa kartu berobat (atau kartu
identitas jika belum memiliki kartu berobat) agar dibebaskan
dari biaya pemeriksaan dan konsultasi dokter.
Obat-obatan yang diberikan diutamakan dalam bentuk generik, dan
bagi obat-obatan yang tidak ada dalam bentuk generik diutamakan
penyediaan hasil produksi perusahaan farmasi nasional.
Jadwal pelayanan kesehatan bagi karyawan adalah setiap hari kerja :
Senin s/d Jum'at : 08.00 - 16.00, Hari sabtu dan Ahad tutup
kecuali jika di Masjid Istiqlal diadakan acara hari-hari besar
Islam atau acara-acara penting lainnya.
Sejak tahun 2003, pliklinik Masjid Istiqlal sudah dilengkapi
oleh tiga orang tenaga dokter dan seorang paramedis, tiga orang
tenaga dokter tersebut adalah dokter umum yang terdiri dari
seorang dokter PNS Departemen Agama DPK, dua orang dokter
Kememterian Agama dan seorang paramedis/mantri karyawan Masjid
Istiqlal pensiunan dari RS Gatot Soebroto. Poliklinik Masjid
Istiqlal juga dilengkapi alat untuk mengecek kadar gula darah
dan kolestrol serta satu unit mobil ambulans.
Adapun obat-obatan yang tersedia di poliklinik ini adalah obat
generik bagi penyakit ringan untuk membantu pada tahap pertolongan
pertama, bila ada penyakit yang memerlukan pengobatan medis yang
serius maka akan dirujuk ke RS. Gatot Soebroto atau RSCM.
Madrasah
Masjid ini menjadi pedoman dan teladan pengelolaan masjid di Indonesia,
sehingga harus menjadi contoh dan model dalam pengelolaan masjid secara
nasional. Dalam konsep pengelolaan masjid yang ideal, masjid tidak hanya
berfungsi sebagai tempat ibadah, tetapi juga harus mejadi tempat pembinaan
umat melalui berbagai macam kegiatan.
Salah satu kegiatan yang sangat penting adalah pendidikan untuk pembinaan
masyarakat atau umat baik pendidikan formal maupun non formal.
Telah diselenggarakan pendidikan formal di Masjid Istiqlal yang terdiri
dari jenjang pendidikan: Kelompok bermain dan Raudhatul Athfal, Madarasah
Ibtidaiyah (MI) dan Madrasah Tsanawiyah (MTs).
* Hal Bedug raksasa
Pada waktu dulu masjid-masjid di Indonesia dilengkapi dengan bedug yang
berfungsi sebagai tanda masuk waktu shalat. Bedug dipukul ketika waktu
untuk shalat tiba, diikuti adzan.
Di Masjid Istiqlal bedug masih ada dan dilestarikan keberadaannya sebagai
warisan budaya bangsa, saat ini bunyi bedug direkam kemudian diperdengarkan
melalui pengeras suara sebelum adzan dikumandangkan. Bedug tersebut memiliki
ukuran yang sangat besar, diletakkan di atas penyangga setinggi 3,80 meter,
panjangnya 3,45 meter, dan lebarnya 3,40 meter. Semua terbuat dari kayu jati
dari hutan Randu Blatung di Jawa Tengah.
Bedug Masjid Istiqlal panjangnya 3 meter, dengan berat 2,30 ton, bagian
depan berdiameter 2 meter, bagian belakang 1,71 meter, terbuat dari kayu
meranti merah (shorea wood) dari sebuah pohon berumur 300 tahun, diambil
dari hutan di Kalimantan Timur, diawetkan menggunakan bahan pengawet
superwolman salt D (fluoride, clirome, dan arsenate)
Dulu bedug di Masjid Istiqlal tersebut dipukul setiap hari Jumat, mendahului
adzan Jumat yang dikumandangkan melalui pengeras suara. Belakangan ini
suara bedug direkam kemudian diperdengarkan melalui pengeras suara sebelum
adzan dikumandangkan. Walaupun fungsi beduk sudah dapat digantikan oleh
pengeras suara, dalam menentukan tanda masuk waktu shalat, tetapi di Masjid
Istiqlal, beduk masih dimanfaatkan.
Beduk dipukul sebelum adzan. Selain itu beduk raksasa masjid ini juga
berfungsi sebagai hiasan dan sekaligus melestarikan salah satu budaya
Islam Indonesia.
Bedug
Garis tengah bagian depan : 2 meter
Garis tengah bagian belakang : 1,71 meter
Panjang : 3 meter
Berat : + 2,30 ton
Jenis kayu : Meranti Merah (Shorea) dari Kalimantan Timur
Umur pohon : + 300 tahun.
Kaki bedug (Jagrag)
Tinggi : 3,80 meter
Panjang : 3,45 meter
Lebar : 3,40 meter
Volume kayu : + 3,10 meter kubik
Jenis kayu : jati (tectona grandis) dari Randublatung Jawa Tengah.
Ukiran : Jepara.
Ukiran pada Jagrag
Tulisan "Allah" di dalam segilima pada 4 tempat. Segi-lima
melambangkan : 5 rukun Islam dan 5 waktu sholat.
Tulisan "Bismillahirrahmanirrahim" pada 2 tempat. Tulisan Kalimah
Sahadat pada 4 tempat. Surya Sengkala (tahun Matahari) : 1978
dalam seni kaligrafi yang berbunyi :
Angesti = angka 8
Suwara = angka 7
Kusumaning = angka 9
Samadi = angka 1
Pada bagian-bagian jagrag seluruhnya terdapat 27 (dua puluh tujuh)
ukiran Surya sengkala.
"Nanasan" dengan dua susun kelopak daun, masing-masing menunjukkan
Angka 7 dan 8 (daun).
Ukiran pada Bedug
Ukiran surya Sengkala (tahun matahari) : 1978 dalam seni kaligrafi
dengan pengertian sama dengan No.4. Pada kayu bedug terdapat 2 (dua)
ukiran Surya Sengkala dilingkari segi lima. Dua buah kendit/sabuk dari
logam kuningan terukir berfungsi sebagai hiasan. Pada kedua kendit
terdapat 11 (sebelas) ukiran Surya Sengkala.
Bahan kayu
Kayu jagrag berbahan jati (tectona grandis) dari Randublatung Jawa
Tengah. Bahan kayu bedug dari jenis Meranti Merah (Shorea) dari
Kalimantan Timur, umur pohon diperkirakan 300 tahun, sumbangan
dari Badan Pelaksana Pembangunan dan Pengelolaan Pengusahaan Proyek
Taman Mini Indonesia Indah dan merupakan potongan batang pohon dari
koleksi Taman Mini Indonesia Indah.
Bahan kulit
Bagian depan adalah kulit sapi jantan dari daerah Jawa Timur. Bagian
belakang adalah kulit sapi betina jenis Santa Gertrudis, umur 2 tahun,
sumbangan PT. Redjo Sari Bumi, Tapos, Bogor.
Bahan lainnya
Kendit/Sabuk : dari logam kuningan.
Gantungan : dari besi baja yang di verchroom.
Band penguat : (pada kedua ujung) dari baja anti karat (stainless steel).
Paku kulit : dari kayu sonokeling, 90 buah pada bagian depan dan 80Â
buah pada bagian belakang.
Obat pengawet : Superwolmansalt D (fluoride, chrome, arsenate),
konsentrasi larutan kl. 4%, masa rendam 6 (enam) hari.
Pemukul bedug : 4 (empat) buah dari kayu jati terukir.
Jagrag/kaki dikerjakan dalam waktu 25 hari, sedangkan bedug dalam 60 hari.
Koperasi Karyawan dan Jamaah Masjid Istiqlal (KOSTIQ)
Usaha Pengembangan KOSTIQ (Koperasi karyawan dan Jamaah Masjid Istiqlal),
selain dapat memakmurkan masjid, juga sangat diharapkan mampu menciptakan
dan meningkatkan kesejahtraan karyawan dan jamaah Masjid Istiqlal.
KOSTIQ telah diakui keberadaannya oleh badan hukum yang telah disahkan oleh
Menteri Koperasi dan Pembinaan Pengusaha Kecil pada tanggal 19 Mei 1997
nomor 171/BHKWK.9/V/1997 serta anggaran rumah tangga yang disahkan pada
Rapat Anggota Tahunan (RAT) tanggal 31 Maret 2004. Pendirian Kostiq dimotori
oleh para pengurus BPPMI, dalam rangka pemberdayaan potensi yang dimiliki
oleh Masjid Istiqlal.
Salah satu tujuan KOSTIQ adalah ikut serta meningkatkan citra baik
Masjid Istiqlal melalui kegiatan-kegiatan sosial masyarakat. Saat ini
KOSTIQ telah banyak dimanfaatkan oleh para karyawan dan jamaah Masjid
Istiqlal.
Pada awal berdirinya KOSTIQ mensepakati usaha yang dijalankan adalah
pengadaan barang-barang kebutuhan sehari-hari, usaha yang sudah berjalan
hingga saat ini adalah penjualan sembako. Untuk kebutuhan lainnya
seperti barang-barang elektronik KOSTIQ menerapkan sistem kredit
jangka pendek maksimun 12 bulan.
Disamping itu usaha yang benar-benar menjadi konsentrasi KOSTIQ adalah:
Usaha simpan pinjam
Usaha perdagangan umum
Usaha toko sembako dan elektronik serta usaha cetak foto yang
sangat dibutuhkan oleh para pengunjung di Masjid Istiqlal
Usaha kerjasama khusus
Usaha jasa boga
Kegiatan KOSTIQ dipusatkan di kamar 58 Masjid Istiqlal, sebagai
pusat administrasi usaha. Untuk toko penjualan sembako selama ini
dipusatkan di pintu air sebelah utara Masjid Istiqlal sementara
usaha wartel dan foto copy di area parkir timur pintu utama
Masjid Istiqlal.
Koperasi Istiqlal mempekerjakan 6 (enam) orang tenaga staf yang
terdiri dari tenaga bantuan dan tenaga staf penuh, jumlah angota
sampai dengan 31 Desember 2008 adalah 261 orang. Pengurus Kostiq
selalu berusaha semaksimal mungkin untuk melakukan pembinaan
administrasi melalui pemanfaatan potensi pegawai dan saran
perkantoran dengan segala keterbatasannya.
Imam dan Muadzin
Masjid Istiqlal mempunyai seorang imam besar, seorang wakil imam
besar, dan tujuh orang imam. Sampai saat ini, Masjid Istiqlal
memiliki empat imam besar. Imam Besar bertugas untuk mengawasi
peribadatan di Masjid Istiqlal sesuai Syari'at Islam dan memberikan
layanan konsultasi agama. Mereka adalah K. H. A. Zaini Miftah
(1970-1980), K. H. Mukhtar Natsir (1980-2004), K. H. Nasrullah
Djamaluddin (2004-2005)dan Imam Besar saat ini yang dijabat
oleh Prof. Dr. K. H. Ali Musthafa Ya'qub, M. A. Beliau adalah
pengasuh Pondok Pesantren Luhur Ilmu Hadis Darus Sunnah di
Ciputat, Jakarta Selatan. Wakil Imam Besar dijabat
Drs. H. Syarifuddin Muhammad, M. M. Beliau adalah mantan
Ketua Ikatan Penghafal al-Qur'an. Tujuh imam lainnya adalah:
Drs. H. Ali Hanafiah
H. Ahmad Husni Isma'il S. Ag.
Drs. H. Muhasyim Abdul Majid
H. Martomo Malaing AS, S. Q. , S. Th. I
H. Ahmad Rofi'uddin Mahfudz, S. Q.
Drs. H. Hasanuddin Sinaga, M. A.
Drs. H. Dzulfatah Yasin, M. A.
Selain itu, Masjid Istiqlal juga memiliki tujuh orang muadzin
yang bertugas mangumandangkan adzan dan memberikan pengajaran
tentang Al-Qur'an dan agama Islam. Mereka adalah:
Drs. H. Abdul Wahid
H. Sayuti
H. Muhammad Mahdi, S. Ag.
H. Ahmad Achwani S. Ag.
H. Hasan Basri
H. Muhdori Abdur Razzaq, S. Ag.
H. Saiful Anwar al-Bintani
Galeri[sunting | sunting sumber]
Istiqlal Mosque.JPG
___________
Penutup
___________
Demikian infonya para kaum muslimin muslimat, "Dan jika ada rizki
dan waktu coba kalian jugalah kesana".
Dan sebagai penutup shalawat tarhim untuk anda...!
Wassalamu'alaikumwarahmatullahiwabarakatuh...!
_______________________________________________________________
Cat :
*Postingan ini bagian dari link Wisata Religi penulis blog :
http://galeri1msad.blogspot.com/2013/07/sejarah-masjid-raya-medan-dalam.html
(Menyimak info sekitar Masjid Istiqlal Jakarta dari hasil wisata religi
penulis blog bersama keluarga dan dari hasil olah info situs-situs Islami
khsusnya wikipedia Ind.)
___________________________________________________________________
__________________
Kata Pengantar
__________________
Ada sajadah panjang terbentang
dari tepi buaian
sampai ke tepi kuburan hamba
kuburan hamba bila mati
Ada sajadah panjang terbentang
hamba tunduk dan sujud
diatas sajadah yang panjang ini
diselingi sekedar interupsi
Mencari rezeki mencari ilmu
mengukur jalanan seharian
begitu terdengar suara azan
kembali tersungkur hamba...
Maka tersungkur, bersujud atapun sholatlah hamba bersama keluarga
di Masjid yang secara umum disebut "Masjid Istiqlal Jakarta". Masjid
yang menurut ceritanya adalah masjid terbesar se Asia Tenggara.
Dan tentunya sholat itu dilaksanakan setelah azan Sholat Zuhur itu
di kumandangkan.
Postingan ini berisi info sekitar "Masjid Istiqlal Jakarta".
Selamat menyimak....!
__________________________________
Sekilas Masjid Istiqlal Jakarta
__________________________________
Masjid Istiqlal adalah masjid negara Republik Indonesia yang terletak
di pusat ibukota Jakarta. Masjid Istiqlal merupakan masjid terbesar di
Asia Tenggara.
Pembangunan masjid ini diprakarsai oleh Presiden Republik Indonesia saat itu,
Ir. Soekarno di mana pemancangan batu pertama, sebagai tanda dimulainya
pembangunan Masjid Istiqlal dilakukan oleh Ir. Soekarno pada tanggal
24 Agustus 1951. Arsitek Masjid Istiqlal adalah Frederich Silaban,
seorang Kristen Protestan.
Lokasi kompleks masjid ini berada di bekas Taman Wilhelmina, di timur
laut lapangan Medan Merdeka yang ditengahnya berdiri Monumen Nasional
(Monas). Di seberang timur masjid ini berdiri Gereja Katedral Jakarta.
Bangunan utama masjid ini terdiri dari lima lantai dan satu lantai dasar.
Masjid ini memiliki gaya arsitektur modern dengan dinding dan lantai
berlapis marmer, dihiasi ornamen geometrik dari baja antikarat.
Bangunan utama masjid dimahkotai satu kubah besar berdiameter 45 meter
yang ditopang 12 tiang besar. Menara tunggal setinggi total 96,66 meter
menjulang di sudut selatan selasar masjid. Masjid ini mampu menampung
lebih dari dua ratus ribu jamaah.
Selain digunakan sebagai aktivitas ibadah umat Islam, masjid ini juga
digunakan sebagai kantor berbagai organisasi Islam di Indonesia,
aktivitas sosial, dan kegiatan umum. Masjid ini juga menjadi salah
satu daya tarik wisata yang terkenal di Jakarta. Kebanyakan wisatawan
yang berkunjung umumnya wisatawan domestik, dan sebagian wisatawan
asing yang beragama Islam. Masyarakat non-Muslim juga dapat berkunjung
ke masjid ini setelah sebelumnya mendapat pembekalan informasi mengenai
Islam dan Masjid Istiqlal, meskipun demikian bagian yang boleh
dikunjungi kaum non-Muslim terbatas dan harus didampingi pemandu.
Pada tiap hari besar Islam seperti Ramadhan, Idul Fitri, Idul Adha,
Tahun Baru Hijriyah, Maulid Nabi Muhammad dan Isra dan Mi'raj,
Presiden Republik Indonesia selalu mengadakan kegiatan keagamaan di
masjid ini yang disiarkan secara langsung melalui televisi nasional
(TVRI) dan sebagian televisi swasta.
__________________________________________________________
Kisah ide pembangunan Masjid Istiqlal Jakarta setelah Merdeka
__________________________________________________________
* Hal Proyek pembangunan Masjid Istiqlal
Setelah perang kemerdekaan Indonesia, mulai berkembang gagasan besar untuk
mendirikan masjid nasional. Ide pembangunan masjid tercetus setelah empat
tahun proklamasi kemerdekaan.
Gagasan pembangunan masjid kenegaraan ini sejalan dengan tradisi bangsa
Indonesia yang sejak zaman kerajaan purba pernah membangun bangunan
monumental keagamaan yang melambangkan kejayaan negara.
Misalnya pada zaman kerajaan Hindu-Buddha bangsa Indonesia telah berjaya
membangun candi Borobudur dan Prambanan. Karena itulah di masa kemerdekaan
Indonesia terbit gagasan membangun masjid agung yang megah dan pantas
menyandang predikat sebagai masjid negara berpenduduk muslim terbesar
di dunia.
* Hal Penamaan Masjid Istiqlal
Pada tahun 1950, KH. Wahid Hasyim yang waktu itu menjabat sebagai Menteri
Agama Republik Indonesia dan H. Anwar Tjokroaminoto dari Partai Syarikat
Islam mengadakan pertemuan dengan sejumlah tokoh Islam di Deca Park, sebuah
gedung pertemuan di jalan Merdeka Utara, tidak jauh dari Istana Merdeka.
Pertemuan dipimpin oleh KH. Taufiqurrahman, yang membahas rencana pembangunan
masjid. Gedung pertemuan yang bersebelahan dengan Istana Merdeka itu, kini
tinggal sejarah. Deca Park dan beberapa gedung lainnya tergusur saat proyek
pembangunan Monumen Nasional (Monas) dimulai.
Masjid tersebut disepakati akan diberi nama Istiqlal. Secara harfiah, kata
Istiqlal berasal dari bahasa Arab yang berarti: kebebasan, lepas atau
kemerdekaan, yang secara istilah menggambarkan rasa syukur kepada Allah
SWT atas limpahan rahmat berupa kemerdekaan bangsa.
Pada pertemuan di gedung Deca Park tersebut, secara mufakat disepakati
H. Anwar Tjokroaminoto sebagai ketua Yayasan Masjid Istiqlal. Beliau juga
ditunjuk secara mufakat sebagai ketua panitia pembangunan Masjid Istiqlal
meskipun beliau terlambat hadir karena baru kembali ke tanah air setelah
bertugas sebagai delegasi Indonesia ke Jepang membicarakan masalah pampasan
perang saat itu.
* Hal Perencanaan Pembangunan Masjid Istiqlal
Pada tahun 1953, Panita Pembangunan Masjid Istiqlal, melaporkan rencana
pembangunan masjid itu kepada kepala negara. Presiden Soekarno menyambut
baik rencana tersebut, bahkan akan membantu sepenuhnya pembangunan Masjid
Istiqlal. Kemudian Yayasan Masjid Istiqlal disahkan dihadapan notaris
Elisa Pondag pada tanggal 7 Desember 1954.
Presiden Soekarno mulai aktif dalam proyek pembangunan Masjid Istiqlal
sejak beliau ditunjuk sebagai Ketua Dewan Juri dalam Sayembara maket Masjid
Istiqlal yang diumumkan melalui surat kabar dan media lainnya pada tanggal
22 Februari 1955. Melalui pengumuman tersebut, para arsitek baik perorangan
maupun kelembagaan diundang untuk turut serta dalam sayembara itu.
Terjadi perbedaan pendapat mengenai rencana lokasi pembangunan Masjid
Istiqlal. Ir. H. Mohammad Hatta (Wakil Presiden RI) berpendapat bahwa lokasi
yang paling tepat untuk pembangunan Masjid Istiqlal tersebut adalah di
Jl. Moh. Husni Thamrin yang kini menjadi lokasi Hotel Indonesia. Dengan
pertimbangan lokasi tersebut berada di lingkungan masyarakat Muslim dan
waktu itu belum ada bangunan di atasnya.
Sementara itu, Ir. Soekarno (Presiden RI saat) mengusulkan lokasi pembangunan
Masjid Istiqlal di Taman Wilhelmina, yang di dalamnya terdapat reruntuhan
benteng Belanda dan dikelilingi oleh bangunan-bangunan pemerintah dan pusat-
pusat perdagangan serta dekat dengan Istana Merdeka. Hal ini sesuai dengan
simbol kekuasaan kraton di Jawa dan daerah-daerah di Indonesia bahwa masjid
harus selalu berdekatan dengan kraton atau dekat dengan alun-alun, dan
Taman Medan Merdeka dianggap sebagai alun-alun Ibu Kota Jakarta.
Selain itu Soekarno juga menghendaki masjid negara Indonesia ini berdampingan
dengan Gereja Katedral Jakarta untuk melambangkan semangat persaudaraan,
persatuan dan toleransi beragama sesuai Pancasila.
Pendapat H. Moh. Hatta tersebut akan lebih hemat karena tidak akan mengeluarkan
biaya untuk penggusuran bangunan-bangunan yang ada di atas dan di sekitar
lokasi. Namun, setelah dilakukan musyawarah, akhirnya ditetapkan lokasi
pembangunan Masjid Istiqlal di Taman Wilhelmina. Untuk memberi tempat bagi
masjid ini, bekas benteng Belanda yaitu benteng Prins Frederick yang dibangun
pada tahun 1837 dibongkar.
* Sayembara rancang bangun masjid
Dewan Juri sayembara rancang bangun Masjid Istiqlal, terdiri dari para Arsitek
dan Ulama terkenal. Susunan Dewan Juri adalah Presiden Soekarno sebagai ketua,
dengan anggotanya Ir. Roeseno, Ir. Djuanda, Ir. Suwardi, Ir. R. Ukar Bratakusumah,
Rd. Soeratmoko, H. Abdul Malik Karim Amrullah (HAMKA), H. Abu Bakar Aceh, dan
Oemar Husein Amin.
Sayembara berlangsung mulai tanggal 22 Februari 1955 sampai dengan 30 Mei 1955.
Sambutan masyarakat sangat menggembirakan, tergambar dari banyaknya peminat
hingga mencapai 30 peserta. Dari jumlah tersebut, terdapat 27 peserta yang
menyerahkan sketsa dan maketnya, dan hanya 22 peserta yang memenuhi
persyaratan lomba.
Setelah dewan juri menilai dan mengevaluasi, akhirnya ditetapkanlah 5 (lima)
peserta sebagai nominator. Lima peserta tersebut adalah:
Pemenang Pertama: Fredrerich Silaban dengan disain bersandi Ketuhanan
Pemenang Kedua: R. Utoyo dengan disain bersandi Istighfar
Pemenang Ketiga: Hans Gronewegen dengan disain bersandi Salam
Pemenang Keempat: 5 orang mahasiswa ITB dengan disain bersandi Ilham
Pemenang Kelima: adalah 3 orang mahasiswa ITB dengan disain bersandi
Khatulistiwa dan NV. Associatie dengan sandi Lima Arab
Pada tanggal 5 Juli 1955, Dewan Juri menetapkan F. Silaban sebagai pemenang
pertama. Penetapan tersebut dilakukan di Istana Merdeka, sekaligus menganu-
gerahkan sebuah medali emas 75 gram dan uang Rp. 25.000.
Pemenang kedua, ketiga, dan keempat diberikan hadiah. Dan seluruh peserta
mendapat sertifikat penghargaan.
_____________________________________________________________
Masjid Istiqlal Jakarta pada saat dibangunnya dalam
hubungannya dengan situasi Politik dan biaya Pembangunan
______________________________________________________________
Pemancangan tiang pertama dilakukan oleh Presiden Ir. Soekarno pada tanggal
24 Agustus 1961 bertepatan dengan peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW,
disaksikan oleh ribuan umat Islam.
Selanjutnya pelaksanaan pembangunan masjid ini tidak berjalan lancar. Sejak
direncanakan pada tahun 1950 sampai dengan 1965 tidak mengalami banyak kemajuan.
Proyek ini tersendat, karena situasi politik yang kurang kondusif. Pada masa itu,
berlaku demokrasi parlementer, partai-partai politik saling bertikai untuk memper
juangkan kepentingannya masing-masing. Kondisi ini memuncak pada tahun 1965
saat meletus peristiwa G30S/PKI, sehingga pembangunan masjid terhenti sama
sekali.
Setelah situasi politik mereda,pada tahun 1966, Menteri Agama KH. M. Dahlan
mempelopori kembali pembangunan masjid ini. Kepengurusan dipegang oleh
KH. Idham Chalid yang bertindak sebagai Koordinator Panitia Nasional Pembangunan
Masjid Istiqlal.
Tujuh belas tahun kemudian, Masjid Istiqlal selesai dibangun. Dimulai pada
tanggal 24 Agustus 1961, dan diresmikan penggunaannya oleh Presiden Soeharto
pada tanggal 22 Februari 1978, ditandai dengan prasasti yang dipasang di
area tangga pintu As-Salam.
* Hal Biaya Pembangunan
Biaya pembangunan diperoleh terutama dari APBN sebesar Rp. 7.000.000.000,-
(tujuh miliar rupiah) dan US$. 12.000.000 (dua belas juta dollar AS).
________________________________________________________
Masjid Istiqlal Jakarta dan Peristiwa Pengeboman
________________________________________________________
Karena Masjid Istiqlal adalah masjid nasional Republik Indonesia, setiap
upacara atau peringatan hari besar Islam senantiasa digelar di masjid ini.
Misalnya Hari raya Idul Fitri, Idul Adha, Isra Mi'raj, dan Maulid Nabi
digelar di masjid ini dan diliput televisi nasional. Untuk turut memeriahkan
perhelatan Visit Indonesia Year 1991 digelarlah Festival Istiqlal yang
pertama pada tahun 1991.
Festival ini digelar untuk memamerkan seni dan kebudayaan Islam Indonesia,
turut hadir perwakilan negara sahabat berpenduduk muslim seperti Iran, Arab
Saudi, dan perwakilan muslim China dari Uighur. Festival Istiqlal yang kedua
digelar pada tahun 1995 untuk memperingati 50 tahun kemerdekaan Republik Indonesia.
Pada pukul 15.20 WIB hari Senin, 19 April 1999 bom meledak di lantai dasar
Masjid Istiqlal. Letusan ini meretakkan tembok dan memecahkan kaca beberapa
kantor organisasi Islam yang berkantor di Masjid Istiqlal, termasuk kantor
Majelis Ulama Indonesia. Dua orang terluka akibat ledakan ini. Pada bulan
Juni 1999 Polisi mengumumkan tujuh orang pengamen tersangka pelaku pengeboman
Masjid Istiqlal yang telah ditangkap. Ketujuh orang ini adalah pelaksana yang
menempatkan bom di Masjid Istiqlal, meskipun demikian siapakah otak perencana
di balik pengeboman ini masih belum terungkap jelas.
Karena letak Masjid Istiqlal dan Gereja Katedral Jakarta yang bedampingan,
maka kedekatan ini menjadi simbol keharmonisan antarumat beragama di Indonesia.
Kendaraan umat Katolik yang merayakan misa hari besar keagamaan Katolik
diperkenankan menggunakan lahan parkir Masjid Istiqlal.
_________________________________________________________________
Masjid Istiqlal Jakarta dalam hubungannya dengan wisatawan Muslim
dan Non-Muslim pun kunjungan para kepala Negara
_________________________________________________________________
Barack dan Michelle Obama mengunjungi Masjid Istiqlal dipandu oleh Imam Besar
Masjid Istiqlal Prof. Kyai al-Hajj Ali Musthafa Ya'qub pada tanggal 10 November
2010. Sebagai masjid terbesar di Kawasan Timur Asia (Asia Tenggara dan Asia
Timur), Masjid Istiqlal menarik perhatian wisatawan dalam dan luar negeri,
terutama wisatawan muslim yang datang dari berbagai penjuru Indonesia ataupun
wisatawan muslim dari luar negeri.
Pengunjung muslim dapat langsung masuk dan berbaur dengan jemaah untuk menunaikan
shalat berjamaah. Wisatawan non-Muslim diperbolehkan berkunjung dan memasuki
masjid ini, setelah sebelumnya mendapat pembekalan informasi mengenai Islam dan
Masjid Istiqlal.
Pengunjung non-Muslim harus mengikuti tata cara mengunjungi masjid seperti
melepaskan alas kaki serta mengenakan busana yang sopan dan pantas. Misalnya
pengunjung tidak diperkenankan mengenakan celana pendek atau pakaian yang
kurang pantas (busana lengan pendek, kaus kutang atau tank top).
Pengunjung yang mengenakan celana pendek biasanya dipinjamkan sarung, sedangkan
pengunjung wanita diminta mengenakan kerudung. Meskipun demikian bagian yang
boleh dikunjungi kaum non-Muslim terbatas dan harus didampingi pemandu.
Misalnya pengunjung non-Muslim (kecuali tamu negara atau VVIP) tidak diperkenankan
memasuki lantai pertama ruang utama tempat mihrab dan mimbar, tetapi diperbo
lehkan melihat bagian dalam ruangan ini dari balkon lantai kedua. Selebihnya
pengunjung non-Muslim boleh mengunjungi bagian lain seperti pelataran terbuka,
selasar, kaki menara dan koridor masjid.
Setelah presiden Amerika Serikat Barack Obama didampingi istrinya mengunjungi
Masjid Istiqal pada November 2010, makin banyak wisatawan asing yang berkunjung
ke masjid ini, rata-rata sekitar 20 wisatawan asing mengunjungi masjid ini tiap
harinya. Kebanyakan berasal dari Eropa.
Para tokoh penting asing terkenal yang pernah mengunjungi Masjid Istiqlal antara
lain; Bill Clinton Presiden Amerika Serikat pada tahun 1994, Presiden Iran
Mahmoud Ahmadinejad, Presiden Libya Muammar Gaddafi, Pangeran Charles dari
Britania Raya, Li Yuanchao wakil ketua Partai Komunis China, Presiden Cile
Sebastián Piñera, Heinz Fischer Presiden Austria, dan Jens Stoltenberg Perdana
Menteri Norwegia,[11] dan Kanselir Jerman Angela Merkel pada tahun 2012.
Arsitektur
Sebagai masjid negara Indonesia, Masjid Istiqlal diharapkan dapat menampung
jamaah dalam jumlah yang besar. Karena itu arsitekturnya menerapkan prinsip
minimalis, dengan mempertimbangkan keberadaannya di kawasan beriklim tropis.
Masjid dirancang agar udara dapat bebas bersirkulasi sehingga ruangan tetap
sejuk, sementara jemaah terbebas dari panas matahari dan hujan.
Ruangan shalat yang berada di lantai utama dan terbuka sekelilingnya diapit
oleh plaza atau pelataran terbuka di kiri-kanan bangunan utama dengan tiang-
tiang dengan bukaan lowong yang lebar di antaranya, dimaksudkan untuk memudahkan
sirkulasi udara dan penerangan yang alami.
Gaya arsitektur
Masjid ini bergaya arsitektur Islam modern internasional, yaitu menerapkan
bentuk-bentuk geometri sederhana seperti kubus, persegi, dan kubah bola, dalam
ukuran raksasa untuk menimbulkan kesan agung dan monumental. Bahannya pun
dipilih yang besifat kokoh, netral, sederhana, dan minimalis, yaitu marmer
putih dan baja antikarat (stainless steel). Ragam hias ornamen masjid pun
bersifat sederhana namun elegan, yaitu pola geometris berupa ornamen logam
krawangan (kerangka logam berlubang) berpola lingkaran, kubus, atau persegi.
Ornamen-ornamen ini selain berfungsi sabagai penyekat, jendela, atau lubang
udara, juga berfungsi sebagai unsur estetik dari bangunan ini.
Krawangan dari baja ini ditempatkan sebagai jendela, lubang angin, atau ornamen
koridor masjid. Pagar langkan di tepi balkon setiap lantainya serta pagar
tangga pun terbuat dari baja antikarat. Langit-langit masjid dan bagian dalam
kubah pun dilapisi kerangka baja antikarat. Dua belas pilar utama penyangga
kubah pun dilapisi lempengan baja antikarat.
Karena bangunan yang begitu besar dan luas, jika memanfaatkan seluruh permukaan
lantai di semua bagian bangunan, masjid ini dapat menampung maksimal sekitar
200.000 jamaah, meskipun demikian kapasitas ideal masjid ini adalah sekitar
120.000 jamaah. Masjid ini mempunyai arsitektur yang bergaya modern. Jamaah
dan wisatawan yang berkunjung ke masjid ini dapat melihat konstruksi kokoh
bangunan masjid yang didominasi oleh batuan marmer pada tiang-tiang, lantai,
dinding dan tangga serta baja antikarat pada tiang utama, kubah, puncak menara,
plafon, dinding, pintu krawangan, tempat wudhu, dan pagar keliling halaman.
Selain sebagai tempat ibadah, Masjid Istiqlal juga merupakan obyek wisata religi,
pusat pendidikan, dan pusat aktivitas syiar Islam. Dengan berkunjung ke masjid
ini, jamaah dan wisatawan dapat melihat keunikan arsitektur masjid yang
merupakan perpaduan antara arsitektur Indonesia, Timur Tengah, dan Eropa.
Arsitektur Indonesia nampak pada bangunan yang bersifat terbuka dengan
memungkinkan sirkulasi udara alami sesuai dengan iklim tropis serta letak
masjid yang berdekatan dengan bangunan pusat pemerintahan. Kemudian pada
bagian dalam kubah masjid yang berhiaskan kaligrafi merupakan hasil adopsi
arsitektur Timur Tengah. Masjid ini juga dipengaruhi gaya arsitektur Barat,
sebagaimana terlihat dari bentuk tiang dan dinding yang kokoh.
Arsitektur Masjid Istiqlal juga menampilkan pendekatan yang unik terhadap
berbagai serapan budaya dalam komposisi yang harmonis. Perpaduan itu
menunjukkan kuatnya pemahaman yang menghargai berbagai budaya dari masyarakat
yang berbeda, yang ditempatkan sebagai potensi untuk membangun harmoni dan
toleransi antar umat beragama, dalam rangka membina kesatuan dan
persatuan bangsa.
Beberapa kalangan menganggap arsitektur Islam modern Timur Tengah masjid
Istiqlal berupa kubah besar dan menara terlalu bersifat Arab dan modern,
sehingga terlepas dari kaitan harmoni dan warisan tradisi arsitektur Islam
Nusantara tradisional Indonesia. Mungkin sebagai jawabannya mantan presiden
Suharto melalui Yayasan Amal Bhakti Muslim Pancasila menyeponsori pembangunan
berbagai masjid beratap limas tingkat tiga bergaya tradisional masjid Jawa.
Simbolisme
Interior ruang utama masjid Istiqlal; kubah raksasa ditopang 12 tiang
berlapis baja antikarat
Ribuan umat muslim Indonesia berkumpul untuk menunaikan shalat
Ied pada Hari Raya Idul Fitri di Masjid Istiqlal.
Rancangan arsitektur Masjid Istiqlal mengandung angka dan ukuran
yang memiliki makna dan perlambang tertentu. Terdapat tujuh gerbang
untuk memasuki ruangan dalam Istiqlal yang masing-masing dinamai
berdasarkan Al-Asmaul-Husna, nama-nama Allah yang mulia dan terpuji.
Angka tujuh melambangkan tujuh lapis langit dalam kosmologi alam
semesta Islam, serta tujuh hari dalam seminggu. Tempat wudhu terletak
di lantai dasar, sementara ruangan utama dan pelataran utama
terletak di lantai satu yang ditinggikan. Bangunan masjid terdiri
atas dua bangunan; bangunan utama dan bangunan pendamping yang lebih
kecil. Bangunan pendamping berfungsi sebagai tangga sekaligus tempat
tambahan untuk beribadah. Bangunan utama ini dimahkotai kubah dengan
bentang diameter sebesar 45 meter, angka "45" melambangkan tahun 1945,
tahun Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia. Kemuncak atau mastaka
kubah utama dimahkotai ornamen baja antikarat berbentuk Bulan sabit dan
bintang, simbol Islam.
Kubah utama ini ditopang oleh 12 tiang ruang ibadah utama disusun
melingkar tepi dasar kubah, dikelilingi empat tingkat balkon. Angka "12"
yang dilambangkan oleh 12 tiang melambangkan hari kelahiran nabi Muhammad
yaitu tanggal 12 Rabiul Awwal, juga melambangkan 12 bulan dalam penanggalan
Islam (juga penanggalan Masehi) dalam satu tahun. Empat tingkat balkon dan
satu lantai utama melambangkan angka "5" yang melambangkan lima Rukun Islam
sekaligus melambangkan Pancasila, falsafah kebangsaan Indonesia. Tangga
terletak di keempat sudut ruangan menjangkau semua lantai. Pada bangunan
pendamping dimahkotai kubah yang lebih kecil berdiameter 8 meter.
Adanya dua bangunan masjid; yaitu bangunan utama dan bangunan
pendamping (berfungsi sebagai tangga, ruang tambahan dan pintu
masuk Al Fattah), serta dua kubah yaitu kubah utama dan kubah
pendamping, melambangkan angka "2" atau dualisme yang saling
berdampingan dan melengkapi; langit dan bumi, kepentingan akhirat
dan kepentingan duniawi, bathin dan lahir, serta dua bentuk hubungan
penting bagi muslim yaitu Hablum minallah (hubungan manusia dengan
Tuhannya) dan Hablum minannaas (hubungan manusia dengan sesamanya).
Hal ini sesuai dengan sifat agama Islam yang lengkap, mengatur
baik urusan keagamaan maupun sosial kemasyarakatan. Islam tidak
semata-mata bertitik berat pada masalah ibadah dan akhirat saja
tetapi juga memperhatikan urusan duniawi; kesejahteraan, keadilan
dan kepedulian sosial, ekonomi, hukum, ilmu pengetahuan, kebudayaan
dan kehidupan sehari-hari umat muslim.
Rancangan interior masjid ini sederhana, minimalis, dengan hiasan
minimal berupa ornamen geometrik dari bahan baja antikarat. Sifat
gaya arsitektur dan ragam hias geometris yang sederhana, bersih
dan minimalis ini mengandung makna bahwa dalam kesederhanaan
terkandung keindahan. Pada dinding utama yang menghadap kiblat
terdapat mihrab dan mimbar di tengahnya. Pada dinding utama
terdapat ornamen logam bertuliskan aksara Arab Allah di sebelah
kanan dan nama Muhammad di sebelah kiri, di tengahnya terdapat
kaligrafi Arab Surah Thaha ayat ke-14. Semua ornamen logam baja
antikarat didatangkan dari Jerman. Pada awalnya direncanakan
menggunakan bahan marmer impor dari Italia seperti Monumen
Nasional. Akan tetapi untuk menghemat biaya dan mendukung
industri mamer lokal maka bahan marmer akhirnya diambil dari
Tulungagung di Jawa Timur.
Struktur bangunan utama dihubungkan dengan emper dan koridor yang
mengelilingi pelataran terbuka yang luas. Teras besar terbuka ini
berukuran seluas 29.800 meter persegi, berupa pelataran berlapis
tegel keramik berwarna merah bata yang disusun sesuai shaf shalat,
terletak di sisi dan belakang gedung utama. Teras ini berfungsi
menampung jemaah pada saat shalat Idul Fitri dan Idul Adha.
Koridor di sekeliling teras pelataran menghubungkan bangunan
utama dengan menara masjid. Tidak seperti masjid dalam arsitektur
Islam Arab, Persia, Turki, dan India yang memiliki banyak menara,
Istiqlal hanya memiliki satu menara yang melambangkan Keesaan Allah.
Struktur menara berlapis marmer berukuran tinggi 66,66 meter
(6.666 cm),melambangkan 6.666 ayat dalam persepsi tradisional
dalam Al Quran. Ditambah kemuncak yang memahkotai menara terbuat
dari kerangka baja setinggi 30 meter melambangkan 30 juz' dalam
Al Quran,[14] maka tinggi total menara adalah 96,66 meter. Selain
koridor emper keliling terdapat pula koridor di tengah yang
menghubungkan Gerbang Al Fattah dengan Gerbang Ar Rozzaq.
Jika masjid sudah tentu berkiblat ke arah Mekkah, penjuru koridor
ini mengarah ke Monumen Nasional, hal ini untuk menunjukkan bahwa
masjid ini adalah masjid nasional Republik Indonesia.
Di masjid ini juga terdapat bedug raksasa yang terbuat dari
dari sebatang pohon kayu meranti merah asal pulau Kalimantan
yang berusia sekitar 300 tahun.
Masjid Istiqlal dikenal dengan kemegahan bangunannya. Luas
bangunannya hanya mencapai 26% dari kawasan seluas 9.32 hektare,
yang selebihnya adalah halaman dan pertamanan. Pada taman masjid
di sudut barat daya terdapat kolam besar dengan air mancur yang
dapat menyemburkan air setinggi 45 meter. Air mancur ini hanya
diaktifkan tiap hari Jumat menjelang shalat Jumat atau pada hari
raya dan hari penting keagamaan Islam seperti Idul Fitri, Idul
Adha, Maulid Nabi, dan Isra Miraj.
Lingkungan sekitar
Kerumunan jemaah shalat Ied di depan gerbang Al Fattah, Masjid Istiqlal.
Pada tahun 1950, keadaan dan kondisi kawasan Taman Wilhelmina
yang berada di depan Lapangan Banteng merupakan tempat yang sepi,
gelap, kotor, dan tak terurus. Reruntuhan tembok bekas bangunan
Benteng Prins Frederick di taman itu penuh dengan lumut, dan ditumbuhi
ilalang dimana-mana.
Pada tanggal 21 Mei 1961, dalam rangka peringatan Hari Kebangkitan
Nasional di tempat yang sama, sekitar 50.000 orang dari berbagai unsur
lapisan masyarakat, termasuk pegawai negeri dan swasta, alim ulama,
tentara, dan lain-lain bekerja bakti membersihkan taman Wilhelmina
yang tak terurus itu, sebagai persiapan lokasi pembangunan Masjid
yang diawali dengan pidato Menteri Jaksa Agung.
Beberapa bulan kemudian, tepatnya tanggal 24 Agustus 1961, telah
menjadi tanggal yang paling bersejarah bagi kaum muslimin di Jakarta
khususnya, dan Indonesia pada umumnya, untuk pertama kalinya di bekas
taman itu, kota Jakarta akan memiliki sebuah masjid besar dan monumental.
Maka dengan ucapan Bismillahirrahmanirrahim Presiden RI Ir. Soekarno
meresmikan permulaan pembangunan Masjid Istiqlal diatas area seluas
9.32 Ha. Yang ditandai dengan pemasangan tiang pancang disaksikan
oleh ribuan ummat Islam. Sebuah masjid yang akan menjadi simbol
kemerdekaan bagi bangsa Indonesia.
Kompleks Masjid Istiqlal juga mempunyai daya tampung parkir untuk
800 kendaraan.
Pagar dan pintu gerbang
Komplek Masjid Istiqlal dikelilingi pagar setinggi empat meter,
terdiri dari tembok setinggi satu meter dan diatasnya berdiri
pagar setinggi tiga meter yang terbuat dari bahan stainless steel,
baja anti karat sepanjang 1.165 meter.
Semula pagar ini meski dibuat dari bahan baja antikarat dan cukup
kokoh, namun tingginya hanya sekitar 1,2 meter ditambah 1 meter
tembok sehingga memudahkan keluar masuknya orang-orang yang tidak
bertanggung jawab dengan cara melompati pagar tersebut, ditambah
lagi dengan pintu gerbang yang sangat mudah dilewati meski pintu
tersebut dalam keadaan terkunci.
Sebagai solusinya maka mulai tahun 2007 pagar diganti menjadi
lebih tinggi dan indah seperti yang disaksikan sekarang. Pintu
gerbangpun diubah dan dipercantik dengan menggunakan alumunium
cor dan dirancang memiliki celah-celah yang rapat yang tidak
mungkin dilewati oleh manusia.
Saat ini untuk masuk ke wilayah Masjid Istiqlal baik menggunakan
kendaraan ataupun berjalan kaki harus melalui pintu gerbang yang
terbuka yang masing-masing mempunyai gardu jaga. Pintu-pintu gerbang
tersebut terletak di sebelah utara, timur, tenggara dan selatan.
Salah satu dari pintu gerbang tersebut diperuntukkan khusus untuk
VIP yaitu RI 1 dan RI 2.
Terdapat lima pintu gerbang masuk menuju kompleks Masjid Istiqlal,
beberapa gerbang masuk ini dihubungkan ke masjid oleh jembatan yang
dibawahnya mengalir sungai Ciliwung dan di kiri kanannya terdapat l
apangan parkir yang luas, sedangkan dua buah lainnya di bagian utara
tidak dihubungkan dengan jembatan. Gerbang masjid ini terdapat di
ketiga sisi kompleks masjid, yaitu sisi utara menghadap pintu air
dan jalan Veteran, sisi timur menghadap Gereja Katedral Jakarta dan
jalan Katedral, dan sisi tenggara-selatan menghadap jalan Perwira dan
kantor pusat Pertamina. Sementara di sepanjang sisi barat terdapat
rel kereta api yang menghubungkan Stasiun Gambir dan Stasiun Juanda,
di sisi barat ini tidak terdapat pintu gerbang.
Sisi Utara dari arah Pintu Air terdapat satu pintu gerbang yang
langsung diarahkan menuju pintu As-Salam. Pada acara kenegaraan
biasanya hanya dibuka untuk dilalui para undangan VIP setingkat
pejabat negara, para menteri, duta-duta besar perwakilan negara
sahabat, pejabat legislatif, pejabat daerah dan undangan VIP
lainnya.
Sisi Timur Laut dari arah Katedral terdapat satu buah pintu
gerbang berhadapan dengan bangunan gereja Katedral. Pintu
gerbang inilah yang dibuka setiap harinya untuk keluar masuk
area Masjid Istiqlal dan mulai pada pertengahan tahun 2008
perparkiran menggunakan sistem Check Point.
Sisi Tenggara-Selatan dari arah Kantor Pusat Pertamina dan
jalan Perwira terdapat tiga pintu gerbang, satu pintu gerbang
ujung selatan tepat di pertigaan Jalan Merdeka Timur dan jalan
Perwira searah dengan gedung kantor pusat Pertamina dan Stasiun
Gambir, satu pintu di sisi tenggara dekat jembatan Ciliwung,
dan satu lagi dekat pertigaan Lapangan Banteng searah dengan
gedung Kementerian Agama Pusat. Gerbang tenggara dekat jembatan
Ciliwung biasanya dibuka untuk umum hanya pada saat shalat Jumat,
sedangkan pintu gerbang ujung selatan khusus diperuntukkan bagi
Presiden dan Wakil Presiden Indonesia beserta rombongan bila
menghadiri acara keagamaan yang diselenggarakan secara kenegaraan
di Masjid Istiqlal, seperti peringatan hari-hari besar Islam
seperti Hari Raya Idul Fitri dan Idul Adha.
Seluruh pintu gerbang ini dibuka setiap acara resmi kenegaraan,
sedangkan untuk hari-hari biasa pintu gerbang yang dibuka hanya
pintu dari arah Katedral yang langsung menuju pintu Al-Fattah.
Sedangkan pada bangunan Masjid Istiqlal terdapat 7 buah
pintu gerbang yand dinamakan berdasarkan Asmaul Husna.
Taman, parkir, jembatan, dan air mancur
\
Air mancur di tengah kolam sudut barat daya taman Masjid Istiqlal.
Halaman di sekitar Masjid Istiqlal sebelah utara, selatan dan timur
seluas 6,85 Ha terdari dari:
Pertamanan seluas 4,15 Ha, dibagi menjadi 23 lokasi dan masing-
masing diberi nama sesuai dengan nama pepohonan yang dominan
berada di lokasi tersebut. Misalnya Taman Kamboja dan lain-lain.
Rindangnnya pertamanan berfungsi juga sebagai hutan kota, dihidupi
pula dengan beberapa jenis unggas untuk menambah keindahan komplek
Masjid Istiqlal. Dengan demikian menjadikan suasana masjid terasa
sejuk sehinnga akan menambah kekhusyuan beribadah bagi para jamaah.
Perparkiran seluas 2,15 Ha, yang dapat menampung kurang lebih 800
kendaraan sekaligus melalui 7 buah pintu gerbang yang ada. Kualitas
pengaspalan untuk halaman, parkir dan jalan dibuat dengan methode
pengaspalan kelas satu. Sungai Ciliwung mengalir membelah kompleks
Masjid Istiqlal. Karena halaman Masjid Istiqlal dikelilingi oleh
sungai, maka dibangun pula tiga buah jembatan besar yang lebarnya
18,6 meter dan panjang sekitar 21 sampai 25 meter. Ditambah satu
buah jembatan kecil untuk pejalan kaki, kerangka dari jembatan-
jembatan ini juga terbuat dari bahan stainless steel. Tepat di
taman ini aliran sungai Ciliwung bercabang dua, cabang ke barat
mengarah ke Harmoni, Jalan Gajah Mada-Hayam Wuruk, dan kawasan
Kota Tua Jakarta, sedangkan cabang ke timur mengarah ke Pasar Baru,
Gunung Sahari dan Ancol. Di sisi utara cabang barat terdapat pintu
air yang dibangun pada zaman kolonial Hindia Belanda.
Untuk menambah indahnya panorama kompleks Masjid Istiqlal, di
halaman bagian selatan dilengkapi dengan kolam air mancur yang
ditempatkan di tengah-tengah, taman air mancur ini seluas 2.803
meter persegi, dan kolam air mancur seluas 8.490 meter persegi,
adi luas keseluruhannya 11,293 meter persegi. Pada bagian tengah
kolam dibuat ring penampung air bersih bergaris tengah 45 meter,
jumlah nozel pemancar air mancur sebanyak: 1 buah tegak lurus di
tengah-tengah cawan air mancur, 17 buah di lingkar luar, dan 8
buah buah di lingkar dalam pada kolam penampungan air bersih.
Air mancur ini dapat memancarkan air setinggi 45 meter.
Gedung utama dan gedung pendukung
Masjid Istiqlal berdaya tampung jamaah sebanyak 200.000 orang
yang terdiri dari:
Ruang shalat utama dan balkon serta sayap memuat 61.000 orang.
Ruang pada bangunan pendahuluan memuat 8.000 orang.
Ruang teras terbuka di lantai 2 memuat 50.000 orang.
Semua koridor dan tempat lainnya memuat 81.000 orang.
Pintu masuk[sunting | sunting sumber]
Terdapat tujuh pintu gerbang masuk ke dalam Masjid Istiqlal.
Masing-masing pintu itu diberi nama berdasarkan Asmaul Husna.
Dari ketujuh pintu ini tiga pintu yaitu Al Fattah, As Salam dan
Ar Rozzaq adalah pintu utama. Ketujuh pintu itu adalah:
Al Fattah (Gerbang Pembuka):
pintu utama yang terletak sisi timur laut berhadapan dengan
Gereja Katedral. Pintu ini adalah pintu untuk masyarakat umum
yang senantiasa terbuka dan terletak di bangunan pendamping
dengan kubah kecil diatasnya.
Al Quddus (Gerbang Kesucian):
pintu yang terletak di sisi timur laut terdapat di sudut
bangunan utama masjid.
As Salam (Gerbang Kedamaian):
salah satu pintu utama ini terletak di ujung utara pada sudut
bangunan utama. Pintu ini langsung menuju dekat shaf terdepan
barisan shalat, sehingga pintu ini digunakan untuk tamu penting
VIP, seperti ulama, tamu asing, duta besar dari negara muslim,
dan tamu penting lainnya pada acara keagamaan penting.
Al Malik (Gerbang Raja): pintu VVIP di sisi barat pada sudut
bangunan utama masjid. Seperti pintu As Salam pintu ini juga
langsung menuju dekat shaf terdepan barisan shalat, sehingga
pintu ini digunakan untuk tamu penting VVIP seperti presiden
dan wakil presiden Indonesia serta tamu negara yang berkunjung.
Al Ghaffar (Gerbang Ampunan): pintu ini terletak di ujung selatan
pada bangunan selasar pelataran, tepat di bawah menara masjid
Istiqlal. Pintu ini adalah yang paling dekat gerbang tenggara
sekaligus yang terjauh dari mihrab masjid.
Ar Rozzaq (Gerbang Rezeki):
salah satu pintu utama ini terletak
di tengah-tengah sisi selatan selasar pelataran Istiqlal. Dari
pintu ini terdapat koridor yang lurus menghubungkannya dengan
pintu Al Fatah di sisi timur laut.
Ar Rahman (Gerbang Pengasih):
pintu ini terletak di sudut barat
daya bangunan selasar masjid, dekat pintu Al Malik.
Gedung utama
Mihrab dan mimbar di ruang utama
Tinggi: 60 meter
Panjang: 100 meter
Lebar: 100 meter
Tiang pancang: 2.361 buah
Masjid Istiqlal yang megah ini adalah bangunan berlantai dua.
Lantai pertama untuk perkantoran, ruang pertemuan, instalasi
AC sentral dan listrik, kamar mandi, toilet dan ruang tempat
wudhu. Lantai dua, untuk shalat yang terdiri dari ruang shalat
utama dan teras terbuka yang luas guna untuk menampung jemaah
yang melimpah terutama pada saat shalat Idul Fitri dan Idul Adha.
Gedung utama dengan ruang shalat utama mengarah ke kiblat (Mekkah),
sedangkan teras terbuka yang luas mengarah ke Monumen Nasional
(Monas).
Lantai utama yang disediakan untuk ruang sholat baik Rawatib
ataupun sholat sunnat lainnya terletak di gedung utama dengan
daya tampung 61.00 orang jamaah. Di bagian depan terdapat Mihrab
tempat dimana imam memimpin sholat jamaah, dan disebelah kanan
mihrab terdapat mimbar yang ditinggikan. Lantainya ditutupi
karpet merah sumbangan seorang dermawan dari Kerajaan Arab Saudi.
* Hal Kubah besar
Dengan diameter 45 m, terbuat dari kerangka baja antikarat dari Jerman Barat
dengan berat 86 ton, sementara bagian luarnya dilapisi dengan keramik.
Diameter 45 meter merupakan simbol penghormatan dan rasa syukur atas kemerdekaan
Bangsa Indonesia pada tahun 1945 sesuai dengan nama Istiqlal itu sendiri.
Bagian bawah sekeliling kubah terdapat kaligrafi Surat Yassin yang ditulis
oleh K.H Fa'iz seorang Khatthaath senior dari Jawa Timur.
Dari luar atap bagian atas kubah dipasang penangkal petir berbentuk lambang Bulan
dan Bintang yang terbuat dari stainless steel dengan diameter 3 meter dan berat
2,5 ton. Dari dalam kubah di topang oleh 12 pilar berdiameter 2,6 meter dengan
tinggi 60 meter, 12 buah pilar ini merupakan simbol angka kelahiran nabi
Muhammad SAW yaitu 12 Rabiul Awal tahun Gajah atau 20 April 571 M.
Seluruh bagian di gedung utama ini dilapisi marmer yang didatangkan langsung
dari Tulungagung seluas 36.980 meter persegi.
Gedung pendahuluan
Tinggi: 52 meter
Panjang: 33 meter
Lebar: 27 meter
Bagian ini memiliki lima lantai yang terletak di belakang gedung
utama yang diapit dua sayap teras. Luas lantainya 36.980 meter
persegi, dilapisi dengan 17.300 meter persegi marmer. Jumlah
tiang pancangnya sebanyak 1800 buah. Di atas gedung ini ada sebuah
kubah kecil, fungsi utama dari gedung ini yaitu setiap jamaah
dapat menuju gedung utama secara langsung. Selain itu juga bisa
dimanfaatkan sebagai perluasan tempat shalat bila gedung utama
penuh.
Teras raksasa
Teras raksasa terbuka seluas 29.800 meter terletak di sebelah
kiri dan dibelakang gedung induk. Teras ini berlapis tegel
keramik berwarna merah kecoklatan yang disusun membentuk shaf
shalat. Teras ini dibuat untuk menampung jamaah pada saat shalat
Idul Fitri dan Idul Adha. Selain itu teras ini juga berfungsi
sebagai tempat acara-acara keagamaan seperti MTQ dan pada emper
tengah biasa digunakan untuk peragaan latihan manasik haji,
teras raksasa ini dapat menampung sekitar 50.000 jamaah.
Emper keliling dan koridor
Panjang: 165 meter
Lebar : 125 meter
Emper atau koridor ini mengelilingi teras raksasa dan koridor
tengah yang sekelilingya terdapat 1800 pilar guna menopang
bangunan emper. Di bagian tengah terdapat koridor tengah yang
menghubungkan pintu Al Fattah di timur laut dengan pintu Ar
Rozzaq di barat daya. Arah poros koridor ini mengarah ke
Monumen Nasional menandakan masjid ini adalah masjid nasional.
* Hal Menara
Menara Istiqlal dengan Monas terlihat di kejauhan
Tinggi tubuh menara marmer: 6.666 cm = 66.66 meter
Tinggi kemuncak (pinnacle) menara baja antikarat: 30 meter
Tinggi total menara: sekitar 90 meter
Diameter menara 5 meter
Bangunan menara meruncing ke atas ini berfungsi sebagai tempat Muadzin
mengumandangkan adzan. Di atasnya terdapat pengeras suara yang dapat
menyuarakan adzan ke kawasan sekitar masjid.
Menara megah tersebut melambangkan keagungan Islam, dan kemuliaan kaum
muslimin. Keistimewaan lainnya, menara yang terletak di sudut selatan
masjid, dengan ketinggian 6.666 cm ini dinisbahkan dengan jumlah ayat-
ayat Al-Quran. Pada bagian ujung atas menara, berdiri kemuncak (pinnacle)
dari besi baja yang menjulang ke angkasa setinggi 30 meter sebagai
simbol dari jumlah juz dalam Al-Quran. Menara dan kemuncak baja ini
membentuk tinggi total menara sekitar 90 meter.
Puncak menara yang meruncing dirancang berlubang-lubang terbuat dari
kerangka baja tipis. Angka 6.666 merupakan simbol dari jumlah ayat yang
terdapat dalam AL- Quran, seperti yang diyakini oleh sebahagian besar
ulama di Indonesia.
* Hal Lantai dasar dan tangga
Ruangan shalat terdapat di lantai pertama tepat di atas lantai dasar, sedangkan
lantai dasar terdapat ruang wudhu, kantor Masjid Istiqlal, dan kantor berbagai
organisasi Islam. Lantai dasar Masjid Istiqlal seluruhnya ditutupi oleh marmer
seluas 25.000 meter persegi dipersiapkan untuk sarana perkantoran, sarana
penunjang masjid, dan ruang serbaguna. Gagasan semula tempat ini akan dibiarkan
terbuka yang sewaktu-waktu dapat dipergunakan, misalnya pada saat penyelenggaraan
Festival Istiqlal I tahun 1991 dan Festival Istiqlal II tahun 1995 ruangan-ruangan
serbaguna di lantai dasar dan pelataran halaman Masjid dijadikan ruang pameran
seni Islam Indonesia dan bazaar.
Namun pasca terjadinya pengeboman di Masjid Istiqlal pada tanggal 19 April 1999
maka dilakukanlah pemagaran dan pembuatan pintu-pintu strategis pada tahun 1999.
Jumlah tangga menuju lantai shalat utama sebanyak 11 unit. Tiga diantaranya memiliki
ukuran besar dan berfungsi sebagai tangga utama yaitu: satu unit berada disisi
utara gedung induk, satu unit berada pada gedung pendahuluan yang dapat dipergunakan
langsung menuju lantai lima, dan satu unit lainnya berlokasi di emper selatan menuju
lantai utama, tangga-tangga ini memiliki lebar 15 meter.
Disamping itu terdapat 4 unit tangga dengan ukuran lebar 3 meter berlokasi pada
tiap-tiap pojok gedung utama yang langsung menuju lantai lima dan di sudut-sudut
teras raksasa.
* Hal Sarana dan fasilitas
Koridor keliling dipenuhi jemaah shalat Ied hari raya Idul Fitri
Umat muslim Indonesia tengah membaca Al Quran setelah menunaikan shalat di Masjid
Istiqlal, Jakarta, Indonesia. Indonesia memiliki jumlah umat muslim terbesar di dunia
Ruang shalat utama luasnya satu hektare dapat menampung jamaah lebih dari 16.000 orang.
Ruang tersebut ditambah balkon 4 tingkat dan sayap disebelah timur, selatan, dan utara
sehingga luas seluruhnya menjadi 36.980 meter persegi atau sama dengan hampir 4 hektare
yang berarti dapat menampung jamaah sekitar 61.000 orang.
Di sebelah barat ruang shalat utama terletak mimbar yang diapit sebelah kiri dan
kanannya oleh tembok berlapiskan marmer di mana terpajang kaligrafi Arab yang indah
berbunyi: "Allah" (sebelah utara), "Laa Ilaha Illa Allah, Muhammad ar Rasulu Allah"
(tengah), dan "Muhammad" (sebelah selatan).
* Hal Sarana peribadatan
Karpet
Seluruh lantai utama masjid ditutupi oleh karpet merah sumbangan dari seorang dermawan
Arab Saudi bernama Sheikh Esmail Abu Daud yang diserah terimahkan pada tanggal 3 Juni
2005. Karpet sebanyak 103 gulung ini berwarna merah terbuat dari bahan dasar wol.
Perawatan karpet tersebut dikerjakan secara manual, setiap hari dibersihkan dengan
menggunakan alat vacum cleaner. Jumlah karpet penutup lantai utama 18 lembar, setiap
lembarnya berukuran: panjang 25 meter dan lebar 4 meter, rata-rata beratnya 250 kg.
Rak Al Quran
Masjid Istiqlal juga menyediakan mushaf Al-Qur'an untuk dibaca oleh para jama'ah
yang ditempatkan pada rak yang melingkar di 12 tiang yang terdapat pada lantai utama,
setiap rak berbentuk setengah lingkaran yang terdiri dari dua tingkat terbuat dari
bahan stainless steel.
Setiap rak dapat menampung 100 sampai 150 buah mushaf yang disediakan oleh BPPMI
serta waqaf dari jamaah.
Sketsel
Untuk pembatas antara tempat shalat bagi jamaah pria dan wanita dan batas area
sholat rawatib, di lantai utama Masjid Istiqlal juga disediakan sketsel yang
terbuat dari 20 modul dengan bahan stainless steel dan dari bahan kayu 20 modul
dengan ukuran masing-masing 2 meter x 80 cm. Sketsel tersebut bersifat knock down
yang bisa dipasang sesuai kebutuhan.
Sarana olahraga
Didalam tubuh yang sehat terdapat jiwa yang kuat. Menjaga kesehatan dengan
berolahraga merupakan hal yang rutin dilakukan oleh siswa-siswi madrasah dan
remaja Masjid Istiqlal.
Untuk mendukung berbagai macam program yang ada, BPPMI menyediakan
fasilitas-fasilitas pendukung seperti sarana olah raga yang
representatif berstandart nasional dan internasional yang dibangun
di pojok kiri bagian timur Masjid.
Pusat kegiatan olahraga ini berupa lapangan terbuka terdiri dari
lapangan Futsal, Badminton, Bola Volly dan Basket. Lapangan olah
raga ini berukuran 420 meter persegi, diresmikan penggunaannya
oleh ibu Menteri Agama RI pada Tanggal 17 Januari 2009 M/20
Muharram 1430 M.
Tenaga listrik
Tenaga listrik di Masjid Istiqlal difungsikan untuk:
Penerangan
Tenaga Hydrofour
AC
Sound system
Air Mancur
Alat eloktronik lainnya seperti TV, Komputer dll.
Penggunaan listrik untuk kebutuhan penerangan diseluruh areal Masjid
Istiqlal baik di gedung ataupun di taman dan halaman serta pagar
menggunakan layanan listrik dari PLN. Suplai listrik yang diperoleh
dari Perusahaan Listrik Negara (PLN) dengan satu gardu tersendiri
yang menyiapkan central box berkapasitas 2.000 KVA.
Sebagai cadangan bila terjadi pemadaman dari pihak PLN, disiapkan
juga dua buah mesin diesel atau generator berkekuatan 825 KVA dan
500 KVA. Selain untuk penerangan tenaga listrik ini juga dipergunakan
untuk mesin-mesin Hydrofour dan AC di ruang perkantoran yang terdapat
di lantai dasar masjid, rata-rata konsumsi listrik setiap bulannya
adalah 1.750 KVA, dengan pembayaran rekening rata-rata sebesar
Rp: 125.000.000/bulan.
* Hal Sistem suara dan multimedia
Untuk keperluan ibadah dan sarana informasi Masjid Istiqlal menggunakan
sound system yang dikendalikan secara terpusat yang terletak pada ruang
kaca bagian belakang lantai dua, dengan jumlah speaker sebanyak 200 chanel
yang tersebar pada lantai utama.
Jumlah speaker yang terdapat pada koridor, gedung penghubung dan gedung
pendahuluan sebanyak 158 chanel. Sound system dikendalikan oleh 26 amplyfire
dan 5 (lima) buah mixer dan diawasi oleh enam orang yang bertugas secara
bergantian baik siang ataupun malam hari.
Untuk mendukung kelancaran komunikasi pada waktu pelaksanaan ibadah dan
kegiatan, di lantai utama juga telah dipasang system TV plasma sehingga
akses informasi dapat diikuti secara merata oleh para jamaah yang berada
diseluruh area ruang utama Masjid.
Pendingin udara (AC)
AC difungsikan secara sentral yang meliputi seluruh perkantoran dan ruangan
lain yang ada di lantai dasar. Untuk memenuhi kebutuhan AC ini didukung
oleh empat buah mesin pendingin atau chiller.
Pendingin ruangan hanya digunakan bagi ruangan-ruangan kantor di lantai
bawah dengan menggunakan sistem AC central dan AC split.
Untuk menambah kenyamanan beribadah bagi jamaah, sekarang ini ruang utama
Masjid Istiqlal dilengkapi juga dengan 5 unit standing AC, masing-masing
berkekuatan 5 PK dan sebelas unit AC celling berkekuatan masing-masing 5
PK, ditambah kipas angin berukuran besar.
Disamping itu pada ruangan perkantoran, ruang madrasah serta ruang VIP
yang berada pada lantai dasar sistem pendinginnya juga menggunakan AC
sentral yang digerakkan oleh empat unit mesin chiller dengan 300 buah
fan coil unit yang tersebar pada setiap ruangan, karena termakan usia
di beberapa ruangan ditemukan AC chiller sudah kurang berfungsi maka
secara bertahap dilakukan penggantian dengan AC split.
Fasilitas air, ruang wudhu, kamar mandi, WC
Tempat wudhu pria
* Hal Tempat wudhu wanita
Keperluan air untuk bersuci di Masjid Istiqlal pada awalnya dari Perusahaan
Air Minum (PAM). Sebagai cadangan untuk mengantisipasi kekurangan dan kerusakan
maka dibuatlah 6 buah sumur artesis dengan kedalaman 100 M, menggunakan mesin
berkekuatan 3 PK dan 3 fase berkapasitas 600 liter permenit dan didistribusikan
ke tempat-tempat wudhu.
Untuk kebutuhan air di tempat pembuangan air kecil digunakan delapa buah
mesin Hydrofour, ditambah empat tangki Hydrofour berkapasitas 1400 liter.
Mesin-mesin air tersebut menggunakan tenaga listrik sebanyak 15 PK.
Tempat wudhu terdapat di beberapa lokasi di lantai dasar yaitu di sebelah
utara, timur maupun selatan gedung utama. Di setiap lokasi tersedia 100
unit tempat wudhu dengan kran air terbuat dari bahan stainless steel, tiap
unitnya terdiri atas 6 buah kran maka jumlah kran seluruhnya sebanyak
600 buah. Berarti pada saat yang bersamaan dapat melayani 600 orang berwudhu
sekaligus.
Sedangkan toilet terdapat di lantai dasar sebelah barat, selatan dan
timur di bawah teras raksasa. Toilet ini sengaja dibangun terpisah dari
tempat wudhu, hal ini dimaksudkan agar tempat yang bersih dan suci tidak
berdekatan dengan tempat yang kotor. Disisi sebelah timur, dibawah emper
masjid terdapat dua lokasi urinior yang berkapasitas 80 ruang.
Selain itu juga terdapat 52 kamar mandi dan WC, dengan rincian: 12
buah dibawah emper barat, 12 buah dibawah emper selatan dekat menara
dan 28 buah dibawah emper sebelah timur. Keperluan air untuk wudhu,
kamar mandi dan toilet ini setiap hari dipasok air dari PAM yaang
berkapasitas 600 liter per menit.
Lift bagi penyandang cacat
Mengingat Masjid Istiqlal sebagai sarana umum dan jamaah yang
berkunjung juga terdapat diantaranya penyandang cacat dan jamaah
lanjut usia. Karena itu bagi penyandang cacat yang akan menuju ke
lantai dua dan lantai utama disediakan lift yang terletak di bagian
selatan. Hal ini dalam rangka peningkatan pelayanan kepada para
jamaah penyandang cacat dan lansia.
Keberadaan satu unit lift yang diperuntukkan khusus bagi jamaah
penyandang cacat dan lansia ini adalah berkat bantuan pemerintah
DKI Jakarta. Lift tersebut berkapasitas 6 orang dan dioperasikan
pada waktu-waktu tertentu sesuai kebutuhan.
Lift ini terdapat di lokasi pintu Ar-Rahman dan dapat diakses
melalui pintu gerbang depan kantor pusat pertamina.
Perpustakaan Islam
Firman yang pertama kali diturunkan-Nya dalam Al Quran adalah
perintah membaca, melalui firman-Nya tersebut Allah memerintahkan
manusia membaca sebagai jalan untuk menuntut ilmu. Jadi jika
menutut ilmu memiliki kedudukan mulia, maka jalan kearahnya
pun dengan membaca menjadi jalan yang mulia. Kesadaran akan
pentingnya membaca sebagai jalan masuknya ilmu telah mendorong
generasi terdahulu umat Islam untuk mendirikan fasilitas yang
bisa menampung bahan bacaan karya-karya ulama Islam waktu itu.
Perpustakaan Islam Istiqlal, walaupun belum bisa mewakili jumlah
besarnya koleksi buku seperti perpustakaan-perpustakaan Islam
yang besar lainnya, mewakili fungsinya sebagai pusat keilmuan
Islam. Perpustakaan Islam sendiri sudah mulai berkembang di
Indonesia. Hampir di setiap masjid-masjid besar di Ibukota,
telah dilengkapi dengan sarana perpustakaan.
Poliklinik
Ketika gubernur DKI Jakarta dijabat oleh Bapak Sumarno pada tahun
1968 dimana Masjid Istiqlal masih dalam proses pembangunan, maka
untuk membantu karyawan dalam pemeriksaan kesehatan, Gubernur
Sumarno ketika itu meminta bantuan pihak RS Gatot Soebroto untuk
turut serta membantu dalam bidang pelayanan kesehatan bagi seluruh
pekerja dan karyawan proyek pembangunan Masjid Istiqlal. Pihak
RS mengirimkan bantuan empat orang tenaga mantri secara bergiliran
yaitu:
H.Abd.Hamid Ipang H.M.Sukiran Suster Yuyun Rahayu Suster Rosda
Setelah proyek pembangunan masjid diserahkan kepada Sekretaris
Negara pada tahun 1984 tenaga medis yang menangani pelayanan
kesehatan tinggal dua orang yaitu H.Abd. Hamid Ipang dan H.M. Sukiran.
Sampai sekarang Masjid Istiqlal tetap menyediakan fasilitas berupa
Poliklinik Umum. Poliklinik ini berada di bawah tanggung jawab
dr. Khulushinnisak, MARS yang juga PNS Departemen Agama.
Di Klinik ini karyawan dan para jamaah Masjid Istiqla bisa
mendapatkan layanan kesehatan dengan berbagai kemudahan. Klinik
Istiqlal bertempat di lantai dasar Masjid Istiqlal Jl. Taman
Wijaya Kusuma No.1, Jakarta Pusat.
Pelayanan Kesehatan yang diberikan berupa pemeriksaan dan
konsultasi dokter umum serta obat-obatan generik. Bagi karyawan
dan jamaah Masjid Istiqlal, dibebaskan biaya pemeriksanaan.
Karyawan dan jamaah harus membawa kartu berobat (atau kartu
identitas jika belum memiliki kartu berobat) agar dibebaskan
dari biaya pemeriksaan dan konsultasi dokter.
Obat-obatan yang diberikan diutamakan dalam bentuk generik, dan
bagi obat-obatan yang tidak ada dalam bentuk generik diutamakan
penyediaan hasil produksi perusahaan farmasi nasional.
Jadwal pelayanan kesehatan bagi karyawan adalah setiap hari kerja :
Senin s/d Jum'at : 08.00 - 16.00, Hari sabtu dan Ahad tutup
kecuali jika di Masjid Istiqlal diadakan acara hari-hari besar
Islam atau acara-acara penting lainnya.
Sejak tahun 2003, pliklinik Masjid Istiqlal sudah dilengkapi
oleh tiga orang tenaga dokter dan seorang paramedis, tiga orang
tenaga dokter tersebut adalah dokter umum yang terdiri dari
seorang dokter PNS Departemen Agama DPK, dua orang dokter
Kememterian Agama dan seorang paramedis/mantri karyawan Masjid
Istiqlal pensiunan dari RS Gatot Soebroto. Poliklinik Masjid
Istiqlal juga dilengkapi alat untuk mengecek kadar gula darah
dan kolestrol serta satu unit mobil ambulans.
Adapun obat-obatan yang tersedia di poliklinik ini adalah obat
generik bagi penyakit ringan untuk membantu pada tahap pertolongan
pertama, bila ada penyakit yang memerlukan pengobatan medis yang
serius maka akan dirujuk ke RS. Gatot Soebroto atau RSCM.
Madrasah
Masjid ini menjadi pedoman dan teladan pengelolaan masjid di Indonesia,
sehingga harus menjadi contoh dan model dalam pengelolaan masjid secara
nasional. Dalam konsep pengelolaan masjid yang ideal, masjid tidak hanya
berfungsi sebagai tempat ibadah, tetapi juga harus mejadi tempat pembinaan
umat melalui berbagai macam kegiatan.
Salah satu kegiatan yang sangat penting adalah pendidikan untuk pembinaan
masyarakat atau umat baik pendidikan formal maupun non formal.
Telah diselenggarakan pendidikan formal di Masjid Istiqlal yang terdiri
dari jenjang pendidikan: Kelompok bermain dan Raudhatul Athfal, Madarasah
Ibtidaiyah (MI) dan Madrasah Tsanawiyah (MTs).
* Hal Bedug raksasa
Pada waktu dulu masjid-masjid di Indonesia dilengkapi dengan bedug yang
berfungsi sebagai tanda masuk waktu shalat. Bedug dipukul ketika waktu
untuk shalat tiba, diikuti adzan.
Di Masjid Istiqlal bedug masih ada dan dilestarikan keberadaannya sebagai
warisan budaya bangsa, saat ini bunyi bedug direkam kemudian diperdengarkan
melalui pengeras suara sebelum adzan dikumandangkan. Bedug tersebut memiliki
ukuran yang sangat besar, diletakkan di atas penyangga setinggi 3,80 meter,
panjangnya 3,45 meter, dan lebarnya 3,40 meter. Semua terbuat dari kayu jati
dari hutan Randu Blatung di Jawa Tengah.
Bedug Masjid Istiqlal panjangnya 3 meter, dengan berat 2,30 ton, bagian
depan berdiameter 2 meter, bagian belakang 1,71 meter, terbuat dari kayu
meranti merah (shorea wood) dari sebuah pohon berumur 300 tahun, diambil
dari hutan di Kalimantan Timur, diawetkan menggunakan bahan pengawet
superwolman salt D (fluoride, clirome, dan arsenate)
Dulu bedug di Masjid Istiqlal tersebut dipukul setiap hari Jumat, mendahului
adzan Jumat yang dikumandangkan melalui pengeras suara. Belakangan ini
suara bedug direkam kemudian diperdengarkan melalui pengeras suara sebelum
adzan dikumandangkan. Walaupun fungsi beduk sudah dapat digantikan oleh
pengeras suara, dalam menentukan tanda masuk waktu shalat, tetapi di Masjid
Istiqlal, beduk masih dimanfaatkan.
Beduk dipukul sebelum adzan. Selain itu beduk raksasa masjid ini juga
berfungsi sebagai hiasan dan sekaligus melestarikan salah satu budaya
Islam Indonesia.
Bedug
Garis tengah bagian depan : 2 meter
Garis tengah bagian belakang : 1,71 meter
Panjang : 3 meter
Berat : + 2,30 ton
Jenis kayu : Meranti Merah (Shorea) dari Kalimantan Timur
Umur pohon : + 300 tahun.
Kaki bedug (Jagrag)
Tinggi : 3,80 meter
Panjang : 3,45 meter
Lebar : 3,40 meter
Volume kayu : + 3,10 meter kubik
Jenis kayu : jati (tectona grandis) dari Randublatung Jawa Tengah.
Ukiran : Jepara.
Ukiran pada Jagrag
Tulisan "Allah" di dalam segilima pada 4 tempat. Segi-lima
melambangkan : 5 rukun Islam dan 5 waktu sholat.
Tulisan "Bismillahirrahmanirrahim" pada 2 tempat. Tulisan Kalimah
Sahadat pada 4 tempat. Surya Sengkala (tahun Matahari) : 1978
dalam seni kaligrafi yang berbunyi :
Angesti = angka 8
Suwara = angka 7
Kusumaning = angka 9
Samadi = angka 1
Pada bagian-bagian jagrag seluruhnya terdapat 27 (dua puluh tujuh)
ukiran Surya sengkala.
"Nanasan" dengan dua susun kelopak daun, masing-masing menunjukkan
Angka 7 dan 8 (daun).
Ukiran pada Bedug
Ukiran surya Sengkala (tahun matahari) : 1978 dalam seni kaligrafi
dengan pengertian sama dengan No.4. Pada kayu bedug terdapat 2 (dua)
ukiran Surya Sengkala dilingkari segi lima. Dua buah kendit/sabuk dari
logam kuningan terukir berfungsi sebagai hiasan. Pada kedua kendit
terdapat 11 (sebelas) ukiran Surya Sengkala.
Bahan kayu
Kayu jagrag berbahan jati (tectona grandis) dari Randublatung Jawa
Tengah. Bahan kayu bedug dari jenis Meranti Merah (Shorea) dari
Kalimantan Timur, umur pohon diperkirakan 300 tahun, sumbangan
dari Badan Pelaksana Pembangunan dan Pengelolaan Pengusahaan Proyek
Taman Mini Indonesia Indah dan merupakan potongan batang pohon dari
koleksi Taman Mini Indonesia Indah.
Bahan kulit
Bagian depan adalah kulit sapi jantan dari daerah Jawa Timur. Bagian
belakang adalah kulit sapi betina jenis Santa Gertrudis, umur 2 tahun,
sumbangan PT. Redjo Sari Bumi, Tapos, Bogor.
Bahan lainnya
Kendit/Sabuk : dari logam kuningan.
Gantungan : dari besi baja yang di verchroom.
Band penguat : (pada kedua ujung) dari baja anti karat (stainless steel).
Paku kulit : dari kayu sonokeling, 90 buah pada bagian depan dan 80Â
buah pada bagian belakang.
Obat pengawet : Superwolmansalt D (fluoride, chrome, arsenate),
konsentrasi larutan kl. 4%, masa rendam 6 (enam) hari.
Pemukul bedug : 4 (empat) buah dari kayu jati terukir.
Jagrag/kaki dikerjakan dalam waktu 25 hari, sedangkan bedug dalam 60 hari.
Koperasi Karyawan dan Jamaah Masjid Istiqlal (KOSTIQ)
Usaha Pengembangan KOSTIQ (Koperasi karyawan dan Jamaah Masjid Istiqlal),
selain dapat memakmurkan masjid, juga sangat diharapkan mampu menciptakan
dan meningkatkan kesejahtraan karyawan dan jamaah Masjid Istiqlal.
KOSTIQ telah diakui keberadaannya oleh badan hukum yang telah disahkan oleh
Menteri Koperasi dan Pembinaan Pengusaha Kecil pada tanggal 19 Mei 1997
nomor 171/BHKWK.9/V/1997 serta anggaran rumah tangga yang disahkan pada
Rapat Anggota Tahunan (RAT) tanggal 31 Maret 2004. Pendirian Kostiq dimotori
oleh para pengurus BPPMI, dalam rangka pemberdayaan potensi yang dimiliki
oleh Masjid Istiqlal.
Salah satu tujuan KOSTIQ adalah ikut serta meningkatkan citra baik
Masjid Istiqlal melalui kegiatan-kegiatan sosial masyarakat. Saat ini
KOSTIQ telah banyak dimanfaatkan oleh para karyawan dan jamaah Masjid
Istiqlal.
Pada awal berdirinya KOSTIQ mensepakati usaha yang dijalankan adalah
pengadaan barang-barang kebutuhan sehari-hari, usaha yang sudah berjalan
hingga saat ini adalah penjualan sembako. Untuk kebutuhan lainnya
seperti barang-barang elektronik KOSTIQ menerapkan sistem kredit
jangka pendek maksimun 12 bulan.
Disamping itu usaha yang benar-benar menjadi konsentrasi KOSTIQ adalah:
Usaha simpan pinjam
Usaha perdagangan umum
Usaha toko sembako dan elektronik serta usaha cetak foto yang
sangat dibutuhkan oleh para pengunjung di Masjid Istiqlal
Usaha kerjasama khusus
Usaha jasa boga
Kegiatan KOSTIQ dipusatkan di kamar 58 Masjid Istiqlal, sebagai
pusat administrasi usaha. Untuk toko penjualan sembako selama ini
dipusatkan di pintu air sebelah utara Masjid Istiqlal sementara
usaha wartel dan foto copy di area parkir timur pintu utama
Masjid Istiqlal.
Koperasi Istiqlal mempekerjakan 6 (enam) orang tenaga staf yang
terdiri dari tenaga bantuan dan tenaga staf penuh, jumlah angota
sampai dengan 31 Desember 2008 adalah 261 orang. Pengurus Kostiq
selalu berusaha semaksimal mungkin untuk melakukan pembinaan
administrasi melalui pemanfaatan potensi pegawai dan saran
perkantoran dengan segala keterbatasannya.
Imam dan Muadzin
Masjid Istiqlal mempunyai seorang imam besar, seorang wakil imam
besar, dan tujuh orang imam. Sampai saat ini, Masjid Istiqlal
memiliki empat imam besar. Imam Besar bertugas untuk mengawasi
peribadatan di Masjid Istiqlal sesuai Syari'at Islam dan memberikan
layanan konsultasi agama. Mereka adalah K. H. A. Zaini Miftah
(1970-1980), K. H. Mukhtar Natsir (1980-2004), K. H. Nasrullah
Djamaluddin (2004-2005)dan Imam Besar saat ini yang dijabat
oleh Prof. Dr. K. H. Ali Musthafa Ya'qub, M. A. Beliau adalah
pengasuh Pondok Pesantren Luhur Ilmu Hadis Darus Sunnah di
Ciputat, Jakarta Selatan. Wakil Imam Besar dijabat
Drs. H. Syarifuddin Muhammad, M. M. Beliau adalah mantan
Ketua Ikatan Penghafal al-Qur'an. Tujuh imam lainnya adalah:
Drs. H. Ali Hanafiah
H. Ahmad Husni Isma'il S. Ag.
Drs. H. Muhasyim Abdul Majid
H. Martomo Malaing AS, S. Q. , S. Th. I
H. Ahmad Rofi'uddin Mahfudz, S. Q.
Drs. H. Hasanuddin Sinaga, M. A.
Drs. H. Dzulfatah Yasin, M. A.
Selain itu, Masjid Istiqlal juga memiliki tujuh orang muadzin
yang bertugas mangumandangkan adzan dan memberikan pengajaran
tentang Al-Qur'an dan agama Islam. Mereka adalah:
Drs. H. Abdul Wahid
H. Sayuti
H. Muhammad Mahdi, S. Ag.
H. Ahmad Achwani S. Ag.
H. Hasan Basri
H. Muhdori Abdur Razzaq, S. Ag.
H. Saiful Anwar al-Bintani
Galeri[sunting | sunting sumber]
Istiqlal Mosque.JPG
___________
Penutup
___________
Demikian infonya para kaum muslimin muslimat, "Dan jika ada rizki
dan waktu coba kalian jugalah kesana".
Dan sebagai penutup shalawat tarhim untuk anda...!
Wassalamu'alaikumwarahmatullahiwabarakatuh...!
_______________________________________________________________
Cat :
*Postingan ini bagian dari link Wisata Religi penulis blog :
http://galeri1msad.blogspot.com/2013/07/sejarah-masjid-raya-medan-dalam.html
No comments:
Post a Comment