#SELAMAT MALAM PARA KAUM MUSLIMIN MUSLIMAT#
(Menyimak Khutbah Idul Adha 1435 H / 2014 dengan judul
Keteladanan Nabi Ibrahim AS dari situs :
http://www.ceramahpidato.com/naskah-khutbah-idul-adha.html
dengan macam photo Sholat Idul Adha 1435 H atau 5 Okt'14
di Lapangan Tegar Beriman Kab. Bogor)
_____________________________________________________________
__________________
Kata Pengantar
__________________
Asalamu'alaikumwarahmatullahiwabarakatuh...!
Kali ini, penulis bersama keluarga melakukan Sholat Idul Adha 1435 H
di Lapangan Tegar Beriman Kab. Bogor, kurang lebih 2 Km dari tempat
tinggal penulis saat ini yang berada di Kel. Sukahati - Cibinong.
Karena ada maksud lain dari sholat ini yaitu ingin mempublikasikan
suana sekilas keadaan sholatnya maka penulispun membawa kamera
untuk kemudian hasilnya penulis padukan dengan isi salah satu situs
yang memuat khotbah Idul Ada.
Dan hasil perpaduan inilah yang merupakan isi dari postingan ini,
sebagai bentuk salah satu kreativitas mengisi Galeri "MSAD" Sipirok
Mashali ini.
Para kaum muslimin muslimat...!
Berikut isi khotbahnya yang sesungguhnya juga tidak jauh beda
dengan apa yang dikhotbahkan pada saat Sholat Idul Adha tersebut.
Selamat menyimak...!
____________________________________________________________
Naskah Khutbah Idul Adha 1435 H / 2014 dari situs di atas
_____________________________________________________________
Khutbah pertama:
Hadirin Jama’ah Idul Adha yang dimuliakan Allah,
Di pagi hari yang penuh barokah ini, kita berkumpul untuk
melaksanakan shalat ‘Idul Adha. Baru saja kita laksanakan ruku’
dan sujud sebagai manifestasi perasaan taqwa kita kepada Allah SWT.
Kita agungkan nama-Nya, kita gemakan takbir dan tahmid sebagai
pernyataan dan pengakuan atas keagungan Allah. Takbir yang kita
ucapkan bukanlah sekedar gerak bibir tanpa arti. Tetapi merupakan
pengakuan dalam hati, menyentuh dan menggetarkan relung-relung
jiwa manusia yang beriman.
Allah Maha Besar. Allah Maha Agung. Tiada yang patut di sembah
kecuali Allah. Karena itu, melalui mimbar ini saya mengajak
kepada diri saya sendiri dan juga kepada hadirin sekalian:
Marilah tundukkan kepala dan jiwa kita di hadapan Allah Yang
Maha Besar.
Campakkan jauh-jauh sifat keangkuhan dan kecongkaan yang dapat
menjauhkan kita dari rahmat Allah SWT. Sebab apapun kebesaran
yang kita sandang, kita kecil di hadapan Allah. Betapapun
perkasanya kita, masih lemah dihadapan Allah Yang Maha Kuat.
Betapapun hebatnya kekuasaan dan pengaruh kita, kita tidak
berdaya dalam genggaman Allah Yang Maha Kuasa atas segala-galanya.
Hadirin Jama’ah Idul Adha yang dimuliakan Allah,
Idul adha dikenal dengan sebutan “Hari Raya Haji”,
dimana kaum muslimin sedang menunaikan haji yang utama,
yaitu wukuf di Arafah. Mereka semua memakai pakaian serba
putih dan tidak berjahit, yang di sebut pakaian ihram,
melambangkan persamaan akidah dan pandangan hidup, mempunyai
tatanan nilai yaitu nilai persamaan dalam segala segi bidang
kehidupan. Tidak dapat dibedakan antara mereka, semuanya
merasa sederajat. Sama-sama mendekatkan diri kepada Allah
Yang Maha Perkasa, sambil bersama-sama membaca kalimat talbiyah.
Disamping Idul Adha dinamakan hari raya haji, juga dinamakan
“Idul Qurban”, karena merupakan hari raya yang menekankan
pada arti berkorban.
Qurban itu sendiri artinya dekat, sehingga Qurban ialah menyembelih
hewan ternak untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT, diberikan
kepada fuqoro’ wal masaakiin.
Masalah pengorbanan, dalam lembaran sejarah kita diingatkan pada
beberapa peristiwa yang menimpa Nabiyullah Ibrahim AS beserta
keluarganya Ismail dan Siti Hajar. Ketika Nabi Ibrahim diperintahkan
oleh Allah SWT untuk menempatkan istrinya Hajar bersama Nabi
Ismail putranya, yang saat itu masih menyusu. Mereka ditempatkan
disuatu lembah yang tandus, gersang, tidak tumbuh sebatang
pohon pun.
Lembah itu demikian sunyi dan sepi tidak ada penghuni seorangpun.
Nabi Ibrahim sendiri tidak tahu, apa maksud sebenarnya dari wahyu
Allah yang menyuruh menempatkan istri dan putranya yang masih bayi
itu, ditempatkan di suatu tempat paling asing, di sebelah utara
kurang lebih 1600 KM dari negaranya sendiri palestina. Tapi baik
Nabi Ibrahim, maupun istrinya Siti Hajar, menerima perintah itu
dengan ikhlas dan penuh tawakkal.
Seperti yang diceritakan oleh Ibnu Abbas bahwa tatkala Siti Hajar
kehabisan air minum hingga tidak bisa menyusui nabi Ismail,
beliau mencari air kian kemari sambil lari-lari kecil (Sa’i) antara
bukit Sofa dan Marwah sebanyak 7 kali. Tiba-tiba Allah mengutus
malaikat jibril membuat mata air Zam Zam. Siti Hajar dan Nabi
Ismail memperoleh sumber kehidupan.
Lembah yang dulunya gersang itu, mempunyai persediaan air yang
melimpah-limpah. Datanglah manusia dari berbagai pelosok terutama
para pedagang ke tempat Siti Hajar dan Nabi Ismail, untuk membeli
air. Datang rejeki dari berbagai penjuru, dan makmurlah tempat
sekitarnya.
Akhirnya lembah itu hingga saat ini terkenal dengan kota mekkah,
sebuah kota yang aman dan makmur, berkat do’a Nabi Ibrahim dan
berkat kecakapan seorang ibu dalam mengelola kota dan masyarakat.
Kota mekkah yang aman dan makmur dilukiskan oleh Allah dalam Al-Qur’an:
Artinya: Dan (ingatlah) ketika Ibrahim berdo’a: “Ya Tuhanku,
jadikanlah negeri ini, sebagai negeri yang aman sentosa dan
berikanlah rizki dari buah-buahan kepada penduduknya yang beriman
diantara mereka kepada Allah dan hari kiamat.” (QS Al-Baqarah: 126)
Hadirin Jama’ah Idul Adha yang dimuliakan Allah,
Dari ayat tersebut, kita memperoleh bukti yang jelas bahwa kota
Makkah hingga saat ini memiliki kemakmuran yang melimpah. Jamaah
haji dari seluruh penjuru dunia, memperoleh fasilitas yang cukup,
selama melakukan ibadah haji maupun umrah.
Hal itu membuktikan tingkat kemakmuran modern, dalam tata
pemerintahan dan ekonomi, serta keamanan hukum, sebagai faktor
utama kemakmuran rakyat yang mengagumkan. Yang semua itu menjadi
dalil, bahwa do’a Nabi Ibrahim dikabulkan Allah SWT. Semua kemakmuran
tidak hanya dinikmati oleh orang Islam saja. Orang-orang yang tidak
beragama Islam pun ikut menikmati.
Allah SWT berfirman:
Artinya: Allah berfirman: “Dan kepada orang kafirpun, aku beri
kesenangan sementara, kemudian aku paksa ia menjalani siksa neraka.
Dan itulah seburuk buruk tempat kembali.” (QS. Al-Baqarah: 126)
Hadirin Jama’ah Idul Adha yang dimuliakan Allah,
Idul Adha yang kita peringati saat ini, dinamai juga “Idul Nahr”
artinya hari cara memotong kurban binatang ternak. Sejarahnya
adalah bermula dari ujian paling berat yang menimpa Nabiyullah
Ibrahim. Disebabkan kesabaran dan ketabahan Ibrahim dalam menghadapi
berbagai ujian dan cobaan, Allah memberinya sebuah anugerah,
sebuah kehormatan “Khalilullah” (kekasih Allah).
Setelah titel Al-khalil disandangnya, Malaikat bertanya kepada
Allah: “Ya Tuhanku, mengapa Engkau menjadikan Ibrahim sebagai
kekasihmu. Padahal ia disibukkan oleh urusan kekayaannya dan
keluarganya?” Allah berfirman: “Jangan menilai hambaku Ibrahim
ini dengan ukuran lahiriyah, tengoklah isi hatinya dan amal
bhaktinya!”
Kemudian Allah SWT mengizinkan para malaikat menguji keimanan
serta ketaqwaan Nabi Ibrahim. Ternyata, kekayaan dan keluarganya
dan tidak membuatnya lalai dalam taatnya kepada Allah.
Dalam kitab “Misykatul Anwar” disebutkan bahwa konon, Nabi Ibrahim
memiliki kekayaan 1000 ekor domba, 300 lembu, dan 100 ekor unta.
Riwayat lain mengatakan, kekayaan Nabi Ibrahim mencapai 12.000 ekor
ternak. Suatu jumlah yang menurut orang di zamannya adalah
tergolong milliuner.
Ketika pada suatu hari, Ibrahim ditanya oleh seseorang “milik
siapa ternak sebanyak ini?” maka dijawabnya: “Kepunyaan Allah,
tapi kini masih milikku. Sewaktu-waktu bila Allah menghendaki,
aku serahkan semuanya. Jangankan cuma ternak, bila Allah meminta
anak kesayanganku, niscaya akan aku serahkan juga.”
Ibnu Katsir dalam tafsir Al-Qur’anul ‘adzim mengemukakan bahwa,
pernyataan Nabi Ibrahim itulah yang kemudian dijadikan bahan ujian,
yaitu Allah menguji Iman dan Taqwa Nabi Ibrahim melalui mimpinya
yang haq, agar ia mengorbankan putranya yang kala itu masih
berusia 7 tahun.
Anak yang elok rupawan, sehat lagi cekatan ini, supaya dikorbankan
dan disembelih dengan menggunakan tangannya sendiri. Sungguh
sangat mengerikan! Peristiwa itu dinyatakan dalam Al-Qur’an Surah
As-Shoffat : 102 :
Artinya: Ibrahim berkata : “Hai anakkku sesungguhnya aku
melihat dalam mimpi bahwa aku menyembelihmu “maka
fikirkanlah apa pendapatmu? Ismail menjawab: Wahai bapakku
kerjakanlah apa yang diperintahkan kepadamu. InsyaAllah engkau
akan mendapatiku termasuk orang yang sabar.” (QS As-shaffat: 102).
Ketika keduanya siap untuk melaksanakan perintah Allah. Iblis
datang menggoda sang ayah, sang ibu dan sang anak silih berganti.
Akan tetapi Nabi Ibrahim, Siti hajar dan Nabi Ismail tidak
tergoyah oleh bujuk rayuan iblis yang menggoda agar membatalkan
niatnya. Bahkan siti hajarpun mengatakan, :
”jika memang benar perintah Allah, akupun siap untuk di sembelih
sebagai gantinya ismail.” Mereka melempar iblis dengan batu,
mengusirnya pergi dan Iblispun lari tunggang langgang. Dan ini
kemudian menjadi salah satu rangkaian ibadah haji yakni melempar
jumrah; jumrotul ula, wustho, dan aqobah yang dilaksanakan di mina.
Hadirin Jama’ah Idul Adha yang dimuliakan Allah
Setelah sampai disuatu tempat, dalam keadaan tenang Ismail berkata
kepada ayahnya : ”ayah, ku harap kaki dan tanganku diikat, supaya
aku tidak dapat bergerak leluasa, sehingga menyusahkan ayah.
Hadapkan mukaku ke tanah, supaya tidak melihatnya, sebab kalau
ayah melihat nanti akan merasa kasihan. Lepaskan bajuku, agar
tidak terkena darah yang nantinya menimbulkan kenangan yang
menyedihkan. Asahlah tajam-tajam pisau ayah, agar penyembelihan
berjalan singkat, sebab sakaratul maut dahsyat sekali.
Berikan bajuku kepada ibu untuk kenang-kenangan serta sampaikan
salamku kepadanya supaya dia tetap sabar, saya dilindungi Allah SWT,
jangan cerita bagaimana ayah mengikat tanganku. Jangan izinkan
anak-anak sebayaku datang kerumah, agar kesedihan ibu tidak
terulang kembali, dan apabila ayah melihat anak-anak sebayaku,
janganlah terlampau jauh untuk diperhatikan, nanti ayah akan
bersedih.”
Nabi Ibrohim menjawab ”baiklah anakku, Allah swt akan menolongmu”.
Setelah ismail, putra tercinta ditelentangkan diatas sebuah batu,
dan pisaupun diletakkan diatas lehernya, Ibrohim pun menyembelih
dengan menekan pisau itu kuat-kuat, namun tidak mempan, bahkan
tergorespun tidak.
Pada saat itu, Allah swt membuka dinding yang menghalangi pandangan
malaikat di langit dan dibumi, mereka tunduk dan sujud kepada
Allah SWT, takjub menyaksikan keduanya. ”lihatlah hambaku itu,
rela dan senang hati menyembelih anaknya sendiri dengan pisau,
karena semata-mata untuk memperoleh kerelaanku.
Sementara itu, Ismail pun berkata : ”ayah.. bukalah ikatan kaki
dan tanganku, agar Allah SWT tidak melihatku dalam keadaan
terpaksa, dan letakkan pisau itu dileherku, supaya malaikat
menyaksikan putra kholilullah Ibrohim taat dan patuh kepada
perintah-Nya.”
Ibrohim mengabulkannya. Lantas membuka ikatan dan menekan pisau
itu ke lehernya kuat-kuat, namun lehernya tidak apa-apa, bahkan
bila ditekan, pisau itu berbalik, yang tajam berada di bagian
atas.
Ibrohim mencoba memotongkan pisau itu ke sebuah batu, ternyata
batu yang keras itu terbelah. ”hai pisau, engkau sanggup membelah
batu, tapi kenapa tidak sanggup memotong leher” kata ibrahim.
Dengan izin Allah SWT, pisau itu menjawab, ”anda katakan potonglah,
tapi Allah mengatakan jangan potong, mana mungkin aku memenuhi
perintahmu wahai ibrahim, jika akibatnya akan durhaka kepada
Allah SWT”
Dalam pada itu Allah SWT memerintahkan jibril untuk mengambil
seekor kibasy dari surga sebagai gantinya. Dan Allah swt berseru
dengan firmannya, menyuruh menghentikan perbuatannya, tidak usah
diteruskan pengorbanan terhadap anaknya. Allah telah meridloi
ayah dan anak memasrahkan tawakkal mereka. Sebagai imbalan
keikhlasan mereka, Allah mencukupkan dengan penyembelihan
seekor kambing sebagai korban, sebagaimana diterangkan dalam
Al-Qur’an surat As-Shaffat ayat 107-110:
“Dan kami tebus anak itu dengan seekor sembelihan yang besar.”
“Kami abadikan untuk Ibrahim (pujian yang baik) dikalangan
orang-orang yang datang kemudian.”
“Yaitu kesejahteraan semoga dilimpahkan kepada Nabi Ibrahim.”
“Demikianlah kami memberi balasan kepada orang-orang yang berbuat baik.”
Menyaksikan tragedi penyembelihan yang tidak ada bandingannya dalam
sejarah umat manusia itu, Malaikat Jibril menyaksikan ketaatan keduanya,
setelah kembali dari syurga dengan membawa seekor kibasy, kagumlah ia
seraya terlontar darinya suatu ungkapan “Allahu Akbar, Allahu Akbar,
Allahu Akbar.”
Nabi Ibrahim menyambutnya “Laailaha illahu Allahu Akbar.”
Yang kemudian di sambung oleh Nabi Ismail “Allahu Akbar Walillahil Hamdu.’
Hadirin Jama’ah Idul Adha yang dimuliakan Allah
Inilah sejarah pertamanya korban di Hari Raya Qurban. Yang kita
peringati pada pagi hari ini. Allah Maha pengasih dan Penyayang.
Korban yang diperintahkan tidak usah anak kita, cukup binatang
ternak, baik kambing, sapi, kerbau maupun lainnya.
Sebab Allah tahu, kita tidak akan mampu menjalaninya, jangankan
memotong anak kita, memotong sebagian harta kita untuk menyembelih
hewan qurban, kita masih terlalu banyak berfikir. memotong 2,5 %
harta kita untuk zakat, kita masih belum menunaikannya.
Memotong sedikit waktu kita untuk sholat lima waktu, kita masih
keberatan. Menunda sebentar waktu makan kita untuk berpuasa,
kita tak mampu melaksanakannya, dan sebagainya. Begitu banyak
dosa dan pelanggaran yang kita kerjakan, yang membuat kita jauh
dari Rahmat Allah SWT.
Hadirin Jama’ah Idul Adha yang dimuliakan Allah
Hikmah yang dapat diambil dari pelaksanaan shalat Idul Adha ini adalah,
bahwa hakikat manusia adalah sama. Yang membedakan hanyalah taqwanya.
Dan bagi yang menunaikan ibadah haji, pada waktu wukuf di Arafah memberi
gambaran bahwa kelak manusia akan dikumpulkan di padang mahsyar untuk
dimintai pertanggung jawaban.
Di samping itu, kesan atau i’tibar yang dapat diambil dari peristiwa tersebut
adalah :
Pertama, Hendaknya kita sebagai orang tua, mempunyai upaya yang
kuat membentuk anak yang sholih, menciptakan pribadi anak yang
agamis, anak yang berbakti kepada orang tua, lebih-lebih berbakti
terhadap Allah dan Rosul-Nya.
Kedua, perintah dan ketentuan-ketentuan yang telah digariskan oleh
Allah SWT, harus dilaksanakan. Harus disambut dengan tekad sami’na
wa ‘atha’na. Karena sesungguhnya, ketentuan-ketentuan Allah SWT
pastilah manfaatnya kembali kepada kita sendiri.
Hadirin Jama’ah Idul Adha yang dimuliakan Allah,
I’tibar ketiga, adalah kegigihan syaitan yang terus menerus
mengganggu manusia, agar membangkang dari ketentuan Allah SWT.
Syaitan senantiasa terus berusaha menyeret manusia kepada kehancuran
dan kegelapan. Maka janganlah mengikuti bujuk rayu syaithon,
karena sesungguhnya syaithon adalah musuh yang nyata.
Keempat, jenis sembelihan berupa bahimah (binatang ternak), artinya
dengan matinya hayawan ternak, kita buang kecongkaan dan kesombongan
kita, hawa nafsu hayawaniyah harus dikendalikan, jangan dibiarkan
tumbuh subur dalam hati kita.
Hadirin Jama’ah Idul Adha yang dimuliakan Allah,
Tepatlah apabila perayaan Idul Adha digunakan menggugah hati
kita untuk berkorban bagi negeri kita tercinta, yang tidak
pernah luput dirundung kesusahan. Sebab pengorbanan Nabi
Ibrahim AS yang paling besar dalam sejarah umat manusia itulah
yang membuat Ibrahim menjadi seorang Nabi dan Rasul yang besar,
dan mempunyai arti besar.
Dari sejarahnya itu, maka lahirlah kota Makkah dan Ka’bah sebagai
kiblat umat Islam seluruh dunia, dengan air zam-zam yang tidak
pernah kering, sejak ribuan tahunan yang silam, sekalipun tiap
harinya dikuras berjuta liter, sebagai tonggak jasa seorang
wanita yang paling sabar dan tabah yaitu Siti Hajar dan putranya
Nabi Ismail.
Akhirnya dalam kondisi seperti ini kita banyak berharap, berusaha
dan berdoa, mudah-mudahan kita semua, para pemimpin kita, elit-elit
kita, dalam berjuang tidak hanya mengutamakan kepentingan pribadi
dan kelompok, tapi berjuang untuk kepentingan dan kemakmuran
masyarakat, bangsa dan negara.
Kendatipun perjuangan itu tidaklah mudah, memerlukan pengorbanan
yang besar. Hanya orang-orang bertaqwa lah yang sanggup melaksanakan
perjuangan dan pengorbanan ini dengan sebaik-baiknya.
Mudah-mudahan perayaan Idul Adha kali ini, mampu menggugah kita
untuk terus bersemangat, rela berkorban demi kepentingan agama,
bangsa dan negara amiin 3x ya robbal alamin.
Khutbah kedua:
___________
Penutup
__________
Demikian yang dapat disampaikan lewat Galeri "MSAD" para saudara
kaum muslimin muslimat sekalian. Dan penulis setuju pada wakil
Bupati Bogor yang mengatakan :
_____________________________________________________
Cat :
(Menyimak Khutbah Idul Adha 1435 H / 2014 dengan judul
Keteladanan Nabi Ibrahim AS dari situs :
http://www.ceramahpidato.com/naskah-khutbah-idul-adha.html
dengan macam photo Sholat Idul Adha 1435 H atau 5 Okt'14
di Lapangan Tegar Beriman Kab. Bogor)
_____________________________________________________________
__________________
Kata Pengantar
__________________
Asalamu'alaikumwarahmatullahiwabarakatuh...!
Kali ini, penulis bersama keluarga melakukan Sholat Idul Adha 1435 H
di Lapangan Tegar Beriman Kab. Bogor, kurang lebih 2 Km dari tempat
tinggal penulis saat ini yang berada di Kel. Sukahati - Cibinong.
Karena ada maksud lain dari sholat ini yaitu ingin mempublikasikan
suana sekilas keadaan sholatnya maka penulispun membawa kamera
untuk kemudian hasilnya penulis padukan dengan isi salah satu situs
yang memuat khotbah Idul Ada.
Dan hasil perpaduan inilah yang merupakan isi dari postingan ini,
sebagai bentuk salah satu kreativitas mengisi Galeri "MSAD" Sipirok
Mashali ini.
Para kaum muslimin muslimat...!
Berikut isi khotbahnya yang sesungguhnya juga tidak jauh beda
dengan apa yang dikhotbahkan pada saat Sholat Idul Adha tersebut.
Selamat menyimak...!
____________________________________________________________
Naskah Khutbah Idul Adha 1435 H / 2014 dari situs di atas
_____________________________________________________________
Khutbah pertama:
اللهُ اَكْبَرْ (3×) اللهُ اَكْبَرْ (×3)اللهُ اَكبَرْ (×3
اللهُ اَكْبَرْ كَبِيْرًا وَالحَمْدُ لِلّهِ بُكْرَةً وَأصِيْلاً لاَ اِلَهَ اِلاَّ اللهُ وَاللهُ اَكْبَرْ اللهُ اَكْبَرْ وَ للهِ اْلحَمْدُ
اَلْحَمْدُ للهِ الَّذِى جَعَلَ لِلْمُسْلِمِيْنَ عِيْدَ اْلفِطْرِ بَعْدَ صِياَمِ رَمَضَانَ وَعْيدَ اْلاَضْحَى بَعْدَ يَوْمِ عَرَفَةَ. اللهُ اَكْبَرْ (3×) اَشْهَدُ اَنْ لاَ اِلَهَ اِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ لَهُ اْلمَلِكُ اْلعَظِيْمُ اْلاَكْبَرْ وَاَشْهَدٌ اَنَّ سَيِّدَناَ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ. اللهُمَّ صَلِّ عَلىَ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى اَلِهِ وَاَصْحَابِهِ الَّذِيْنَ اَذْهَبَ عَنْهُمُ الرِّجْسَ وَطَهَّرْ
اَمَّا بَعْدُ. فَيَا عِبَادَاللهِ اِتَّقُوااللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنَّ اِلاَّ وَاَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ
Hadirin Jama’ah Idul Adha yang dimuliakan Allah,
Di pagi hari yang penuh barokah ini, kita berkumpul untuk
melaksanakan shalat ‘Idul Adha. Baru saja kita laksanakan ruku’
dan sujud sebagai manifestasi perasaan taqwa kita kepada Allah SWT.
Kita agungkan nama-Nya, kita gemakan takbir dan tahmid sebagai
pernyataan dan pengakuan atas keagungan Allah. Takbir yang kita
ucapkan bukanlah sekedar gerak bibir tanpa arti. Tetapi merupakan
pengakuan dalam hati, menyentuh dan menggetarkan relung-relung
jiwa manusia yang beriman.
Allah Maha Besar. Allah Maha Agung. Tiada yang patut di sembah
kecuali Allah. Karena itu, melalui mimbar ini saya mengajak
kepada diri saya sendiri dan juga kepada hadirin sekalian:
Marilah tundukkan kepala dan jiwa kita di hadapan Allah Yang
Maha Besar.
Campakkan jauh-jauh sifat keangkuhan dan kecongkaan yang dapat
menjauhkan kita dari rahmat Allah SWT. Sebab apapun kebesaran
yang kita sandang, kita kecil di hadapan Allah. Betapapun
perkasanya kita, masih lemah dihadapan Allah Yang Maha Kuat.
Betapapun hebatnya kekuasaan dan pengaruh kita, kita tidak
berdaya dalam genggaman Allah Yang Maha Kuasa atas segala-galanya.
Hadirin Jama’ah Idul Adha yang dimuliakan Allah,
Idul adha dikenal dengan sebutan “Hari Raya Haji”,
dimana kaum muslimin sedang menunaikan haji yang utama,
yaitu wukuf di Arafah. Mereka semua memakai pakaian serba
putih dan tidak berjahit, yang di sebut pakaian ihram,
melambangkan persamaan akidah dan pandangan hidup, mempunyai
tatanan nilai yaitu nilai persamaan dalam segala segi bidang
kehidupan. Tidak dapat dibedakan antara mereka, semuanya
merasa sederajat. Sama-sama mendekatkan diri kepada Allah
Yang Maha Perkasa, sambil bersama-sama membaca kalimat talbiyah.
لَبَّيْكَ اللّهُمَّ لَبَّيْكَ لَبَّيْكَ لاَ شَرِيْكَ لَكَ لَبَّيْكَ
Disamping Idul Adha dinamakan hari raya haji, juga dinamakan
“Idul Qurban”, karena merupakan hari raya yang menekankan
pada arti berkorban.
Qurban itu sendiri artinya dekat, sehingga Qurban ialah menyembelih
hewan ternak untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT, diberikan
kepada fuqoro’ wal masaakiin.
Masalah pengorbanan, dalam lembaran sejarah kita diingatkan pada
beberapa peristiwa yang menimpa Nabiyullah Ibrahim AS beserta
keluarganya Ismail dan Siti Hajar. Ketika Nabi Ibrahim diperintahkan
oleh Allah SWT untuk menempatkan istrinya Hajar bersama Nabi
Ismail putranya, yang saat itu masih menyusu. Mereka ditempatkan
disuatu lembah yang tandus, gersang, tidak tumbuh sebatang
pohon pun.
Lembah itu demikian sunyi dan sepi tidak ada penghuni seorangpun.
Nabi Ibrahim sendiri tidak tahu, apa maksud sebenarnya dari wahyu
Allah yang menyuruh menempatkan istri dan putranya yang masih bayi
itu, ditempatkan di suatu tempat paling asing, di sebelah utara
kurang lebih 1600 KM dari negaranya sendiri palestina. Tapi baik
Nabi Ibrahim, maupun istrinya Siti Hajar, menerima perintah itu
dengan ikhlas dan penuh tawakkal.
Seperti yang diceritakan oleh Ibnu Abbas bahwa tatkala Siti Hajar
kehabisan air minum hingga tidak bisa menyusui nabi Ismail,
beliau mencari air kian kemari sambil lari-lari kecil (Sa’i) antara
bukit Sofa dan Marwah sebanyak 7 kali. Tiba-tiba Allah mengutus
malaikat jibril membuat mata air Zam Zam. Siti Hajar dan Nabi
Ismail memperoleh sumber kehidupan.
Lembah yang dulunya gersang itu, mempunyai persediaan air yang
melimpah-limpah. Datanglah manusia dari berbagai pelosok terutama
para pedagang ke tempat Siti Hajar dan Nabi Ismail, untuk membeli
air. Datang rejeki dari berbagai penjuru, dan makmurlah tempat
sekitarnya.
Akhirnya lembah itu hingga saat ini terkenal dengan kota mekkah,
sebuah kota yang aman dan makmur, berkat do’a Nabi Ibrahim dan
berkat kecakapan seorang ibu dalam mengelola kota dan masyarakat.
Kota mekkah yang aman dan makmur dilukiskan oleh Allah dalam Al-Qur’an:
وَإِذْ قَالَ إِبْرَاهِيمُ رَبِّ اجْعَلْ هَـَذَا بَلَداً آمِناً وَارْزُقْ أَهْلَهُ مِنَ الثَّمَرَاتِ مَنْ آمَنَ مِنْهُم بِاللّهِ وَالْيَوْمِ الآخِرِ
Artinya: Dan (ingatlah) ketika Ibrahim berdo’a: “Ya Tuhanku,
jadikanlah negeri ini, sebagai negeri yang aman sentosa dan
berikanlah rizki dari buah-buahan kepada penduduknya yang beriman
diantara mereka kepada Allah dan hari kiamat.” (QS Al-Baqarah: 126)
Hadirin Jama’ah Idul Adha yang dimuliakan Allah,
Dari ayat tersebut, kita memperoleh bukti yang jelas bahwa kota
Makkah hingga saat ini memiliki kemakmuran yang melimpah. Jamaah
haji dari seluruh penjuru dunia, memperoleh fasilitas yang cukup,
selama melakukan ibadah haji maupun umrah.
Hal itu membuktikan tingkat kemakmuran modern, dalam tata
pemerintahan dan ekonomi, serta keamanan hukum, sebagai faktor
utama kemakmuran rakyat yang mengagumkan. Yang semua itu menjadi
dalil, bahwa do’a Nabi Ibrahim dikabulkan Allah SWT. Semua kemakmuran
tidak hanya dinikmati oleh orang Islam saja. Orang-orang yang tidak
beragama Islam pun ikut menikmati.
Allah SWT berfirman:
قَالَ وَمَن كَفَرَ فَأُمَتِّعُهُ قَلِيلاً ثُمَّ أَضْطَرُّهُ إِلَى عَذَابِ النَّارِ وَبِئْسَ الْمَصِيرُ
Artinya: Allah berfirman: “Dan kepada orang kafirpun, aku beri
kesenangan sementara, kemudian aku paksa ia menjalani siksa neraka.
Dan itulah seburuk buruk tempat kembali.” (QS. Al-Baqarah: 126)
Hadirin Jama’ah Idul Adha yang dimuliakan Allah,
Idul Adha yang kita peringati saat ini, dinamai juga “Idul Nahr”
artinya hari cara memotong kurban binatang ternak. Sejarahnya
adalah bermula dari ujian paling berat yang menimpa Nabiyullah
Ibrahim. Disebabkan kesabaran dan ketabahan Ibrahim dalam menghadapi
berbagai ujian dan cobaan, Allah memberinya sebuah anugerah,
sebuah kehormatan “Khalilullah” (kekasih Allah).
Setelah titel Al-khalil disandangnya, Malaikat bertanya kepada
Allah: “Ya Tuhanku, mengapa Engkau menjadikan Ibrahim sebagai
kekasihmu. Padahal ia disibukkan oleh urusan kekayaannya dan
keluarganya?” Allah berfirman: “Jangan menilai hambaku Ibrahim
ini dengan ukuran lahiriyah, tengoklah isi hatinya dan amal
bhaktinya!”
Kemudian Allah SWT mengizinkan para malaikat menguji keimanan
serta ketaqwaan Nabi Ibrahim. Ternyata, kekayaan dan keluarganya
dan tidak membuatnya lalai dalam taatnya kepada Allah.
Dalam kitab “Misykatul Anwar” disebutkan bahwa konon, Nabi Ibrahim
memiliki kekayaan 1000 ekor domba, 300 lembu, dan 100 ekor unta.
Riwayat lain mengatakan, kekayaan Nabi Ibrahim mencapai 12.000 ekor
ternak. Suatu jumlah yang menurut orang di zamannya adalah
tergolong milliuner.
Ketika pada suatu hari, Ibrahim ditanya oleh seseorang “milik
siapa ternak sebanyak ini?” maka dijawabnya: “Kepunyaan Allah,
tapi kini masih milikku. Sewaktu-waktu bila Allah menghendaki,
aku serahkan semuanya. Jangankan cuma ternak, bila Allah meminta
anak kesayanganku, niscaya akan aku serahkan juga.”
Ibnu Katsir dalam tafsir Al-Qur’anul ‘adzim mengemukakan bahwa,
pernyataan Nabi Ibrahim itulah yang kemudian dijadikan bahan ujian,
yaitu Allah menguji Iman dan Taqwa Nabi Ibrahim melalui mimpinya
yang haq, agar ia mengorbankan putranya yang kala itu masih
berusia 7 tahun.
Anak yang elok rupawan, sehat lagi cekatan ini, supaya dikorbankan
dan disembelih dengan menggunakan tangannya sendiri. Sungguh
sangat mengerikan! Peristiwa itu dinyatakan dalam Al-Qur’an Surah
As-Shoffat : 102 :
قَالَ يَا بُنَيَّ إِنِّي أَرَى فِي الْمَنَامِ أَنِّي أَذْبَحُكَ فَانظُرْ مَاذَا تَرَى قَالَ يَا أَبَتِ افْعَلْ مَا تُؤْمَرُ سَتَجِدُنِي إِن شَاء اللَّهُ مِنَ الصَّابِرِينَ
Artinya: Ibrahim berkata : “Hai anakkku sesungguhnya aku
melihat dalam mimpi bahwa aku menyembelihmu “maka
fikirkanlah apa pendapatmu? Ismail menjawab: Wahai bapakku
kerjakanlah apa yang diperintahkan kepadamu. InsyaAllah engkau
akan mendapatiku termasuk orang yang sabar.” (QS As-shaffat: 102).
Ketika keduanya siap untuk melaksanakan perintah Allah. Iblis
datang menggoda sang ayah, sang ibu dan sang anak silih berganti.
Akan tetapi Nabi Ibrahim, Siti hajar dan Nabi Ismail tidak
tergoyah oleh bujuk rayuan iblis yang menggoda agar membatalkan
niatnya. Bahkan siti hajarpun mengatakan, :
”jika memang benar perintah Allah, akupun siap untuk di sembelih
sebagai gantinya ismail.” Mereka melempar iblis dengan batu,
mengusirnya pergi dan Iblispun lari tunggang langgang. Dan ini
kemudian menjadi salah satu rangkaian ibadah haji yakni melempar
jumrah; jumrotul ula, wustho, dan aqobah yang dilaksanakan di mina.
Hadirin Jama’ah Idul Adha yang dimuliakan Allah
Setelah sampai disuatu tempat, dalam keadaan tenang Ismail berkata
kepada ayahnya : ”ayah, ku harap kaki dan tanganku diikat, supaya
aku tidak dapat bergerak leluasa, sehingga menyusahkan ayah.
Hadapkan mukaku ke tanah, supaya tidak melihatnya, sebab kalau
ayah melihat nanti akan merasa kasihan. Lepaskan bajuku, agar
tidak terkena darah yang nantinya menimbulkan kenangan yang
menyedihkan. Asahlah tajam-tajam pisau ayah, agar penyembelihan
berjalan singkat, sebab sakaratul maut dahsyat sekali.
Berikan bajuku kepada ibu untuk kenang-kenangan serta sampaikan
salamku kepadanya supaya dia tetap sabar, saya dilindungi Allah SWT,
jangan cerita bagaimana ayah mengikat tanganku. Jangan izinkan
anak-anak sebayaku datang kerumah, agar kesedihan ibu tidak
terulang kembali, dan apabila ayah melihat anak-anak sebayaku,
janganlah terlampau jauh untuk diperhatikan, nanti ayah akan
bersedih.”
Nabi Ibrohim menjawab ”baiklah anakku, Allah swt akan menolongmu”.
Setelah ismail, putra tercinta ditelentangkan diatas sebuah batu,
dan pisaupun diletakkan diatas lehernya, Ibrohim pun menyembelih
dengan menekan pisau itu kuat-kuat, namun tidak mempan, bahkan
tergorespun tidak.
Pada saat itu, Allah swt membuka dinding yang menghalangi pandangan
malaikat di langit dan dibumi, mereka tunduk dan sujud kepada
Allah SWT, takjub menyaksikan keduanya. ”lihatlah hambaku itu,
rela dan senang hati menyembelih anaknya sendiri dengan pisau,
karena semata-mata untuk memperoleh kerelaanku.
Sementara itu, Ismail pun berkata : ”ayah.. bukalah ikatan kaki
dan tanganku, agar Allah SWT tidak melihatku dalam keadaan
terpaksa, dan letakkan pisau itu dileherku, supaya malaikat
menyaksikan putra kholilullah Ibrohim taat dan patuh kepada
perintah-Nya.”
Ibrohim mengabulkannya. Lantas membuka ikatan dan menekan pisau
itu ke lehernya kuat-kuat, namun lehernya tidak apa-apa, bahkan
bila ditekan, pisau itu berbalik, yang tajam berada di bagian
atas.
Ibrohim mencoba memotongkan pisau itu ke sebuah batu, ternyata
batu yang keras itu terbelah. ”hai pisau, engkau sanggup membelah
batu, tapi kenapa tidak sanggup memotong leher” kata ibrahim.
Dengan izin Allah SWT, pisau itu menjawab, ”anda katakan potonglah,
tapi Allah mengatakan jangan potong, mana mungkin aku memenuhi
perintahmu wahai ibrahim, jika akibatnya akan durhaka kepada
Allah SWT”
Dalam pada itu Allah SWT memerintahkan jibril untuk mengambil
seekor kibasy dari surga sebagai gantinya. Dan Allah swt berseru
dengan firmannya, menyuruh menghentikan perbuatannya, tidak usah
diteruskan pengorbanan terhadap anaknya. Allah telah meridloi
ayah dan anak memasrahkan tawakkal mereka. Sebagai imbalan
keikhlasan mereka, Allah mencukupkan dengan penyembelihan
seekor kambing sebagai korban, sebagaimana diterangkan dalam
Al-Qur’an surat As-Shaffat ayat 107-110:
وَفَدَيْنَاهُ بِذِبْحٍ عَظِيمٍ
“Dan kami tebus anak itu dengan seekor sembelihan yang besar.”
وَتَرَكْنَا عَلَيْهِ فِي الْآخِرِينَ
“Kami abadikan untuk Ibrahim (pujian yang baik) dikalangan
orang-orang yang datang kemudian.”
سَلَامٌ عَلَى إِبْرَاهِيمَ
“Yaitu kesejahteraan semoga dilimpahkan kepada Nabi Ibrahim.”
كَذَلِكَ نَجْزِي الْمُحْسِنِينَ
“Demikianlah kami memberi balasan kepada orang-orang yang berbuat baik.”
Menyaksikan tragedi penyembelihan yang tidak ada bandingannya dalam
sejarah umat manusia itu, Malaikat Jibril menyaksikan ketaatan keduanya,
setelah kembali dari syurga dengan membawa seekor kibasy, kagumlah ia
seraya terlontar darinya suatu ungkapan “Allahu Akbar, Allahu Akbar,
Allahu Akbar.”
Nabi Ibrahim menyambutnya “Laailaha illahu Allahu Akbar.”
Yang kemudian di sambung oleh Nabi Ismail “Allahu Akbar Walillahil Hamdu.’
Hadirin Jama’ah Idul Adha yang dimuliakan Allah
Inilah sejarah pertamanya korban di Hari Raya Qurban. Yang kita
peringati pada pagi hari ini. Allah Maha pengasih dan Penyayang.
Korban yang diperintahkan tidak usah anak kita, cukup binatang
ternak, baik kambing, sapi, kerbau maupun lainnya.
Sebab Allah tahu, kita tidak akan mampu menjalaninya, jangankan
memotong anak kita, memotong sebagian harta kita untuk menyembelih
hewan qurban, kita masih terlalu banyak berfikir. memotong 2,5 %
harta kita untuk zakat, kita masih belum menunaikannya.
Memotong sedikit waktu kita untuk sholat lima waktu, kita masih
keberatan. Menunda sebentar waktu makan kita untuk berpuasa,
kita tak mampu melaksanakannya, dan sebagainya. Begitu banyak
dosa dan pelanggaran yang kita kerjakan, yang membuat kita jauh
dari Rahmat Allah SWT.
Hadirin Jama’ah Idul Adha yang dimuliakan Allah
Hikmah yang dapat diambil dari pelaksanaan shalat Idul Adha ini adalah,
bahwa hakikat manusia adalah sama. Yang membedakan hanyalah taqwanya.
Dan bagi yang menunaikan ibadah haji, pada waktu wukuf di Arafah memberi
gambaran bahwa kelak manusia akan dikumpulkan di padang mahsyar untuk
dimintai pertanggung jawaban.
Di samping itu, kesan atau i’tibar yang dapat diambil dari peristiwa tersebut
adalah :
Pertama, Hendaknya kita sebagai orang tua, mempunyai upaya yang
kuat membentuk anak yang sholih, menciptakan pribadi anak yang
agamis, anak yang berbakti kepada orang tua, lebih-lebih berbakti
terhadap Allah dan Rosul-Nya.
Kedua, perintah dan ketentuan-ketentuan yang telah digariskan oleh
Allah SWT, harus dilaksanakan. Harus disambut dengan tekad sami’na
wa ‘atha’na. Karena sesungguhnya, ketentuan-ketentuan Allah SWT
pastilah manfaatnya kembali kepada kita sendiri.
Hadirin Jama’ah Idul Adha yang dimuliakan Allah,
I’tibar ketiga, adalah kegigihan syaitan yang terus menerus
mengganggu manusia, agar membangkang dari ketentuan Allah SWT.
Syaitan senantiasa terus berusaha menyeret manusia kepada kehancuran
dan kegelapan. Maka janganlah mengikuti bujuk rayu syaithon,
karena sesungguhnya syaithon adalah musuh yang nyata.
Keempat, jenis sembelihan berupa bahimah (binatang ternak), artinya
dengan matinya hayawan ternak, kita buang kecongkaan dan kesombongan
kita, hawa nafsu hayawaniyah harus dikendalikan, jangan dibiarkan
tumbuh subur dalam hati kita.
Hadirin Jama’ah Idul Adha yang dimuliakan Allah,
Tepatlah apabila perayaan Idul Adha digunakan menggugah hati
kita untuk berkorban bagi negeri kita tercinta, yang tidak
pernah luput dirundung kesusahan. Sebab pengorbanan Nabi
Ibrahim AS yang paling besar dalam sejarah umat manusia itulah
yang membuat Ibrahim menjadi seorang Nabi dan Rasul yang besar,
dan mempunyai arti besar.
Dari sejarahnya itu, maka lahirlah kota Makkah dan Ka’bah sebagai
kiblat umat Islam seluruh dunia, dengan air zam-zam yang tidak
pernah kering, sejak ribuan tahunan yang silam, sekalipun tiap
harinya dikuras berjuta liter, sebagai tonggak jasa seorang
wanita yang paling sabar dan tabah yaitu Siti Hajar dan putranya
Nabi Ismail.
Akhirnya dalam kondisi seperti ini kita banyak berharap, berusaha
dan berdoa, mudah-mudahan kita semua, para pemimpin kita, elit-elit
kita, dalam berjuang tidak hanya mengutamakan kepentingan pribadi
dan kelompok, tapi berjuang untuk kepentingan dan kemakmuran
masyarakat, bangsa dan negara.
Kendatipun perjuangan itu tidaklah mudah, memerlukan pengorbanan
yang besar. Hanya orang-orang bertaqwa lah yang sanggup melaksanakan
perjuangan dan pengorbanan ini dengan sebaik-baiknya.
Mudah-mudahan perayaan Idul Adha kali ini, mampu menggugah kita
untuk terus bersemangat, rela berkorban demi kepentingan agama,
bangsa dan negara amiin 3x ya robbal alamin.
أعُوْذُ بِاللهِ مِنَ الشَّيْطنِ الرَّجِيْمِ. بِسْمِ اللهِ الرَّحْمنِ الرَّحِيمِ. إِنَّا أَعْطَيْنَاكَ الْكَوْثَرَ فَصَلِّ لِرَبِّكَ وَانْحَرْ إِنَّ شَانِئَكَ هُوَ الْأَبْتَرُ
بَارَكَ اللهُ لِي وَلَكُمْ فِي الْقُرْآنِ الْعَظِيْمِ. وَنَفَعَنِي وَاِيِّاكُمْ بما فيه مِنَ الآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ. وَتَقَبَّلْ مِنِّيْ وَمِنْكُمْ تِلاوَتَهُ اِنّهُ هُوَ السَّمِيْعُ اْلعَلِيْمُ. فَاسْتَغْفِرُوْا اِنَّهُ هُوَاْلغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ
Khutbah kedua:
اللهُ اَكْبَرْ (3×) اللهُ اَكْبَرْ (4×) اللهُ اَكْبَرْ كبيرا وَاْلحَمْدُ للهِ كَثِيْرًا وَسُبْحَانَ الله بُكْرَةً وَ أَصْيْلاً لاَ اِلَهَ اِلاَّ اللهُ وَاللهُ وَ اللهُ اَكْبَرْ اللهُ اَكْبَرْ وَللهِ اْلحَمْدُ
اَلْحَمْدُ للهِ عَلىَ اِحْسَانِهِ وَالشُّكْرُ لَهُ عَلىَ تَوْفِيْقِهِ وَاِمْتِنَانِهِ. وَاَشْهَدُ اَنْ لاَ اِلَهَ اِلاَّ اللهُ وَاللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَاَشْهَدُ اَنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الدَّاعِى اِلىَ رِضْوَانِهِ. اللهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وِعَلَى اَلِهِ وَاَصْحَابِهِ وَسَلِّمْ تَسْلِيْمًا كِثيْرًا
اَمَّا بَعْدُ فَياَ اَيُّهَا النَّاسُ اِتَّقُوااللهَ فِيْمَا اَمَرَ وَانْتَهُوْا عَمَّا نَهَى وَاعْلَمُوْا اَنَّ اللهّ اَمَرَكُمْ بِاَمْرٍ بَدَأَ فِيْهِ بِنَفْسِهِ وَثَـنَى بِمَلآ ئِكَتِهِ بِقُدْسِهِ وَقَالَ تَعاَلَى اِنَّ اللهَ وَمَلآ ئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلىَ النَّبِى يآ اَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا. اللهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلِّمْ وَعَلَى آلِ سَيِّدِناَ مُحَمَّدٍ وَعَلَى اَنْبِيآئِكَ وَرُسُلِكَ وَمَلآئِكَةِ اْلمُقَرَّبِيْنَ
اَللهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَاْلمُؤْمِنَاتِ وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَاْلمُسْلِمَاتِ اَلاَحْيآءُ مِنْهُمْ وَاْلاَمْوَاتِ اللهُمَّ اَعِزَّ اْلاِسْلاَمَ وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَأَذِلَّ الشِّرْكَ وَاْلمُشْرِكِيْنَ وَانْصُرْ عِبَادَكَ اْلمُوَحِّدِين وَانْصُرْ مَنْ نَصَرَ الدِّيْنَ وَاخْذُلْ مَنْ خَذَلَ اْلمُسْلِمِيْنَ وَ دَمِّرْ اَعْدَاءَالدِّيْنِ وَاعْلِ كَلِمَاتَكَ اِلَى يَوْمَ الدِّيْنِ. اللهُمَّ ادْفَعْ عَنَّا اْلبَلاَءَ وَاْلوَبَاءَ وَالزَّلاَزِلَ وَاْلمِحَنَ وَسُوْءَ اْلفِتْنَةِ وَاْلمِحَنَ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ عَنْ بَلَدِنَا اِنْدُونِيْسِيَّا خآصَّةً وَسَائِرِ اْلبُلْدَانِ اْلمُسْلِمِيْنَ عآمَّةً يَا رَبَّ اْلعَالَمِيْنَ.
رَبَّنَا آتِناَ فِى الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِى اْلآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ. رَبَّنَا ظَلَمْنَا اَنْفُسَنَاوَاِنْ لَمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُوْنَنَّ مِنَ اْلخَاسِرِيْنَ. عِبَادَاللهِ ! اِنَّ اللهَ يَأْمُرُنَا بِاْلعَدْلِ وَاْلاِحْسَانِ وَإِيْتآءِ ذِى اْلقُرْبىَ وَيَنْهَى عَنِ اْلفَحْشآءِ وَاْلمُنْكَرِ وَاْلبَغْي يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ وَاذْكُرُوااللهَ اْلعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ وَاشْكُرُوْهُ عَلىَ نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ اَكْبَرْ
___________
Penutup
__________
Demikian yang dapat disampaikan lewat Galeri "MSAD" para saudara
kaum muslimin muslimat sekalian. Dan penulis setuju pada wakil
Bupati Bogor yang mengatakan :
_____________________________________________________
Cat :
No comments:
Post a Comment