#SELAMAT MALAM PARA UMMAT MUSLIMIN MUSLIMAT#
(Melihat praktek toleransi beragama di Angkola Tapanuli Selatan
sebagai bahan masukan bagi masyarakat batak Pahae Jae Sumut
dalam hubungannya dengan pembangunan tempat ibadah muslim)
Oleh : Rahmat Parlndungan Siregar
__________________________________________________________
Assalamu'alaikumwarahmatullahiwabarakatuh...!
dan horas...horas...horas...!
Pada intinya tulisan ini masih sambungan dari situs dengan alamat
http://galeri1msad.blogspot.com/2013/07/masjid-al-munawar-sarulla-kerukunan.html
Pada tulisan dengan alamat diatas, penulis memberitahu, "Ada masalah bagi
ummat muslim di Pahae Jae dalam pembangunan masjid". Masalahnya masyarakat
kristen (penganut HKBP setempat) kurang menyetujui pembanunan masid di
wilayahnya dengan macam alasan (sumber situs dan status FB), al :
- Masjid yang akan dibangun terlalu dekat dengan gereja
- Penduduk muslimnya terlalu sedikit
- Harus ada tanda tangan dari masyarakat yang setuju dan tidak setuju
- Harus mendapat persetujuan dari tokoh-tokoh adat / natua-tua
Setelah mempelajarinya, penulis berpendapat alasan tersebut terlalu
mengada-ada mengingat yang bermasalah di sini sama-sama halak hita
dan satu lurah juga satu Bupati.
Karena itu penulispun, mencoba mencari alasan lainnya yang menurut
hemat penulis ada yang rasional tapi mereka tidak mengemukakannya,
penulis berasumsi jawaban tersebut ada pada "rasa takut ummat HKBP
semakin banyak ummatnya yang jadi mualaf. Maka penulispun coba
mencari data mengenai para mualaf ini lewat alamat di bawah ini.
http://galeri1msad.blogspot.com/2013/07/mualaf-tanah-batak-dalam-hubungannya.html
Dari uraian tersebut ternyata cukup banyak pula yang jadi mualaf yang
berasal dari ummat HKBP. Dan bagi penulis ini cukup rasional jadi
alasan. Begitupun penulis katakan alasan ini tak bisa jadi alasan
mengingat adanya UUD45 yang mengatur mengenai kebebasan beragama.
Sering dengan berjalannya waktu, malam ini terpikir pula bagi
penulis, "Jangan-jangan para ummat HKBP Pahae Jae tidak menyukai
pembanunan masjid tersebut disebabkan mereka takut "Tidak mampu
mempertahankan toleransi antara ummat beragama diwilayahnya.
Dengan kata lain "Takut sering terjadi berantam di nasahuta".
Maka penulispun berpikir untuk memberikan masukan dari hasil
pengalaman langsung dan pengamatan langsung tentang bagaimana
pelaksanaan toleransi beragama di Angkola Tapanuli Selatan,
khususnya di Sipirok sebagai tempat tinggal penulis masa ikut
sama orang tua.
Dipikiran penulis, tentu ini penting bagi masyarakat ummat kristen
dan islam di pahae jae sebagai bahan masukan, bahwa sesungguhnya
"Cukup indah" pelaksanaan toleransi antara ummat beragama di
Angkola karena itu pantas pula untuk dicontoh oleh para saudara
kita di Pahae.
Untuk kemudahan pemahaman penulis mengelompokkannya
berdasarkan sub judul :
* Pengertian toleransi / Toleransi antara ummat beragama
* 11 sudut pandang praktek toleransi antara ummat beragama di Angkola
* Faktor-fak tor yang mempengaruhi terlaksananya toleransi antara
ummat beragama di Angkola.
* Toleransi Beragama yang belum terlaksana di Angkola - Tapsel
* Peran "Masjid Sri Alam Dunia" Sipirok Mashali dalam mengislamkan
masyarakat Pahae Tanah Batak
* Penutup
Demikian uraiannya, jika ada yang perlu dikomentari dipersilakan dengan
hormat dan selamat menyimak...!
______________________________________________________
* Pengertian toleransi / Toleransi antara ummat beragama
______________________________________________________
Toleransi adalah istilah dalam konteks sosial, budaya dan
agama yang berarti sikap dan perbuatan yang melarang adanya
diskriminasi terhadap kelompok-kelompok yang berbeda atau
tidak dapat diterima oleh mayoritas dalam suatu masyarakat.
Contohnya adalah toleransi beragama, dimana penganut mayoritas
dalam suatu masyarakat mengizinkan keberadaan agama-agama lainnya.
Tulis situs dengan Sumber : http://id.wikipedia.org/wiki/Toleransi
Sedangkan situs http://isaythisisaythat.blogspot.com/2012/03/kebebasan-
beragama-dan-toleransi-antar.html
mengatakan :
"Jadi, toleransi beragama adalah ialah sikap sabar dan menahan
diri untuk tidak mengganggu dan tidak melecehkan agama atau
system keyakinan dan ibadah penganut agama-agama lain.
Kebebasan beragama pada hakikatnya adalah dasar bagi
terciptanya kerukunan antar umat beragama. Tanpa kebebasan
beragama tidak mungkin ada kerukunan antar umat beragama.
Kebebasan beragama adalah hak setiap manusia. Hak untuk
menyembah Tuhan diberikan oleh Tuhan, dan tidak ada seorang
pun yang boleh mencabutnya.
Demikian juga sebaliknya, toleransi antarumat beragama
adalah cara agar kebebasan beragama dapat terlindungi
dengan baik. Kebebasan dan toleransi tidak dapat diabaikan.
Namun yang sering kali terjadi adalah penekanan dari salah
satunya, misalnya penekanan kebebasan yang mengabaikan
toleransi dan usaha untuk merukunkan dengan memaksakan
toleransi dengan membelenggu kebebasan. Untuk dapat
mempersandingkan keduanya, pemahaman yang benar mengenai
kebebasan beragama dan toleransi antar umat beragama
merupakan sesuatu yang penting dalam kehidupan sehari-
hari dalam bermasyarakat.
____________________________________________
1. Sudat pandang dalam pertanian / perkebunan
_____________________________________________
Sudah dari dulunya di angkola sawah atau ladang itu penyebutannya
kalau tidak berdasarkan arah mata angin yang berdasarkan sejarah
dari tanah pertanian itu sendiri. Karena itu terkenallah istilah
saba jae (sawah arah terbenamnya matahari) dan saba julu (arah
terbitnya matahari). Ada juga saba namanya saba latcat, saba kopi,
saba rodang, dll sesuai ciri-ciri dari tempat tersebut.
Jadi cukup jelas, saba atau sawah di Angkola atau Tapsel tidak
ditetapkan berdasarkan agamanya meskipuns sawah ini merupakan
hal yang fital untuk melangsungkan kehidupan beragama. Dengan kata
lain, "Tidak ada istilah saba ni karisten atau saba ni islam".
Dimanapun diwilayah angkola sana orang kristen dan islam boleh
marsaba.
Indah bukan tolerasi ummat beragama itu Boru Tulang...?
______________________________________________________
2. Sudut pandang dalam penggunaan lonceng dan gong/doal
______________________________________________________
Mengacu pada sejarah jelas bahwa ummat islam pada awalnya dalam
memanggil atau memberitahu telah tiba saatnya sholat dari masjid
adalah lonceng. Ya...lonceng. Bukan beduk, gong ataupun doal
seperti pada saat sekarang ini.
Meskipun demikian, tidaklah semua ummat islam di Angkola mengetahui
hal ini karena topik ini dalam ceramah-ceramah keagamaan jarang
dikemukakan para ustat atau guru agama islam.
Nah...! Tidak tahu saja ummat muslim Angkola sepertinya tidak
satupun yang keberatan jika lonceng ini di bunyikan dari gereja
HKPB terbesar di Sipirok. Padahal suara lonceng tersebut nyaris
memecahkan gendang telinga, apalagi mengingat lonceng tersebut
letaknya justru lebih tinggi dari gunung sibualbuali.
Bagaimana jika ummat muslim angkola mengetahui sejarahnya...?
Paling tidak ummat muslim akan lebih menyukai bunyi lonceng ini
mesikipun dia harus berpikir :
- Alangkah repotnya ummat kristen dan islam jika alat atau media
pemanggil ummatnya untuk sembayang sama-sama lonceng. Bukan
tidak mungkin yang kristen akan masuk masjid dan yang islam
akan masuk gereja. Bagaimana pula jika sama-sama dibunyikan...?
Ah...wajarlah jika para ummat harus berpikir "tidak ada alasan
untuk tidak menyukai lonceng dan gong / doal".
Indah bukan tolerasi ummat beragama itu adik-e...?
_________________________________________________
3. Sudut pandang Perayaan Hari lebaran / Tahun Baru
_________________________________________________
Ya...! Dapat dipastikan semua halak batak mengerti dengan
istilah "Marjambar". suatu kegiatan memberikan makanan pada
ummat lainnya yang tidak seagama dengan yang memberikan
makanan (jambar).
"Setiap menjelang Natal dan Tahun Baru seperti saat ini, Mariani
Boru Regar dan seluruh keluarga Kristen di lingkungan masyarakat
adat Batak dari sub-budaya Angkola yang tinggal di Sipirok,
sebuah kota kecil di Kabupaten Tapanuli Selatan, akan mendatangi
rumah-rumah tetangga yang menganut agama Islam sambil membawa
bungkusan berisi bermacam-macam kue. Pemandangan serupa juga
bisa ditemukan menjelang Idulfitri, manakala para penganut agama
Islam mendatangi setiap rumah penganut agama Kristen untuk
mengantarkan bungkusan berisi bermacam-macam kue lebaran".
Tulis mengamat budaya dari Sipirok Budi P. Hatees pada situs
"Apakabar Padang Sidempuan" dengan alamat
http://apakabarsidimpuan.com/2011/02/marjambar-konsensus-
islam-kristen-di-sipirok/
Mengetahui hal ini, jika anda membaca orang Sipirok berkata
"Biasa itu...!" maka penulis ingin berkata, "Ruawarrr biasa..."
sebagai orang yang mewakili dari luar tanah batak.
Indahkan bukan toleransi beragama itu Ipar...?
__________________________________________
4. Sudut Pandang Pelaksanaan acara keagamaan
__________________________________________
"Agoda bau layang babai...! awas bau kuningan mulut...!" demikian
kata orang tua penulis tempoe doloe pada para ummat HKBP di
Lapangan Sepakbola Sipirok Najolo (Di Pasar sannari).
Hal ini disampaikan sehubungan dengan diadakannya latihan meniup
taroppet atau latihan koor nyanyi di lapangan bola tersebut.
Terompet tersebut bukan main besarnya juga terdiri dari macam jenis
yang dibunyikan lebih dari 20 orang dan akibatnya mesikipun itu
tarompet dibunyikan tidak pakai halo-halo (Mick) atau pengeras
suara tapi bunyinya nyaris membuat Pasar Sipirok bergoyang.
Dan suaranyapun tidak hanya kedengaran sebatas pasar Sipirok
tapi ke sabae jae dan saba julupun kedengaran. Hebat bukan
ummat HKBP itu...? Ya...hebat.
Tapi hebatkah jika mereka melakukan hal yang sama setiap hari
dalam seminggu atau dua minggu...? Penulis pikir akan menjadi
tidak, bahkan sebagian masyarakat khsusnya yang muslim akan
menjadi keberatan, akan merasa terganggu dengan bunyi terompet
tersebut.
Tapi kenyataannya dari hasil pengamatan penulis pada masa lalu
"Tidak...". Tidak seorangpun yang menyatakan keberatan-keberatannya
pada latihan tersebut. Masyrakat muslim sepertinya dapat
memakluminya.
Begitupun, pada kegiatan keagamaan ummat muslim. Tak jarang juga
mereka harus berceramah pake pengeras suara dari masjid-masjid
apalagi pada acara-acara maulid nabi atau isra miqraj.
Acara ini juga bisa dilaksanakan berjam-jam dan tak jarang pula
dilaksanakan pada malam hari, sehingga sungguh masuk di akal
jika para ummat kristiani ini merasa keberatan karena waktu
istirahatnya terganggu. Tapi...tapi...adakah mereka yang
secara terang-terangan mengatakan keberatannya...? Ternyata
tidak. Tidak sama sekali...!
Indahkan bukan toleransi antara ummat beragama itu ito...?
____________________________________________________________
5. Sudut Pandang dalam komunikasi sehari-hari / istilah/panggilan
____________________________________________________________
Enteh karena terlalu akrab atau karena merasa sedarah, di
Angkola cukup sering juga orang memanggil khsusnya untuk
teman sebayanya dengan sebutan, "Wei...Karisten got tudia
deho / wei karisten mau kemana" katanya. Dan hal ini tak
jarang pula di jawab, "Got tusaba ba silom / mau kesawah
islam".
Dan masih banyak istilah atau panggilan lainnya yang kalau
ditafsir secara nasional terkesan seperti saling mencaci antara
agama, tapi orang angkola justu menganggapnya sebagai sesuatu
hal yang biasa (Tidak ada niat mencaci / memang demikian
gayanya).
- Kau...! Kau ajak aku makan kerumahmu...ntar kau kasih babi
lagi aku.
- Sambol anjingi aso tumabo namangani (Potong anjingi biar
lebih enak makannya).
- Kau ini islam apa kristen, semua yang berkaki empat
kau makan juga, dll.
Pada intinya, apa yang dilarang dalam agama Islam oleh para
pemeluk agama kristen di Angkola diketahui mereka. Pun
sebaliknya kegiatan-kegiatan keagamaan kristen juga di ketahui
oleh ummat muslimnya. Mengetahui hal ini :
Indah bukan toleransi antara ummat beragama itu Lae...!
___________________________
6. Sisi Tinjauan lapo / Lopo
___________________________
Arsak marap talupahon...o parmitu
beta marap ta endohon...olo tutu
sirupma...sirupma...dorgukma dorgukma
o...patmitu...
Lisoi...lissoi...oparmitu
lisoi...lissoi...dorgukma tuakmi...
Adalah syair-syair yang cukup sering keluar dari lapo-lapo
tuak di angkola. Mereka kadang sepertinya terkesan tak
perduli dengan lingkungannya. Yang mereka tahu, mereka
lagi marsak dan ingin keluar dari marasaknya lewat lagu
tersebut.
Hebatnya pengaruh lagu ini, bukan saja ummat keristen di
Angkola yang menyukainya, ummat muslimpun cukup banyak
yang menyukainya hingga tak jarang pula ummat muslimpun
yang mun kin keimannya tipis ikut juga jadi parmitu / parminum
tuak.
Okelah...! menjadi ummat muslim patmitu, itu akan menjadi
tanggung jawab pribadi muslim yang bersangkutan. Begitupun
kalau bisa dihentikan.
Ehem...!
Jelas pakter tuak di Angkola itu dapat berpengaruh pada
kelangsungan hidup agama islam. Jadi sangat pantas untuk
d tadakan di Angkola.
Tapi adakah orang Angkola yang secara terang-terangan melarang
adanya fakter tuak tersebut...! Sepengetahuan penulis tidak
ada. Kesan bagimu agamamu dan bagiku agamaku sangat terasa,
sesuai ajaran agama islam dalam surah al-kafirun.
Indah bukan toleransi beragama itu Amang Uda...?
____________________________________________________________
7. Sisi tinjauan jarak tempat tinggal dengan tempat ibadah
____________________________________________________________
Jika anda seorang ummat kristiani (HKBP) punya tempat tempat tinggal
(rumah /jabu) yang jaraknya kurang lebih 5 meter dari pintu gerbang
sebuah masjid mampukah anda tingga...? Penulis yakin anda bisa
menjawab mampu...! Jika lama tinggal yang dimaksud 1 hari atu dua hari
atau mungkin saja mampu jika hanya untuk sebulan.
Tapi bagaimana jika anda tinggal ditempat tersebut seumur hidup anda
yang mana anda kita ibaratkan berumur selama 70 tahun. Penulis
yakin anda tidak akan mampu. Tidak akan mampu mempertahankan
ke-HKBP-an anda, karena ummat muslim akan mendengungkan ketelinga
anda kurang lebih 126.000 (muslim sholat 5 kali sehari semalam dan
satu tahun itu 360? hari) ribu kali suara azan.
Tapi tidak demikian halnya dengan guru penulis pada saat SD. Guru
Duppang panggilannya / bukan nama sebenarnya (halak hita suka
manggoari dan penulis tidak tahu nama sebenarnya).
Beliau orang Bagas Lombang Sipirok (Tetangga dari huta Pangurabaan
dan Bagasnagodang). Orang sikitar sering menyebut masjid ini
sebagai masjid Muhammadiyah (Seharusnya masjid saja tak usah di
ikutkan nama organisasi-pen).
Seingat penulis bapak yang pengajari penulis ini bisa tulis baca
tinggal ditempat tersebut sampai masa tuanya / pensiun. Dan
sepertinya tidak pernah sekalipun bapak ini mengeluh tentang
keberadaan rumahnya yang di depan masjid tersebut. Karena kalau
dia mengeluh bisa saja penulis mendengarnya dari orang tua
penulis, guru ini juga kadang jadi teman saloponya / satu kedai
kopi.
Hal yang sama juga tetap bisa terjadi, bagi ummat muslim di
Bagasnagodang Sipirok. Dengan jarak yang sama ada juga muslim
yang tinggal pas di depan gereja HKBP Sipirok. Dan sepertinya
mereka juga tidak mengeluh. Bahkan kadang bau panggangan babipun
cukup sering tercium tapi sepertinya ummat muslim tersebut
tenang-tenang saja.
Indahkan toleransi ummat beragama itu appara...!
________________________________________
8. Sudut pandang Kuburan / Bale / Pemakaman
________________________________________
Jika anda orang Pahae, penulis ingin memberitahu bahwa sehabis
Desa Panguraban - Sipirok ke arah Pahae atau habis desa Silangge
ke arah Padang Sidempuan ada pemakaman umum masyarakat Angkola
namanya bagi masyrakat setempat disebut "bale".
Bale ini dipisahkan oleh jalan raya Padang Sidempuan-Tarutung.
Yang sebelah kirinya kearah Pahae adalah pemakaman ummat Islam
dan sebelah kanannya pemakaman ummat kristen.
Luasnya hampir sama meskipun ummat muslim di Angkola laebih
banyak. Terakhir penulis kesana, pemakaman ummat muslim
tersebut sudah cukup penuh, tapi tetap masih muat, sementara
pemakaman kristen masih lebih banyak tanah kosongnya.
Nah...! Secara logika, pemakaman ummat muslimlah seharusnya
lebih luas tapi nyatanya hampir sama. Mungkin saja sekarang
ini hal ini belum jadi masalah tapi bagaimana dengan masa
yang akan datang.
Tapi terlepas dari yang akan datang, paling tidak hal itu
telah menjadi bukti terjadinya toleransi antara ummat beragama
di Angkola karena sampai sekarang belum ada ummat muslim
yang me mprotesnya.
Indah bukan toleransi antara ummat beragama itu ito...!
_____________________________________
9. Sudut Pandang Pergaulan Muda Mudi
_____________________________________
Tidak seorangpun sepengetahuan penulis, para orang tua
di Angkola melarang anaknya untuk bergaul atau berteman
dengan agama lain. Semuanya bebas mimilih temannya yang
cocok.
Tapi seperti diketahui, jodoh adalah urusan sang pencipta.
Pernikahan lain agama memang kadang terjadi, tapi melalui
kekuatan "Dalihan natolu" dapat terselesaikan dengan baik.
Riak-riak di parkahangion tentang setuju dan tidak setuju
memang ada, tapi kecenderungannya antara pihak yang memberi
boru (mora) dan pihak yang menerima boru (anak boru) tidak
terlalu bermasalah (Tinjauan penulis lebih dekat pada budaya
dari pada agama).
Indahkan toleransi ummat beragama itu boru tulang...?
_______________________
10. Dari sudut Penampilan
_______________________
Jika melihat secara umum, ilustrasi pria di atas adalah muslim.
Karena belia memakai peci sebagai ciri khas muslim. Tapi bagaimana
dengan di Angkola, apakah beliau dapat langsung dikatakan sebagai
seorang muslim. Menurut hemat penulis tidak. Kita harus tanya
apa agamanya.
Di Angkola cukup banyak para pria kristen mengunakan peci ini
sebagai peci umum ke sekolah jika beliau seorang guru. Dan tak
jarang ummat kristenpun memakai peci ini dalam kegiatan
sehari-harinya.
Terhadap hal ini, apakah ummat mulim keberatan. Ternyata tidak,
tidak pernah penulis ketahui ada yang keberatan dan berkata "Ulang
pake kupiai ne karisten doho / jangan pakai peci itu, kaukan kristen".
Sepengetahuan penulis, agama islam memang tidak punya larangan bagi
agama lain untuk memakai peci tersebut. Begitupun dalam bentuk
SK-SK yang berhubungan dengan lembaga agama islam seperti Dep. Agama,
NU atau Muhammadiyah.
Indahkan toleransi antara ummat beragama itu pak poreban...!
_________________________________________
Sudut pandang pemandian Umum / Wc umum
_________________________________________
Seperti kita kita ketahui, pemandian atau wc di Tapanuli Selatan
terbuka untuk umum, sungguh sangat jarang rumah punya wc sendiri.
Tempat pilihan biasanya lingkungan sekitar masjid.
Bagaimana dengan gereja-gereja HKBP yang di Angkola adakah
pemandian atau WC yang mereka bangun untuk keperluan umum...?
Dimana mereka mandi atau dimana wc mereka...? Anda orang
Angkola, dan andalah yang tahu jawabannya.
Namun...! Pemandian Tapian Raya Masjid Sri Alam Dunia Sipirok
Mashali cukup sering juga digunakan ummat HKBP untuk mandi
juga untuk buang buang hajat. Adakah ummat muslim bagasnagodang
untuk melarang ummat kristiani masuk ketempat itu...? Tidak
ada saudara-saudara sekalian. Padahal kalau mereka mau bisa
saja mereka tulis "Ini Pemandian Ummat Islam".
Karena itulah mengapa disekitar tahun 80-an di buat lagi tempat
khusus mengambil air wudhu disamping masjid MSAD (Ada perasaan
ummat muslim kurang afdol mengambil air wudhu langsung dari
tapian raya tersebut)
Begitu juga, pemandian Aek milas sosopan atau Parandolok bisa
saja mereka tulis ini pemandian ummat islam, karena memang
merekalah yang membangunnya juga merawatnya.
Tolerans bukan ummat muslim itu pada ummat HKBP uda...?
_____________________________________________________________
11. Sudut Pandang diluar dugaan khusus kisah di MSAD (Bhs. Angkola)
___________________________________________________________
1. Sarsar juhut ni babi di teras / halama MSAD
Marap tabotobe, poken aek bagas nagodangi nanggo homin tempat
marpoken najoloi, marbadape najojotan do jolma disi. Termasuk
namarkahanggi sangape namarakkang maranggi.
Sada maso marbadama narohamu halak banjar toba di poken aeki,
inda binoto aha panyebabna, namun anggo hasil tangkapku dopak
menek dope (SD) haran ni hepeng parbagian juhut ni babi.
Setelah marsituntangan tiba-tiba marlojong sada halak tu halam
MSAD (di jolo ni terasi). Marbada muse disi, betak haran niaha
tiba-tiba taldus abit.
Pas lagi taldusonma isipakkon alonai narohamu abiti, ahado...!
hape na adong do digulungia juhut ni babi di abiti, tottu sasar
di halaman masojoti.
Anggonarohakku nagot degeon ni nenek si Sinar (alm / pancas
batere najolo) malak nai, hape anggia cuma di paingot sajo do.
Son goni muse panonton na lain, padahal songonima galak-
galak ni halak bagas nagodang. Nung juboi...! Sadia tolerans
dope ummat muslimi tu halak banjar toba (HKBP).
2. Masuk anjing tu teras MSAD
Di taon 70-an najojotan do anggia, halak toba betak na sian dia
mai, sian arah Sidempuanon maroban anjing marudur-udur, nanggo
sada, dua, sangape tolu. Ra kadang saratus anjing nai obani,
namarobanna paling pahat dua halak, tai lebih sada halak.
Di sada masa lewatma namaroban anjing sian poken aek. Bertepatan
dohot lewat muse anjing ni karisten sian Bagas Lombang got
tu Saba Julu. Marbada godang anjingi, inda tarkendalihon
namarobannai, sampe-sampe marmasukan anjingi tu halaman MSAD.
Pada akhirna dibantu halak nadong di poken aki manakkupna,
harana mabiar halai attong murmasuk tu bagasan ni masojiti.
Anggo narohakku hona bal-balma halak tobai, hape antong inda
cuma di paingot sajo. Naung hebati...! Sadia tolerans dope
anggia muslim sipiroki. Cubo majo songoni tarjadi di Mandailing.
Bisa di sate halai halak nai. Sadia tolerans dope halak muslimi
tu halak toba...?
________________________________________________________________
Faktor-faktor yang mempengaruhi kerukunan ummat beragama
di Angkola Tapanulis Selatan
________________________________________________________________
Mengacu pada uraian fakta toleransi antara ummat beragama di atas,
maka penulis berpendapat :
1. Terciptanya toleransi antara ummat beragama di Angkola karena
adanya kesadaran dari para pemeluk agama bahwa agama yang dia anut
tidaklah ada untuk merendahkan agama lainnya.
Para pemeluk agama sadar betul bahwa Tuhan itu tidaklah menciptakan
satu agama di dunia ini dan ini bisa diketahui dari pengajaran
orang-orang tua di Angkola, dari sekolah dan dari pengalaman hidup
masing-masing orang.
2. Meskipun para pemeluk agama Islam di Angkola mayoritas muslim,
tapi masyarakat muslimnya tidaklah berbuat sewenang wenang pada
agama kristen. Bahkan sangat terkesan sangat menghormatinya dan
menghargainya dalam pergaulan hidup.
3. Memanglah masyarakat umum muslim Angkola atau Tapanuli Selatan
"Tidaklah sehebat masyarakat kristen Toba atau Tapanuli Utara
dalam menjunjung tinggi adat batak. Dan hal ini cukup sering
menjadi ejekan bagi halak toba bahwa orang Tapsel itu kurang
melaksanakan adat.
Tapi kenyataan di lapangan, orang tapanuli selatan itulah yang
lebih menghargai poda-poda adat ni oputta najumolosuhuti khususnya
dalam pelaksanaan toleransi antara ummat beragama begitu juga
dalam penerapan istilah samudar atau sabutuha.
4. Tingginya kesadaran pada istilah samudar sabutuha ini bagi
ummat muslim di Angkola adaah salah satu kesadaran mengapa
ummat kristen di Angkola juga tetap di hargai.
Demikian sekilas pendapat penulis mengenai penerapan toleransi
antara ummat beragama di Angkola - Tapanuli Selatan.
__________________________________________________________
Toleransi Beragama yang belum terlaksana di Angkola - Tapsel
__________________________________________________________
Satu-satunya toleransi antara ummat beragama yang belum
terlaksana selama penulis tinggal di Angkola adalah
pelaksanaan pengajaran agama di sekolah.
Sedikit menyedihkan tapi demikianlah adanya dan bukan
masyarakat Angkola penyebabnya tapi negara lewat Depar
temennya Pendidikannya.
Pelajaran agama Islamlah yang sering diajarkan di sekolah-
sekolah Negeri di Angkola. Pelajar ummat kristen yang
kadang jumlahnya 2,3, atau 4 orang terpaksa harus keluar
kelas. Dan mereka ini cukup sering tidak mempelajari
agma kristen di sekolah ne geri karena guru kristennya
tidak ada.
Harapan penulis, semoga sekarang ini atau kedepan tidaklah
demikian, karena sesungguhnya sama hak bagi setiap murid
disekolah untuk mendapatkan semua jenis mata pelajaran.
________________________________________________________________
Peran "Masjid Sri Alam Dunia" Sipirok Mashali dalam mengislamkan
masyarakat Pahae Tanah Batak
________________________________________________________________
Penulis tidak punya data, seberapa banyak sudah masyarakat dari
Toba, khususnya Pahae yang mengucapkan dua kalimah syahadat
pertama tapi semua ini dapat diperjelas pada para natobang-tobang
masyarakat Bagasnagodang Sipirok, dan bukan tidak mungkin ini juga
masih tersimpan di Arsip MSAD.
Yang pasti, penulis masih ingat waktu masa kecil ketika orang tua
penulis jadi ketua MSAD sekitar tahun 70-an awal, tiga kali rombongan
dari Pahae dan sikitarnya datang ke MSAD untuk meminta di Islamkan/
mualaf.
Tentu hal ini cukup logis megingat sejarah MSAD itu sendiri dan
sebagai tempat yang paling dekat dengan wilayah Tapanuli Utara.
Bagaimana dengan tahun-tahun dibawah tahun 70-an, penulis berke
yakinan akan sangat banyak yang dari toba ataupun dari Angkola itu
sediri yang masuk Islam lewat pengucapan dua kalimah syahadatnya
pertama kali di MSAD Spirok Mashali.
Sebagai ummat muslim yang bersaudara tentulah urusannya tidak
sampai disitu saja. Meskipun komunikasi ummat muslim Sipirok
Angkola dengan Pahae agak terbatas, tapi penulis yakin para
ummat muslim Angkola tetap memantau keberadaan saudaranya yang
ada di Pahae.
Jika saja kawan yang namanya Baginda Manahan, Mayori, Koprali,
Komandani, Pambunui, rojob, Bahrum, rencong Pusaka, Bahrum,
Persi, Dapman, si Ahaan, si Sapar, Ramalan, Ammar, Tarla, dll sudah
tidak almarhum atau sudah tidak tua bagi yang masih hidup,
maka dapat penulis pastikan, setelah mereka mengetahui ada
kesulitan ummat muslim di Pahae dalam menjalankan agamanya
maka mereka akan berangkat ke Pahae untuk mengetahui keadaan
yang sebenarnya, "Sekalipun mereka harus berjalan kaki dari
Sipirok".
Bagaimana bisa begitu...? Karena mereka sadar, "Merekalah
ujung tombak kekuatan muslim Tapanuli Selatan untuk daerah
perbatasan dengan Tapanuli Utara. Mereka bertugas menjaga
keamannya, menjaga keharmonisannya dalam pelaksanaan
toleransi antara ummat beragama.
Tentunya tak ada keputusan tertulis untuk hal ini, tapi
seperti itulah "tafsirnya" dari kisah dan cerita para orang tua
atau oppung-oppung mereka pada masa yang telah berlalu.
Bagaimana dengan sekarang...?
Jika ayah bunda telah pergi
kamulah pembela agama dan bangsa
menjadi bintang dimalam hari
menjadi pagar sepanjang masa
Sekarang...! Otomatis yang jadi ujung tombak kekuatan muslim
adalah para ananda dari dari para orang tua generasi yang
sebelumnya yang mungkin saja mereka yang lahir sekitar tahun
1965 - 1990-an untuk wilayah Bagasnagodang dan sekitarnya.
Allahu akbar...allahu akbar...
alaah...allahu akbar...!
Sedangkan yang jadi bintang dimalam hari ini dan
pagar sepanjang masa ini...?
Andalah pemuda Islam itu yang mungkin berusia
20 - 47 tahun dan menyebut diri "Remaja Masjid, Dewan kemakmuran
Masjid, Panitia Masjid, Anak Pesantren, Kelompok Nasyid dan
Qasidah, Naposo Nauli Bulung Muslim ni Huta, Para Remaja anggota
pengajian, Remaja Batak Islam, Penentang penghancuran 1000 masjid,
para mahasiswa Universitas atau perguruan tinggi Islam, termasuk
para pengurus organisasi Islam lainnya khususnya ada yang berada
di Sipirok maupun yang berada di Tapanuli Selatan najolo.
Karena itu, pada para ummat kristen Pahae mohon hal ini kalian
pertimbangkan karena sesungguhnya semua ummat Islam
memantau perkembangan saudaranya :
Bukan apa-apa lae, tulang, uda
ataupun oppung, yang sama-sama
susahnya kita hidup ini.
Jadi kalau kita terlalu sibuk mengurus
tempat ibadah, demo sana demo sini
urus kesana urus ke sino, tanda tangani yang
ini tandatangani yang itu, lapor sana lapor sini,
photo yang ini photo yang itu.
Kapan kita mau beribadah, mau berusaha...mau keluar
kesusahan hidup. Maka panjanglah kemelaratan itu
kalau begitu.
Kalau soal demo lae tak ada yang menandingi orang
Sipirok, 72 tahun sudah kami berdemo agar kantor
Bupati di Sipirok ditempatkan di Sipirok ternyata
berhasilpun tidak.
Hepeng yang habis sudah kesana kemari, belum lagi
yang "korban perasaan" sudah tak terhitung banyaknya.
Sampai-sampai yang dari pusatpun banyak yang turun
gunung tapi demo tetap tak berhasil.
Sekarang mereka banyak yang makanpun tak enak dan
tidurpun tak nyenyak. Hepeng yang sudah habis tak
dapat di tarik kembali. Lampbok lute sudah...!
Karena itu, tak usah lagilah kalian demo tempat
masjid yang sudah mau didirikan. Biarkan aja disitu.
bersihorasan kalian bersisalaman, hilang kebencian
dalam diri. Habis perkara, begitunya kalau yang sehuta.
___________
Penutup
___________
Mengacu pada uraian-uraian diatas, saya Rahmat Parlindungan
Siregar berpendapat, "Sungguh tidak masuk di akal para saudara
kristen (HKBP) yang sama-sama percaya kita semua bermula dari
Pusuk Buhit / Sianjur Mula-mula memberikan kesulitan pada
saudara kami muslim yang ada di Pahae Jae untuk membangun
tempat ibadatnya.
Surat-surat Keputusan yang dikeluarkan bupati ini bupati ono,
Sk menteri ini, sk menteri ono pada prinsifnya hanyalah
pelengkap pemenuhan administrasi sebagai bukti bahwa kita
berada dalam satu negara dengan aturan mainnya.
Tapi jauh sebelum ada bupati, ada mentri dan ada Negara
Indonesia ini, tempat ibadah kristen dan islam di tanah batak
sudah berdiri.
Dan bahkan, jika saja Nomensen tidak pernah sampai di Sipirok
Angkola belum tentunya ada HKBP di Tanah Batak (Tanah
Angkola adalah asal muasal HKBP itu para saudara sekalian).
Sekali lagi...! Ditanah Batak sudah berdiri gereja dan masjid
jauh sebelum Indonesia Merdeka. Dan para pendahulu kita saling
mendukung pembangunan tempat ibadah tersebut.
Dan itulah sebabnya mengapa gereja dan masjid di tanah batak
jumlahnya tidak satu, dua, tiga, sappulu, lima puluh, seratus
bahkan ribuan para saudara se asal dan sebudaya.
Tidakkah hal ini menjadi bahan pemikiran bagi saudara kristen
HKBP khususnya yang ada di Pahae Jae. Jangan gara-gara nila
setitik rusak susu sebelanga koum. Bukankah HKBP itu sudah
cukup terkenal dalam macam aktivitas keagamaan, yang tidak
saja di Indonesia, tapi juga dunia.
Hati kecil saya berkata, "Sungguh sangat menginginkan di
wilayah manapun di Tanah Batak sana agar toleransi antara
ummat beragama itu tetap terjaga. Itu sajanya.
Kalau soal "Jihad" itu memang sudah merupakan keharusan bagi
ummat muslim dimanapun berada jika ummat atau agama mereka
teraniaya. Dan sepertinya tidak ada satu senjatapun dimuka bumi
ini yang mampu mengalahkannya bahkan negara adikuasapun nyaris
ketakutan karenanya.
Senjata pada intinya diciptakan untuk menghancurkan tapi "Jihad"
memang dia ada karena siap untuk hancur pake senjata atau tidak
"Mate pe jadi" ninna bahasa hitana, Allohu Akbar...allohu akbar...
allohu akbar...
Dan dalam prakteknya, jihad ini cukup sering juga salah sasaran.
"Allohu akbar...allohu akbar..."kata si A pada musuhnya si B.
Datang si B, "Allohu Akbar...allohu akbar..." kata si B pula
menyambut serangan si A.
Maka terjadilah pertempuran sengit, "Allah kuasa atas segala-galanya"
keduanya mati. Tapi keduanya sama-sama punya keyakinan
masuk surga. Hebat bukan keyakinan ummat islam itu...? Apalagi
yang musuhnya jelas di luar agama islam.
Karena itu mohon juga, hal-hal seperti ini dipertimbangkan sebagai
kekuatan ummat Islam, seperti halnya ummat islam mempertimbangkan
pahlawan-pahlawan perang ummt kristiani dalam 9 ronde perang salib.
seperti Godfrey, Bohemond, dan Raymond, Paus Eugenius III,
Frederick Barbarossa, dll.
Saya sebagai seorang muslim, mengucapkan salam hormat saya
pada para saudara HKBP dimanapun berada...!
Dan jika ada isi dari tulisan ini yang tidak disukai oleh ummat kristen
atapun islam, penulis terlebih dahulu minta maaf.
Horas...horas...horas.... dan....
Wassalamu'alaikumwarahmatullahiwabarakatuh...!
_________________________________________________________
Cat : Sampai Sept 2014 dilihat 658 kali.
* Posting susulan Mengenai Sekuralisme :
http://angkolafacebook.blogspot.com/2014/09/sekularisme-dan-toleransi-antar-ummat.html
(Melihat praktek toleransi beragama di Angkola Tapanuli Selatan
sebagai bahan masukan bagi masyarakat batak Pahae Jae Sumut
dalam hubungannya dengan pembangunan tempat ibadah muslim)
Oleh : Rahmat Parlndungan Siregar
__________________________________________________________
Assalamu'alaikumwarahmatullahiwabarakatuh...!
dan horas...horas...horas...!
Pada intinya tulisan ini masih sambungan dari situs dengan alamat
http://galeri1msad.blogspot.com/2013/07/masjid-al-munawar-sarulla-kerukunan.html
Pada tulisan dengan alamat diatas, penulis memberitahu, "Ada masalah bagi
ummat muslim di Pahae Jae dalam pembangunan masjid". Masalahnya masyarakat
kristen (penganut HKBP setempat) kurang menyetujui pembanunan masid di
wilayahnya dengan macam alasan (sumber situs dan status FB), al :
- Masjid yang akan dibangun terlalu dekat dengan gereja
- Penduduk muslimnya terlalu sedikit
- Harus ada tanda tangan dari masyarakat yang setuju dan tidak setuju
- Harus mendapat persetujuan dari tokoh-tokoh adat / natua-tua
Setelah mempelajarinya, penulis berpendapat alasan tersebut terlalu
mengada-ada mengingat yang bermasalah di sini sama-sama halak hita
dan satu lurah juga satu Bupati.
Karena itu penulispun, mencoba mencari alasan lainnya yang menurut
hemat penulis ada yang rasional tapi mereka tidak mengemukakannya,
penulis berasumsi jawaban tersebut ada pada "rasa takut ummat HKBP
semakin banyak ummatnya yang jadi mualaf. Maka penulispun coba
mencari data mengenai para mualaf ini lewat alamat di bawah ini.
http://galeri1msad.blogspot.com/2013/07/mualaf-tanah-batak-dalam-hubungannya.html
Dari uraian tersebut ternyata cukup banyak pula yang jadi mualaf yang
berasal dari ummat HKBP. Dan bagi penulis ini cukup rasional jadi
alasan. Begitupun penulis katakan alasan ini tak bisa jadi alasan
mengingat adanya UUD45 yang mengatur mengenai kebebasan beragama.
Sering dengan berjalannya waktu, malam ini terpikir pula bagi
penulis, "Jangan-jangan para ummat HKBP Pahae Jae tidak menyukai
pembanunan masjid tersebut disebabkan mereka takut "Tidak mampu
mempertahankan toleransi antara ummat beragama diwilayahnya.
Dengan kata lain "Takut sering terjadi berantam di nasahuta".
Maka penulispun berpikir untuk memberikan masukan dari hasil
pengalaman langsung dan pengamatan langsung tentang bagaimana
pelaksanaan toleransi beragama di Angkola Tapanuli Selatan,
khususnya di Sipirok sebagai tempat tinggal penulis masa ikut
sama orang tua.
Dipikiran penulis, tentu ini penting bagi masyarakat ummat kristen
dan islam di pahae jae sebagai bahan masukan, bahwa sesungguhnya
"Cukup indah" pelaksanaan toleransi antara ummat beragama di
Angkola karena itu pantas pula untuk dicontoh oleh para saudara
kita di Pahae.
Untuk kemudahan pemahaman penulis mengelompokkannya
berdasarkan sub judul :
* Pengertian toleransi / Toleransi antara ummat beragama
* 11 sudut pandang praktek toleransi antara ummat beragama di Angkola
* Faktor-fak tor yang mempengaruhi terlaksananya toleransi antara
ummat beragama di Angkola.
* Toleransi Beragama yang belum terlaksana di Angkola - Tapsel
* Peran "Masjid Sri Alam Dunia" Sipirok Mashali dalam mengislamkan
masyarakat Pahae Tanah Batak
* Penutup
Demikian uraiannya, jika ada yang perlu dikomentari dipersilakan dengan
hormat dan selamat menyimak...!
______________________________________________________
* Pengertian toleransi / Toleransi antara ummat beragama
______________________________________________________
Toleransi adalah istilah dalam konteks sosial, budaya dan
agama yang berarti sikap dan perbuatan yang melarang adanya
diskriminasi terhadap kelompok-kelompok yang berbeda atau
tidak dapat diterima oleh mayoritas dalam suatu masyarakat.
Contohnya adalah toleransi beragama, dimana penganut mayoritas
dalam suatu masyarakat mengizinkan keberadaan agama-agama lainnya.
Tulis situs dengan Sumber : http://id.wikipedia.org/wiki/Toleransi
Sedangkan situs http://isaythisisaythat.blogspot.com/2012/03/kebebasan-
beragama-dan-toleransi-antar.html
mengatakan :
"Jadi, toleransi beragama adalah ialah sikap sabar dan menahan
diri untuk tidak mengganggu dan tidak melecehkan agama atau
system keyakinan dan ibadah penganut agama-agama lain.
Kebebasan beragama pada hakikatnya adalah dasar bagi
terciptanya kerukunan antar umat beragama. Tanpa kebebasan
beragama tidak mungkin ada kerukunan antar umat beragama.
Kebebasan beragama adalah hak setiap manusia. Hak untuk
menyembah Tuhan diberikan oleh Tuhan, dan tidak ada seorang
pun yang boleh mencabutnya.
Demikian juga sebaliknya, toleransi antarumat beragama
adalah cara agar kebebasan beragama dapat terlindungi
dengan baik. Kebebasan dan toleransi tidak dapat diabaikan.
Namun yang sering kali terjadi adalah penekanan dari salah
satunya, misalnya penekanan kebebasan yang mengabaikan
toleransi dan usaha untuk merukunkan dengan memaksakan
toleransi dengan membelenggu kebebasan. Untuk dapat
mempersandingkan keduanya, pemahaman yang benar mengenai
kebebasan beragama dan toleransi antar umat beragama
merupakan sesuatu yang penting dalam kehidupan sehari-
hari dalam bermasyarakat.
____________________________________________
1. Sudat pandang dalam pertanian / perkebunan
_____________________________________________
Saba Julu (Bukan Saba Kristen atau Islam) |
Sudah dari dulunya di angkola sawah atau ladang itu penyebutannya
kalau tidak berdasarkan arah mata angin yang berdasarkan sejarah
dari tanah pertanian itu sendiri. Karena itu terkenallah istilah
saba jae (sawah arah terbenamnya matahari) dan saba julu (arah
terbitnya matahari). Ada juga saba namanya saba latcat, saba kopi,
saba rodang, dll sesuai ciri-ciri dari tempat tersebut.
Jadi cukup jelas, saba atau sawah di Angkola atau Tapsel tidak
ditetapkan berdasarkan agamanya meskipuns sawah ini merupakan
hal yang fital untuk melangsungkan kehidupan beragama. Dengan kata
lain, "Tidak ada istilah saba ni karisten atau saba ni islam".
Dimanapun diwilayah angkola sana orang kristen dan islam boleh
marsaba.
Indah bukan tolerasi ummat beragama itu Boru Tulang...?
______________________________________________________
2. Sudut pandang dalam penggunaan lonceng dan gong/doal
______________________________________________________
Lonceng (Tak bisa dibunyikan hanya di dengar ummat kristen) |
Mengacu pada sejarah jelas bahwa ummat islam pada awalnya dalam
memanggil atau memberitahu telah tiba saatnya sholat dari masjid
adalah lonceng. Ya...lonceng. Bukan beduk, gong ataupun doal
seperti pada saat sekarang ini.
Meskipun demikian, tidaklah semua ummat islam di Angkola mengetahui
hal ini karena topik ini dalam ceramah-ceramah keagamaan jarang
dikemukakan para ustat atau guru agama islam.
Nah...! Tidak tahu saja ummat muslim Angkola sepertinya tidak
satupun yang keberatan jika lonceng ini di bunyikan dari gereja
HKPB terbesar di Sipirok. Padahal suara lonceng tersebut nyaris
memecahkan gendang telinga, apalagi mengingat lonceng tersebut
letaknya justru lebih tinggi dari gunung sibualbuali.
Gong / Doal (tak bisa di pukul / palu yang mendengarnya hanya ummat muslim |
Bagaimana jika ummat muslim angkola mengetahui sejarahnya...?
Paling tidak ummat muslim akan lebih menyukai bunyi lonceng ini
mesikipun dia harus berpikir :
- Alangkah repotnya ummat kristen dan islam jika alat atau media
pemanggil ummatnya untuk sembayang sama-sama lonceng. Bukan
tidak mungkin yang kristen akan masuk masjid dan yang islam
akan masuk gereja. Bagaimana pula jika sama-sama dibunyikan...?
Ah...wajarlah jika para ummat harus berpikir "tidak ada alasan
untuk tidak menyukai lonceng dan gong / doal".
Indah bukan tolerasi ummat beragama itu adik-e...?
_________________________________________________
3. Sudut pandang Perayaan Hari lebaran / Tahun Baru
_________________________________________________
Ya...! Dapat dipastikan semua halak batak mengerti dengan
istilah "Marjambar". suatu kegiatan memberikan makanan pada
ummat lainnya yang tidak seagama dengan yang memberikan
makanan (jambar).
"Setiap menjelang Natal dan Tahun Baru seperti saat ini, Mariani
Boru Regar dan seluruh keluarga Kristen di lingkungan masyarakat
adat Batak dari sub-budaya Angkola yang tinggal di Sipirok,
sebuah kota kecil di Kabupaten Tapanuli Selatan, akan mendatangi
rumah-rumah tetangga yang menganut agama Islam sambil membawa
bungkusan berisi bermacam-macam kue. Pemandangan serupa juga
bisa ditemukan menjelang Idulfitri, manakala para penganut agama
Islam mendatangi setiap rumah penganut agama Kristen untuk
mengantarkan bungkusan berisi bermacam-macam kue lebaran".
Tulis mengamat budaya dari Sipirok Budi P. Hatees pada situs
"Apakabar Padang Sidempuan" dengan alamat
http://apakabarsidimpuan.com/2011/02/marjambar-konsensus-
islam-kristen-di-sipirok/
Mengetahui hal ini, jika anda membaca orang Sipirok berkata
"Biasa itu...!" maka penulis ingin berkata, "Ruawarrr biasa..."
sebagai orang yang mewakili dari luar tanah batak.
Indahkan bukan toleransi beragama itu Ipar...?
__________________________________________
4. Sudut Pandang Pelaksanaan acara keagamaan
__________________________________________
Terompet (Tidak ada ummat muslim yang keberatan mndengarnya) |
"Agoda bau layang babai...! awas bau kuningan mulut...!" demikian
kata orang tua penulis tempoe doloe pada para ummat HKBP di
Lapangan Sepakbola Sipirok Najolo (Di Pasar sannari).
Hal ini disampaikan sehubungan dengan diadakannya latihan meniup
taroppet atau latihan koor nyanyi di lapangan bola tersebut.
Terompet tersebut bukan main besarnya juga terdiri dari macam jenis
yang dibunyikan lebih dari 20 orang dan akibatnya mesikipun itu
tarompet dibunyikan tidak pakai halo-halo (Mick) atau pengeras
suara tapi bunyinya nyaris membuat Pasar Sipirok bergoyang.
Dan suaranyapun tidak hanya kedengaran sebatas pasar Sipirok
tapi ke sabae jae dan saba julupun kedengaran. Hebat bukan
ummat HKBP itu...? Ya...hebat.
Tapi hebatkah jika mereka melakukan hal yang sama setiap hari
dalam seminggu atau dua minggu...? Penulis pikir akan menjadi
tidak, bahkan sebagian masyarakat khsusnya yang muslim akan
menjadi keberatan, akan merasa terganggu dengan bunyi terompet
tersebut.
Tapi kenyataannya dari hasil pengamatan penulis pada masa lalu
"Tidak...". Tidak seorangpun yang menyatakan keberatan-keberatannya
pada latihan tersebut. Masyrakat muslim sepertinya dapat
memakluminya.
Mick / Pengeras Suara / Halo-halo (Tak keberatan ummat kristen mendengarnya) |
Begitupun, pada kegiatan keagamaan ummat muslim. Tak jarang juga
mereka harus berceramah pake pengeras suara dari masjid-masjid
apalagi pada acara-acara maulid nabi atau isra miqraj.
Acara ini juga bisa dilaksanakan berjam-jam dan tak jarang pula
dilaksanakan pada malam hari, sehingga sungguh masuk di akal
jika para ummat kristiani ini merasa keberatan karena waktu
istirahatnya terganggu. Tapi...tapi...adakah mereka yang
secara terang-terangan mengatakan keberatannya...? Ternyata
tidak. Tidak sama sekali...!
Indahkan bukan toleransi antara ummat beragama itu ito...?
____________________________________________________________
5. Sudut Pandang dalam komunikasi sehari-hari / istilah/panggilan
____________________________________________________________
Enteh karena terlalu akrab atau karena merasa sedarah, di
Angkola cukup sering juga orang memanggil khsusnya untuk
teman sebayanya dengan sebutan, "Wei...Karisten got tudia
deho / wei karisten mau kemana" katanya. Dan hal ini tak
jarang pula di jawab, "Got tusaba ba silom / mau kesawah
islam".
Dan masih banyak istilah atau panggilan lainnya yang kalau
ditafsir secara nasional terkesan seperti saling mencaci antara
agama, tapi orang angkola justu menganggapnya sebagai sesuatu
hal yang biasa (Tidak ada niat mencaci / memang demikian
gayanya).
- Kau...! Kau ajak aku makan kerumahmu...ntar kau kasih babi
lagi aku.
- Sambol anjingi aso tumabo namangani (Potong anjingi biar
lebih enak makannya).
- Kau ini islam apa kristen, semua yang berkaki empat
kau makan juga, dll.
Kristen dan Islam sama-sama tahu tidak semua yang berkaki empat bisa dimakan |
Pada intinya, apa yang dilarang dalam agama Islam oleh para
pemeluk agama kristen di Angkola diketahui mereka. Pun
sebaliknya kegiatan-kegiatan keagamaan kristen juga di ketahui
oleh ummat muslimnya. Mengetahui hal ini :
Indah bukan toleransi antara ummat beragama itu Lae...!
___________________________
6. Sisi Tinjauan lapo / Lopo
___________________________
Arsak marap talupahon...o parmitu
beta marap ta endohon...olo tutu
sirupma...sirupma...dorgukma dorgukma
o...patmitu...
Lisoi...lissoi...oparmitu
lisoi...lissoi...dorgukma tuakmi...
Adalah syair-syair yang cukup sering keluar dari lapo-lapo
tuak di angkola. Mereka kadang sepertinya terkesan tak
perduli dengan lingkungannya. Yang mereka tahu, mereka
lagi marsak dan ingin keluar dari marasaknya lewat lagu
tersebut.
Hebatnya pengaruh lagu ini, bukan saja ummat keristen di
Angkola yang menyukainya, ummat muslimpun cukup banyak
yang menyukainya hingga tak jarang pula ummat muslimpun
yang mun kin keimannya tipis ikut juga jadi parmitu / parminum
tuak.
Banyak ummat Kristen menyukainya dan ada juga ummat muslim mencobanya |
Okelah...! menjadi ummat muslim patmitu, itu akan menjadi
tanggung jawab pribadi muslim yang bersangkutan. Begitupun
kalau bisa dihentikan.
Ehem...!
Jelas pakter tuak di Angkola itu dapat berpengaruh pada
kelangsungan hidup agama islam. Jadi sangat pantas untuk
d tadakan di Angkola.
Tapi adakah orang Angkola yang secara terang-terangan melarang
adanya fakter tuak tersebut...! Sepengetahuan penulis tidak
ada. Kesan bagimu agamamu dan bagiku agamaku sangat terasa,
sesuai ajaran agama islam dalam surah al-kafirun.
Indah bukan toleransi beragama itu Amang Uda...?
____________________________________________________________
7. Sisi tinjauan jarak tempat tinggal dengan tempat ibadah
____________________________________________________________
Jika anda seorang ummat kristiani (HKBP) punya tempat tempat tinggal
(rumah /jabu) yang jaraknya kurang lebih 5 meter dari pintu gerbang
sebuah masjid mampukah anda tingga...? Penulis yakin anda bisa
menjawab mampu...! Jika lama tinggal yang dimaksud 1 hari atu dua hari
atau mungkin saja mampu jika hanya untuk sebulan.
Tapi bagaimana jika anda tinggal ditempat tersebut seumur hidup anda
yang mana anda kita ibaratkan berumur selama 70 tahun. Penulis
yakin anda tidak akan mampu. Tidak akan mampu mempertahankan
ke-HKBP-an anda, karena ummat muslim akan mendengungkan ketelinga
anda kurang lebih 126.000 (muslim sholat 5 kali sehari semalam dan
satu tahun itu 360? hari) ribu kali suara azan.
Tapi tidak demikian halnya dengan guru penulis pada saat SD. Guru
Duppang panggilannya / bukan nama sebenarnya (halak hita suka
manggoari dan penulis tidak tahu nama sebenarnya).
Beliau orang Bagas Lombang Sipirok (Tetangga dari huta Pangurabaan
dan Bagasnagodang). Orang sikitar sering menyebut masjid ini
sebagai masjid Muhammadiyah (Seharusnya masjid saja tak usah di
ikutkan nama organisasi-pen).
Seingat penulis bapak yang pengajari penulis ini bisa tulis baca
tinggal ditempat tersebut sampai masa tuanya / pensiun. Dan
sepertinya tidak pernah sekalipun bapak ini mengeluh tentang
keberadaan rumahnya yang di depan masjid tersebut. Karena kalau
dia mengeluh bisa saja penulis mendengarnya dari orang tua
penulis, guru ini juga kadang jadi teman saloponya / satu kedai
kopi.
Hal yang sama juga tetap bisa terjadi, bagi ummat muslim di
Bagasnagodang Sipirok. Dengan jarak yang sama ada juga muslim
yang tinggal pas di depan gereja HKBP Sipirok. Dan sepertinya
mereka juga tidak mengeluh. Bahkan kadang bau panggangan babipun
cukup sering tercium tapi sepertinya ummat muslim tersebut
tenang-tenang saja.
Indahkan toleransi ummat beragama itu appara...!
________________________________________
8. Sudut pandang Kuburan / Bale / Pemakaman
________________________________________
Jika anda orang Pahae, penulis ingin memberitahu bahwa sehabis
Desa Panguraban - Sipirok ke arah Pahae atau habis desa Silangge
ke arah Padang Sidempuan ada pemakaman umum masyarakat Angkola
namanya bagi masyrakat setempat disebut "bale".
Bale ini dipisahkan oleh jalan raya Padang Sidempuan-Tarutung.
Yang sebelah kirinya kearah Pahae adalah pemakaman ummat Islam
dan sebelah kanannya pemakaman ummat kristen.
Bale (Dok. Khairul A.P Siregar) |
Luasnya hampir sama meskipun ummat muslim di Angkola laebih
banyak. Terakhir penulis kesana, pemakaman ummat muslim
tersebut sudah cukup penuh, tapi tetap masih muat, sementara
pemakaman kristen masih lebih banyak tanah kosongnya.
Nah...! Secara logika, pemakaman ummat muslimlah seharusnya
lebih luas tapi nyatanya hampir sama. Mungkin saja sekarang
ini hal ini belum jadi masalah tapi bagaimana dengan masa
yang akan datang.
Tapi terlepas dari yang akan datang, paling tidak hal itu
telah menjadi bukti terjadinya toleransi antara ummat beragama
di Angkola karena sampai sekarang belum ada ummat muslim
yang me mprotesnya.
Indah bukan toleransi antara ummat beragama itu ito...!
_____________________________________
9. Sudut Pandang Pergaulan Muda Mudi
_____________________________________
Tidak seorangpun sepengetahuan penulis, para orang tua
di Angkola melarang anaknya untuk bergaul atau berteman
dengan agama lain. Semuanya bebas mimilih temannya yang
cocok.
Tapi seperti diketahui, jodoh adalah urusan sang pencipta.
Pernikahan lain agama memang kadang terjadi, tapi melalui
kekuatan "Dalihan natolu" dapat terselesaikan dengan baik.
Riak-riak di parkahangion tentang setuju dan tidak setuju
memang ada, tapi kecenderungannya antara pihak yang memberi
boru (mora) dan pihak yang menerima boru (anak boru) tidak
terlalu bermasalah (Tinjauan penulis lebih dekat pada budaya
dari pada agama).
Indahkan toleransi ummat beragama itu boru tulang...?
_______________________
10. Dari sudut Penampilan
_______________________
Peci Bukan alat ukur seseorang itu disebut Kristen atau Isalam |
Jika melihat secara umum, ilustrasi pria di atas adalah muslim.
Karena belia memakai peci sebagai ciri khas muslim. Tapi bagaimana
dengan di Angkola, apakah beliau dapat langsung dikatakan sebagai
seorang muslim. Menurut hemat penulis tidak. Kita harus tanya
apa agamanya.
Di Angkola cukup banyak para pria kristen mengunakan peci ini
sebagai peci umum ke sekolah jika beliau seorang guru. Dan tak
jarang ummat kristenpun memakai peci ini dalam kegiatan
sehari-harinya.
Terhadap hal ini, apakah ummat mulim keberatan. Ternyata tidak,
tidak pernah penulis ketahui ada yang keberatan dan berkata "Ulang
pake kupiai ne karisten doho / jangan pakai peci itu, kaukan kristen".
Sepengetahuan penulis, agama islam memang tidak punya larangan bagi
agama lain untuk memakai peci tersebut. Begitupun dalam bentuk
SK-SK yang berhubungan dengan lembaga agama islam seperti Dep. Agama,
NU atau Muhammadiyah.
Indahkan toleransi antara ummat beragama itu pak poreban...!
_________________________________________
Sudut pandang pemandian Umum / Wc umum
_________________________________________
Seperti kita kita ketahui, pemandian atau wc di Tapanuli Selatan
terbuka untuk umum, sungguh sangat jarang rumah punya wc sendiri.
Tempat pilihan biasanya lingkungan sekitar masjid.
Bagaimana dengan gereja-gereja HKBP yang di Angkola adakah
pemandian atau WC yang mereka bangun untuk keperluan umum...?
Dimana mereka mandi atau dimana wc mereka...? Anda orang
Angkola, dan andalah yang tahu jawabannya.
Namun...! Pemandian Tapian Raya Masjid Sri Alam Dunia Sipirok
Mashali cukup sering juga digunakan ummat HKBP untuk mandi
juga untuk buang buang hajat. Adakah ummat muslim bagasnagodang
untuk melarang ummat kristiani masuk ketempat itu...? Tidak
ada saudara-saudara sekalian. Padahal kalau mereka mau bisa
saja mereka tulis "Ini Pemandian Ummat Islam".
Karena itulah mengapa disekitar tahun 80-an di buat lagi tempat
khusus mengambil air wudhu disamping masjid MSAD (Ada perasaan
ummat muslim kurang afdol mengambil air wudhu langsung dari
tapian raya tersebut)
Begitu juga, pemandian Aek milas sosopan atau Parandolok bisa
saja mereka tulis ini pemandian ummat islam, karena memang
merekalah yang membangunnya juga merawatnya.
Tolerans bukan ummat muslim itu pada ummat HKBP uda...?
_____________________________________________________________
11. Sudut Pandang diluar dugaan khusus kisah di MSAD (Bhs. Angkola)
___________________________________________________________
1. Sarsar juhut ni babi di teras / halama MSAD
Poken aek selain jadi poken juga tempat marbada |
Marap tabotobe, poken aek bagas nagodangi nanggo homin tempat
marpoken najoloi, marbadape najojotan do jolma disi. Termasuk
namarkahanggi sangape namarakkang maranggi.
Sada maso marbadama narohamu halak banjar toba di poken aeki,
inda binoto aha panyebabna, namun anggo hasil tangkapku dopak
menek dope (SD) haran ni hepeng parbagian juhut ni babi.
Setelah marsituntangan tiba-tiba marlojong sada halak tu halam
MSAD (di jolo ni terasi). Marbada muse disi, betak haran niaha
tiba-tiba taldus abit.
Pas lagi taldusonma isipakkon alonai narohamu abiti, ahado...!
hape na adong do digulungia juhut ni babi di abiti, tottu sasar
di halaman masojoti.
Anggonarohakku nagot degeon ni nenek si Sinar (alm / pancas
batere najolo) malak nai, hape anggia cuma di paingot sajo do.
Son goni muse panonton na lain, padahal songonima galak-
galak ni halak bagas nagodang. Nung juboi...! Sadia tolerans
dope ummat muslimi tu halak banjar toba (HKBP).
2. Masuk anjing tu teras MSAD
Pintu Gerbang MSAD Lagi Talak |
Di taon 70-an najojotan do anggia, halak toba betak na sian dia
mai, sian arah Sidempuanon maroban anjing marudur-udur, nanggo
sada, dua, sangape tolu. Ra kadang saratus anjing nai obani,
namarobanna paling pahat dua halak, tai lebih sada halak.
Di sada masa lewatma namaroban anjing sian poken aek. Bertepatan
dohot lewat muse anjing ni karisten sian Bagas Lombang got
tu Saba Julu. Marbada godang anjingi, inda tarkendalihon
namarobannai, sampe-sampe marmasukan anjingi tu halaman MSAD.
Pada akhirna dibantu halak nadong di poken aki manakkupna,
harana mabiar halai attong murmasuk tu bagasan ni masojiti.
Anggo narohakku hona bal-balma halak tobai, hape antong inda
cuma di paingot sajo. Naung hebati...! Sadia tolerans dope
anggia muslim sipiroki. Cubo majo songoni tarjadi di Mandailing.
Bisa di sate halai halak nai. Sadia tolerans dope halak muslimi
tu halak toba...?
________________________________________________________________
Faktor-faktor yang mempengaruhi kerukunan ummat beragama
di Angkola Tapanulis Selatan
________________________________________________________________
Mengacu pada uraian fakta toleransi antara ummat beragama di atas,
maka penulis berpendapat :
1. Terciptanya toleransi antara ummat beragama di Angkola karena
adanya kesadaran dari para pemeluk agama bahwa agama yang dia anut
tidaklah ada untuk merendahkan agama lainnya.
Para pemeluk agama sadar betul bahwa Tuhan itu tidaklah menciptakan
satu agama di dunia ini dan ini bisa diketahui dari pengajaran
orang-orang tua di Angkola, dari sekolah dan dari pengalaman hidup
masing-masing orang.
2. Meskipun para pemeluk agama Islam di Angkola mayoritas muslim,
tapi masyarakat muslimnya tidaklah berbuat sewenang wenang pada
agama kristen. Bahkan sangat terkesan sangat menghormatinya dan
menghargainya dalam pergaulan hidup.
3. Memanglah masyarakat umum muslim Angkola atau Tapanuli Selatan
"Tidaklah sehebat masyarakat kristen Toba atau Tapanuli Utara
dalam menjunjung tinggi adat batak. Dan hal ini cukup sering
menjadi ejekan bagi halak toba bahwa orang Tapsel itu kurang
melaksanakan adat.
Tapi kenyataan di lapangan, orang tapanuli selatan itulah yang
lebih menghargai poda-poda adat ni oputta najumolosuhuti khususnya
dalam pelaksanaan toleransi antara ummat beragama begitu juga
dalam penerapan istilah samudar atau sabutuha.
4. Tingginya kesadaran pada istilah samudar sabutuha ini bagi
ummat muslim di Angkola adaah salah satu kesadaran mengapa
ummat kristen di Angkola juga tetap di hargai.
Demikian sekilas pendapat penulis mengenai penerapan toleransi
antara ummat beragama di Angkola - Tapanuli Selatan.
__________________________________________________________
Toleransi Beragama yang belum terlaksana di Angkola - Tapsel
__________________________________________________________
Satu-satunya toleransi antara ummat beragama yang belum
terlaksana selama penulis tinggal di Angkola adalah
pelaksanaan pengajaran agama di sekolah.
Sedikit menyedihkan tapi demikianlah adanya dan bukan
masyarakat Angkola penyebabnya tapi negara lewat Depar
temennya Pendidikannya.
Pelajaran agama Islamlah yang sering diajarkan di sekolah-
sekolah Negeri di Angkola. Pelajar ummat kristen yang
kadang jumlahnya 2,3, atau 4 orang terpaksa harus keluar
kelas. Dan mereka ini cukup sering tidak mempelajari
agma kristen di sekolah ne geri karena guru kristennya
tidak ada.
Harapan penulis, semoga sekarang ini atau kedepan tidaklah
demikian, karena sesungguhnya sama hak bagi setiap murid
disekolah untuk mendapatkan semua jenis mata pelajaran.
________________________________________________________________
Peran "Masjid Sri Alam Dunia" Sipirok Mashali dalam mengislamkan
masyarakat Pahae Tanah Batak
________________________________________________________________
Penulis tidak punya data, seberapa banyak sudah masyarakat dari
Toba, khususnya Pahae yang mengucapkan dua kalimah syahadat
pertama tapi semua ini dapat diperjelas pada para natobang-tobang
masyarakat Bagasnagodang Sipirok, dan bukan tidak mungkin ini juga
masih tersimpan di Arsip MSAD.
Yang pasti, penulis masih ingat waktu masa kecil ketika orang tua
penulis jadi ketua MSAD sekitar tahun 70-an awal, tiga kali rombongan
dari Pahae dan sikitarnya datang ke MSAD untuk meminta di Islamkan/
mualaf.
Tentu hal ini cukup logis megingat sejarah MSAD itu sendiri dan
sebagai tempat yang paling dekat dengan wilayah Tapanuli Utara.
Bagaimana dengan tahun-tahun dibawah tahun 70-an, penulis berke
yakinan akan sangat banyak yang dari toba ataupun dari Angkola itu
sediri yang masuk Islam lewat pengucapan dua kalimah syahadatnya
pertama kali di MSAD Spirok Mashali.
Sebagai ummat muslim yang bersaudara tentulah urusannya tidak
sampai disitu saja. Meskipun komunikasi ummat muslim Sipirok
Angkola dengan Pahae agak terbatas, tapi penulis yakin para
ummat muslim Angkola tetap memantau keberadaan saudaranya yang
ada di Pahae.
Jika saja kawan yang namanya Baginda Manahan, Mayori, Koprali,
Komandani, Pambunui, rojob, Bahrum, rencong Pusaka, Bahrum,
Persi, Dapman, si Ahaan, si Sapar, Ramalan, Ammar, Tarla, dll sudah
tidak almarhum atau sudah tidak tua bagi yang masih hidup,
maka dapat penulis pastikan, setelah mereka mengetahui ada
kesulitan ummat muslim di Pahae dalam menjalankan agamanya
maka mereka akan berangkat ke Pahae untuk mengetahui keadaan
yang sebenarnya, "Sekalipun mereka harus berjalan kaki dari
Sipirok".
Bagaimana bisa begitu...? Karena mereka sadar, "Merekalah
ujung tombak kekuatan muslim Tapanuli Selatan untuk daerah
perbatasan dengan Tapanuli Utara. Mereka bertugas menjaga
keamannya, menjaga keharmonisannya dalam pelaksanaan
toleransi antara ummat beragama.
Tentunya tak ada keputusan tertulis untuk hal ini, tapi
seperti itulah "tafsirnya" dari kisah dan cerita para orang tua
atau oppung-oppung mereka pada masa yang telah berlalu.
Bagaimana dengan sekarang...?
Jika ayah bunda telah pergi
kamulah pembela agama dan bangsa
menjadi bintang dimalam hari
menjadi pagar sepanjang masa
Sekarang...! Otomatis yang jadi ujung tombak kekuatan muslim
adalah para ananda dari dari para orang tua generasi yang
sebelumnya yang mungkin saja mereka yang lahir sekitar tahun
1965 - 1990-an untuk wilayah Bagasnagodang dan sekitarnya.
Allahu akbar...allahu akbar...
alaah...allahu akbar...!
Sedangkan yang jadi bintang dimalam hari ini dan
pagar sepanjang masa ini...?
Andalah pemuda Islam itu yang mungkin berusia
20 - 47 tahun dan menyebut diri "Remaja Masjid, Dewan kemakmuran
Masjid, Panitia Masjid, Anak Pesantren, Kelompok Nasyid dan
Qasidah, Naposo Nauli Bulung Muslim ni Huta, Para Remaja anggota
pengajian, Remaja Batak Islam, Penentang penghancuran 1000 masjid,
para mahasiswa Universitas atau perguruan tinggi Islam, termasuk
para pengurus organisasi Islam lainnya khususnya ada yang berada
di Sipirok maupun yang berada di Tapanuli Selatan najolo.
Karena itu, pada para ummat kristen Pahae mohon hal ini kalian
pertimbangkan karena sesungguhnya semua ummat Islam
memantau perkembangan saudaranya :
Bukan apa-apa lae, tulang, uda
ataupun oppung, yang sama-sama
susahnya kita hidup ini.
Jadi kalau kita terlalu sibuk mengurus
tempat ibadah, demo sana demo sini
urus kesana urus ke sino, tanda tangani yang
ini tandatangani yang itu, lapor sana lapor sini,
photo yang ini photo yang itu.
Kapan kita mau beribadah, mau berusaha...mau keluar
kesusahan hidup. Maka panjanglah kemelaratan itu
kalau begitu.
Kalau soal demo lae tak ada yang menandingi orang
Sipirok, 72 tahun sudah kami berdemo agar kantor
Bupati di Sipirok ditempatkan di Sipirok ternyata
berhasilpun tidak.
Hepeng yang habis sudah kesana kemari, belum lagi
yang "korban perasaan" sudah tak terhitung banyaknya.
Sampai-sampai yang dari pusatpun banyak yang turun
gunung tapi demo tetap tak berhasil.
Sekarang mereka banyak yang makanpun tak enak dan
tidurpun tak nyenyak. Hepeng yang sudah habis tak
dapat di tarik kembali. Lampbok lute sudah...!
Karena itu, tak usah lagilah kalian demo tempat
masjid yang sudah mau didirikan. Biarkan aja disitu.
bersihorasan kalian bersisalaman, hilang kebencian
dalam diri. Habis perkara, begitunya kalau yang sehuta.
___________
Penutup
___________
Mengacu pada uraian-uraian diatas, saya Rahmat Parlindungan
Siregar berpendapat, "Sungguh tidak masuk di akal para saudara
kristen (HKBP) yang sama-sama percaya kita semua bermula dari
Pusuk Buhit / Sianjur Mula-mula memberikan kesulitan pada
saudara kami muslim yang ada di Pahae Jae untuk membangun
tempat ibadatnya.
Surat-surat Keputusan yang dikeluarkan bupati ini bupati ono,
Sk menteri ini, sk menteri ono pada prinsifnya hanyalah
pelengkap pemenuhan administrasi sebagai bukti bahwa kita
berada dalam satu negara dengan aturan mainnya.
Tapi jauh sebelum ada bupati, ada mentri dan ada Negara
Indonesia ini, tempat ibadah kristen dan islam di tanah batak
sudah berdiri.
Dan bahkan, jika saja Nomensen tidak pernah sampai di Sipirok
Angkola belum tentunya ada HKBP di Tanah Batak (Tanah
Angkola adalah asal muasal HKBP itu para saudara sekalian).
Sekali lagi...! Ditanah Batak sudah berdiri gereja dan masjid
jauh sebelum Indonesia Merdeka. Dan para pendahulu kita saling
mendukung pembangunan tempat ibadah tersebut.
Dan itulah sebabnya mengapa gereja dan masjid di tanah batak
jumlahnya tidak satu, dua, tiga, sappulu, lima puluh, seratus
bahkan ribuan para saudara se asal dan sebudaya.
Tidakkah hal ini menjadi bahan pemikiran bagi saudara kristen
HKBP khususnya yang ada di Pahae Jae. Jangan gara-gara nila
setitik rusak susu sebelanga koum. Bukankah HKBP itu sudah
cukup terkenal dalam macam aktivitas keagamaan, yang tidak
saja di Indonesia, tapi juga dunia.
Hati kecil saya berkata, "Sungguh sangat menginginkan di
wilayah manapun di Tanah Batak sana agar toleransi antara
ummat beragama itu tetap terjaga. Itu sajanya.
Kalau soal "Jihad" itu memang sudah merupakan keharusan bagi
ummat muslim dimanapun berada jika ummat atau agama mereka
teraniaya. Dan sepertinya tidak ada satu senjatapun dimuka bumi
ini yang mampu mengalahkannya bahkan negara adikuasapun nyaris
ketakutan karenanya.
Senjata pada intinya diciptakan untuk menghancurkan tapi "Jihad"
memang dia ada karena siap untuk hancur pake senjata atau tidak
"Mate pe jadi" ninna bahasa hitana, Allohu Akbar...allohu akbar...
allohu akbar...
Dan dalam prakteknya, jihad ini cukup sering juga salah sasaran.
"Allohu akbar...allohu akbar..."kata si A pada musuhnya si B.
Datang si B, "Allohu Akbar...allohu akbar..." kata si B pula
menyambut serangan si A.
Maka terjadilah pertempuran sengit, "Allah kuasa atas segala-galanya"
keduanya mati. Tapi keduanya sama-sama punya keyakinan
masuk surga. Hebat bukan keyakinan ummat islam itu...? Apalagi
yang musuhnya jelas di luar agama islam.
Karena itu mohon juga, hal-hal seperti ini dipertimbangkan sebagai
kekuatan ummat Islam, seperti halnya ummat islam mempertimbangkan
pahlawan-pahlawan perang ummt kristiani dalam 9 ronde perang salib.
seperti Godfrey, Bohemond, dan Raymond, Paus Eugenius III,
Frederick Barbarossa, dll.
Saya sebagai seorang muslim, mengucapkan salam hormat saya
pada para saudara HKBP dimanapun berada...!
Dan jika ada isi dari tulisan ini yang tidak disukai oleh ummat kristen
atapun islam, penulis terlebih dahulu minta maaf.
Horas...horas...horas.... dan....
Wassalamu'alaikumwarahmatullahiwabarakatuh...!
_________________________________________________________
Cat : Sampai Sept 2014 dilihat 658 kali.
* Posting susulan Mengenai Sekuralisme :
http://angkolafacebook.blogspot.com/2014/09/sekularisme-dan-toleransi-antar-ummat.html
Na jop mada rohakku mambaca tulisan on.
ReplyDeleteTarimokasi
Sama-sama kahang. Horas juga...!
Deletebaru baca ini, kyknya panjang lebar penjabaran anda hanya mempertegas bahwa anda seorang sekuler.. ngga lebih dari itu
ReplyDeleteTrims comentarnya kawan...!
ReplyDeleteMenjadi sekularisme akan selalu lebih baik dinegara ini
(Sesui UUD 45) dari pada menjadi Islamisme, apalagi di Tanah
Batak yang punya aturan budaya di sebut, "Pahombar adat dohot
Ugamo". Pendek kata, sekularismelah yang membuat tanah batak itu tetap adas. Horas...!