#SELAMAT MALAM PARA KAUM MUSLIMIN MUSLIMAT#
_____________________________________________________________
Assalmu'alaikumwarahmatullahi wabarakatuh...!
Seperti ita ketahui salah satu fokus perhatian setiap datang
bulan Ramadhan untuk wilayah Sumatra Utara adalah Masjid Raya
Medan atau Masjid Al-Maksum.
"Selama bulan suci ramadhan, halaman Masjid Raya Al Maksum atau lebih
dikenal sebagai Mesjid Raya Medan, Sumatera Utara, selalu dibanjiri
warga maupun jemaah masjid yang ingin menikmati salah satu menu utama
khas Kesultanan Deli, yaitu bubur pedas yang kental dengan aroma
rempah-rempahnya.
Hampir setiap hari sejak pukul 14.00, para pengurus Kenaziran Masjid
Raya Al Maksum selama bulan ramadhan disibukkan dengan pekerjaan tambahan.
Selain mengelola kemakmuran masjid, para nazir juga disibukkan dengan
aktifitas mempersiapkan menu berbuka puasa bagi para jemaah dan warga
sekitar masjid".
Demikian tulis situs dengan alamat
http://www.indosiar.com/ragam/tradisi-tajil-di-bulan-ramadhan_21323.html
"Bagaima sebenarnya sejarah Masjid Raya Medan ini, mengapa disebut
juga masjid al-Maksum, siapa yang membangunnya. Dan apakah ada hubungan
kesultanan Deli dengan Masjid ini mengingat Kesultanan Deli adalah
pemilik kota Medan pada awalnya" adalah hal utama yang
mau penulis sampaikan lewat postingan ini.
Selamat menyimak...!
__________________________________________________________
Sekilas Sultan Mahmud Al Rasyid dalam hubungannya dengan
Kesultanan Deli
__________________________________________________________
"Seripaduka Tuanku Sultan Mahmud Al-Rasyid Perkasa Alam Shah
(bertahta 1858-1873) adalah raja Kesultanan Deli yang ke-8.
Ia adalah putra sulung Sultan Osman Perkasa Alam Shah. Ia
diangkat menjadi sultan untuk menggantikan ayahandanya.
Sultan Mahmud diangkat menjadi sultan pada tahun 1858 atau pada 4
Rabiul Awal 1275 H. Gelar Sultan Mahmud setelah mangkat ialah
Marhum Kota Batu".
Demikian tulis wikipedia. Dikatakan juga :
Sultan Mahmud Pekasa Alam memiliki tiga orang putra dan puteri.
Putranya bernama Tengku Ma’mun Al-Rasyid, dan putri-puterinya
bernama Tengku Fatimah dan Tengku Zubaidah. Mamun puteri-puteri
tersebut meninggal dalam usia muda.
Saat Sultan Mahmud diangkat sebagai sultan,
adindanya yaitu Tengku Sulaiman dilantik menjadi
raja muda dengan gelar Raja Muda Negeri
Deli, dan Tengku Sulung Laut diberi gelar
Tengku Pangeran Negeri
Bedagai Wajir Negeri Deli. Sedangkan adindanya
Tengku Abdul Rahman pada masa pemerintahan
Sultan Ma’mun Al-Rasyid berkuasa dianugrahi
gelar Tengku Temenggung Negeri Deli, dan Tengku Ja’far
Al Haj dikaruniai gelar Pangeran Bendahara Negeri Deli.
Dengan demikian jelas sudah "Sultan Mahmud
Al-Rasyid IX adalah salah satu Sultan Tanah
Deli pada masa lampau".
__________________________________________________________
Sejarah Masjid Raya Medan dalam hubungannya dengan
Sultan Mahmud Al-Rasyid
__________________________________________________________
"Masjid Raya Medan atau Masjid Raya Al Mashun merupakan sebuah
masjid yang terletak di Medan, Indonesia. Masjid ini dibangun
pada tahun 1906 dan selesai pada tahun 1909. Pada awal pendiriannya,
masjid ini menyatu dengan kompleks istana.
Gaya arsitekturnya khas Timur Tengah, India dan Spanyol. Masjid
ini berbentuk segi delapan dan memiliki sayap di bagian selatan,
timur, utara dan barat".
Tulis wikipedia. Selanjutnya dikatakan :
Sultan Ma’mum Al Rasyid Perkasa Alam sebagai pemimpin Kesultanan
Deli memulai pembangunan Masjid Raya Al Mashun pada tanggal 21 Agustus
1906 (1 Rajab 1324 H). Keseluruhan pembangunan rampung pada tanggal 10
September 1909 (25 Sya‘ban 1329 H) sekaligus digunakan ditandai dengan
pelaksanaan sholat Jum’at pertama di masjid ini.
Keseluruhan pembangunannya menghabiskan dana sebesar satu juta Gulden.
Sultan memang sengaja membangun mesjid kerajaan ini dengan megah,
karena menurut prinsipnya hal itu lebih utama ketimbang kemegahan
istananya sendiri, Istana Maimun.
Pendanaan pembangunan masjid ini ditanggung sendiri oleh Sultan,
namun konon Tjong A Fie, tokoh kota medan dari etnis Thionghoa yang
sejaman dengan Sultan Ma’mun Al Rasyd turut berkontribusi mendanai
pembangunan masjid ini
* Hal Arsitektur
Pada awalnya Masjid Raya Al Mashun di rancang oleh Arsitek Belanda Van
Erp yang juga merancang istana Maimun, namun kemudian proses-nya
dikerjakan oleh JA Tingdeman. Van Erp ketika itu dipanggil ke pulau
Jawa oleh pemerintah Hindia Belanda untuk bergabung dalam proses
restorasi candi Borobudur di Jawa Tengah.
Sebagian bahan bangunan diimpor antara lain: marmer untuk dekorasi
diimpor dari Italia, Jerman dan kaca patri dari Cina dan lampu
gantung langsung dari Prancis.
JA Tingdeman, sang arsitek merancang masjid ini dengan denah simetris
segi delapan dalam corak bangunan campuran Maroko, Eropa dan Melayu
dan Timur Tengah. Denah yang persegi delapan ini menghasilkan ruang
bagian dalam yang unik tidak seperti masjid masjid kebanyakan.
Di ke empat penjuru masjid masing masing diberi beranda dengan atap
tinggi berkubah warna hitam, melengkapi kubah utama di atap bangunan
utama masjid. Masing masing beranda dilengkapi dengan pintu utama dan
tangga hubung antara pelataran dengan lantai utama masjid yang
ditinggikan, kecuali bangunan beranda di sisi mihrab.
Bangunan masjidnya terbagi menjadi ruang utama, tempat wudhu,
gerbang masuk dan menara. Ruang utama, tempat sholat, berbentuk
segi delapan tidak sama sisi. Pada sisi berhadapan lebih kecil,
terdapat ‘beranda’ serambi kecil yang menempel dan menjorok keluar.
Jendela-jendela yang mengelilingi pintu beranda terbuat dari kayu
dengan kaca-kaca patri yang sangat berharga, sisa peninggalan art
nouveau periode 1890-1914, yang dipadu dengan kesenian Islam. Seluruh
ornamentasi di dalam mesjid baik di dinding, plafon, tiang-tiang,
dan permukaan lengkungan yang kaya dengan hiasan bunga dan tumbuh-
tumbuhan. di depan masing-masing beranda terdapat tangga. Kemudian,
segi delapan tadi, pada bagian luarnya tampil dengan empat gang
pada keempat sisinya, yang mengelilingi ruang sholat utama.
Gang-gang ini punya deretan jendela-jendela tak berdaun yang berbentuk
lengkungan-lengkungan yang berdiri di atas balok. Baik beranda dan
jendela-jendela lengkung itu mengingatkan disain bangunan kerajaan-
kerajaan Islam di Spanyol pada Abad Pertengahan. Sedangkan kubah
mesjid mengikuti model Turki, dengan bentuk yang patah-patah
bersegi delapan. Kubah utama dikitari empat kubah lain di atas
masing-masing beranda, dengan ukuran yang lebih kecil. Bentuk
kubahnya mengingatkan kita pada Mesjid Raya Banda Aceh.
Di bagian dalam masjid, terdapat delapan pilar utama berdiameter
0,60 m yang menjulang tinggi untuk menyangga kubah utama pada
bagian tengah. Adapun mihrab terbuat dari marmer dengan atap
kubah runcing. Gerbang mesjid ini berbentuk bujur sangkar
beratap datar. Sedangkan menara mesjid berhias paduan antara
Mesir, Iran dan Arab.
Adapun situs dengan alamat
http://www.ranselkosong.com/2010/08/history-of-medan-and-al-mashun-mosque.html
memberikan gambaran tentang arsitektur masjid tersebut lewat caption, sbb :
___________________________________________________
___________________________________________________
__________________________________________________
Sedangkan situs
http://wisnusaputra29.blogspot.com/2012/06/wisata-sejarah-kota-
medan-istana-maimun.html memberikan image sbb :
______________________________________________________
Suasana Buka Puasa Masjid Raya Medan di Bulan Ramadhan
______________________________________________________
Sebelum kita lanjut mari kita dengarkan suara azan dari Masjid
Raya Medan ini :
(Menyimak Sejarah Masjid Raya Medan dalam hubungannya
dengan Sultan Mahmud Al Rasyid IX / Tanah Deli)_____________________________________________________________
Assalmu'alaikumwarahmatullahi wabarakatuh...!
Seperti ita ketahui salah satu fokus perhatian setiap datang
bulan Ramadhan untuk wilayah Sumatra Utara adalah Masjid Raya
Medan atau Masjid Al-Maksum.
"Selama bulan suci ramadhan, halaman Masjid Raya Al Maksum atau lebih
dikenal sebagai Mesjid Raya Medan, Sumatera Utara, selalu dibanjiri
warga maupun jemaah masjid yang ingin menikmati salah satu menu utama
khas Kesultanan Deli, yaitu bubur pedas yang kental dengan aroma
rempah-rempahnya.
Hampir setiap hari sejak pukul 14.00, para pengurus Kenaziran Masjid
Raya Al Maksum selama bulan ramadhan disibukkan dengan pekerjaan tambahan.
Selain mengelola kemakmuran masjid, para nazir juga disibukkan dengan
aktifitas mempersiapkan menu berbuka puasa bagi para jemaah dan warga
sekitar masjid".
Demikian tulis situs dengan alamat
http://www.indosiar.com/ragam/tradisi-tajil-di-bulan-ramadhan_21323.html
"Bagaima sebenarnya sejarah Masjid Raya Medan ini, mengapa disebut
juga masjid al-Maksum, siapa yang membangunnya. Dan apakah ada hubungan
kesultanan Deli dengan Masjid ini mengingat Kesultanan Deli adalah
pemilik kota Medan pada awalnya" adalah hal utama yang
mau penulis sampaikan lewat postingan ini.
Selamat menyimak...!
__________________________________________________________
Sekilas Sultan Mahmud Al Rasyid dalam hubungannya dengan
Kesultanan Deli
__________________________________________________________
Sultan Mahmud Al-Rasyid Perkasa Alam Syah XIII |
(bertahta 1858-1873) adalah raja Kesultanan Deli yang ke-8.
Ia adalah putra sulung Sultan Osman Perkasa Alam Shah. Ia
diangkat menjadi sultan untuk menggantikan ayahandanya.
Sultan Mahmud diangkat menjadi sultan pada tahun 1858 atau pada 4
Rabiul Awal 1275 H. Gelar Sultan Mahmud setelah mangkat ialah
Marhum Kota Batu".
Demikian tulis wikipedia. Dikatakan juga :
Sultan Mahmud Pekasa Alam memiliki tiga orang putra dan puteri.
Putranya bernama Tengku Ma’mun Al-Rasyid, dan putri-puterinya
bernama Tengku Fatimah dan Tengku Zubaidah. Mamun puteri-puteri
tersebut meninggal dalam usia muda.
|
adindanya yaitu Tengku Sulaiman dilantik menjadi
raja muda dengan gelar Raja Muda Negeri
Deli, dan Tengku Sulung Laut diberi gelar
Tengku Pangeran Negeri
Bedagai Wajir Negeri Deli. Sedangkan adindanya
Tengku Abdul Rahman pada masa pemerintahan
Sultan Ma’mun Al-Rasyid berkuasa dianugrahi
gelar Tengku Temenggung Negeri Deli, dan Tengku Ja’far
Al Haj dikaruniai gelar Pangeran Bendahara Negeri Deli.
Dengan demikian jelas sudah "Sultan Mahmud
Al-Rasyid IX adalah salah satu Sultan Tanah
Deli pada masa lampau".
__________________________________________________________
Sejarah Masjid Raya Medan dalam hubungannya dengan
Sultan Mahmud Al-Rasyid
__________________________________________________________
Masjid Al Mashun (Masjid Raya Medan) |
"Masjid Raya Medan atau Masjid Raya Al Mashun merupakan sebuah
masjid yang terletak di Medan, Indonesia. Masjid ini dibangun
pada tahun 1906 dan selesai pada tahun 1909. Pada awal pendiriannya,
masjid ini menyatu dengan kompleks istana.
Gaya arsitekturnya khas Timur Tengah, India dan Spanyol. Masjid
ini berbentuk segi delapan dan memiliki sayap di bagian selatan,
timur, utara dan barat".
Tulis wikipedia. Selanjutnya dikatakan :
Sultan Ma’mum Al Rasyid Perkasa Alam sebagai pemimpin Kesultanan
Deli memulai pembangunan Masjid Raya Al Mashun pada tanggal 21 Agustus
1906 (1 Rajab 1324 H). Keseluruhan pembangunan rampung pada tanggal 10
September 1909 (25 Sya‘ban 1329 H) sekaligus digunakan ditandai dengan
pelaksanaan sholat Jum’at pertama di masjid ini.
Keseluruhan pembangunannya menghabiskan dana sebesar satu juta Gulden.
Sultan memang sengaja membangun mesjid kerajaan ini dengan megah,
karena menurut prinsipnya hal itu lebih utama ketimbang kemegahan
istananya sendiri, Istana Maimun.
Pendanaan pembangunan masjid ini ditanggung sendiri oleh Sultan,
namun konon Tjong A Fie, tokoh kota medan dari etnis Thionghoa yang
sejaman dengan Sultan Ma’mun Al Rasyd turut berkontribusi mendanai
pembangunan masjid ini
* Hal Arsitektur
Pada awalnya Masjid Raya Al Mashun di rancang oleh Arsitek Belanda Van
Erp yang juga merancang istana Maimun, namun kemudian proses-nya
dikerjakan oleh JA Tingdeman. Van Erp ketika itu dipanggil ke pulau
Jawa oleh pemerintah Hindia Belanda untuk bergabung dalam proses
restorasi candi Borobudur di Jawa Tengah.
Sebagian bahan bangunan diimpor antara lain: marmer untuk dekorasi
diimpor dari Italia, Jerman dan kaca patri dari Cina dan lampu
gantung langsung dari Prancis.
JA Tingdeman, sang arsitek merancang masjid ini dengan denah simetris
segi delapan dalam corak bangunan campuran Maroko, Eropa dan Melayu
dan Timur Tengah. Denah yang persegi delapan ini menghasilkan ruang
bagian dalam yang unik tidak seperti masjid masjid kebanyakan.
Di ke empat penjuru masjid masing masing diberi beranda dengan atap
tinggi berkubah warna hitam, melengkapi kubah utama di atap bangunan
utama masjid. Masing masing beranda dilengkapi dengan pintu utama dan
tangga hubung antara pelataran dengan lantai utama masjid yang
ditinggikan, kecuali bangunan beranda di sisi mihrab.
Bangunan masjidnya terbagi menjadi ruang utama, tempat wudhu,
gerbang masuk dan menara. Ruang utama, tempat sholat, berbentuk
segi delapan tidak sama sisi. Pada sisi berhadapan lebih kecil,
terdapat ‘beranda’ serambi kecil yang menempel dan menjorok keluar.
Jendela-jendela yang mengelilingi pintu beranda terbuat dari kayu
dengan kaca-kaca patri yang sangat berharga, sisa peninggalan art
nouveau periode 1890-1914, yang dipadu dengan kesenian Islam. Seluruh
ornamentasi di dalam mesjid baik di dinding, plafon, tiang-tiang,
dan permukaan lengkungan yang kaya dengan hiasan bunga dan tumbuh-
tumbuhan. di depan masing-masing beranda terdapat tangga. Kemudian,
segi delapan tadi, pada bagian luarnya tampil dengan empat gang
pada keempat sisinya, yang mengelilingi ruang sholat utama.
Gang-gang ini punya deretan jendela-jendela tak berdaun yang berbentuk
lengkungan-lengkungan yang berdiri di atas balok. Baik beranda dan
jendela-jendela lengkung itu mengingatkan disain bangunan kerajaan-
kerajaan Islam di Spanyol pada Abad Pertengahan. Sedangkan kubah
mesjid mengikuti model Turki, dengan bentuk yang patah-patah
bersegi delapan. Kubah utama dikitari empat kubah lain di atas
masing-masing beranda, dengan ukuran yang lebih kecil. Bentuk
kubahnya mengingatkan kita pada Mesjid Raya Banda Aceh.
Di bagian dalam masjid, terdapat delapan pilar utama berdiameter
0,60 m yang menjulang tinggi untuk menyangga kubah utama pada
bagian tengah. Adapun mihrab terbuat dari marmer dengan atap
kubah runcing. Gerbang mesjid ini berbentuk bujur sangkar
beratap datar. Sedangkan menara mesjid berhias paduan antara
Mesir, Iran dan Arab.
Adapun situs dengan alamat
http://www.ranselkosong.com/2010/08/history-of-medan-and-al-mashun-mosque.html
memberikan gambaran tentang arsitektur masjid tersebut lewat caption, sbb :
refleksi mesjid al-ma'shun diambil dari kolam yang berada disekitar mesjid. Mesjid Al- Ma'shun beridir megah di tengah kota Medan yang menjadi saksi sejarah kedigjayaan Sultan Deli. |
___________________________________________________
___________________________________________________
__________________________________________________
kubah bagian dalam mesjid al-ma'shun begitu mempesona |
Sedangkan situs
http://wisnusaputra29.blogspot.com/2012/06/wisata-sejarah-kota-
medan-istana-maimun.html memberikan image sbb :
______________________________________________________
Suasana Buka Puasa Masjid Raya Medan di Bulan Ramadhan
______________________________________________________
Sebelum kita lanjut mari kita dengarkan suara azan dari Masjid
Raya Medan ini :
L
MEDAN – Selain dikenal dengan arsitekturnya yang khas, Masjid Raya
Al-Maksum terkenal dengan santapan buka puasanya yang khas, yaitu
bubur sop.
Menurut pengurus masjid, Sutomo, kebiasaan berbuka puasa dengan
menyediakan bubur sop ini telah ada sejak masanya Sultan Deli.
Demikian tulis situs
http://www.medanmagazine.com/bubur-sop-masjid-raya-medan-kuliner-
warisan-sultan-deli/ Dikatakan juga :
Menurutnya, dahulunya masjid ini memang digunakan para raja-raja.
Sehingga menjadi tradisi untuk memakan santapan khas, yaitu bubur
pedas.
“Tapi kini bubur pedas sudah jarang kita sediakan. Karena biaya
pembuatannya sangat mahal. Jadinya kita lebih membuatnya menjadi
bubur sop,” kata Sutomo. Padahal, dijelaskannya, biaya pembuatan
bubur sop saja menghabiskan Rp 90 juta dalam sebulan.
Santapan ini bisa ditemukan saat bulan ramadhan saja. Setiap hari,
pihak masjid menyediakan sekitar 500 porsi lebih untuk menjadi
menu berbuka masyarakat yang datang ke Masjid Raya.
“Ini nanti sekitar Pukul 15.00 – 16.00 WIB warga yang mau
membawanya pulang, cukup membawa rantangnya saja. Nah, nanti
kalau untuk yang menjelang magrib, kita sediakan di piring,”
katanya.
Menurut seorang pembuat bubur sop, mereka menghabiskan beras
perharinya sebanyak 20 kg, sebanyak 10 kg daging sapi, kentang
dan wortel 10 kg, dan bahan pendukung lainnya seperti garam,
gula, teh, dan buah pala.
Bubur tersebut dimasak langsung di sisi kiri masjid, menggunakan
2 tungku bundar berwarna hitam dengan menggunakan kayu bakar.
Tiap hari, bubur sop ini selalu habis, bahkan bisa sampai
kekurangan. “Beberapa hari ini buburnya laris, kita bahkan sampai
tidak dapat. Tapi kami senang, bubur sop ini banyak diminati,”
kata Sutomo pada pekan pertama bulan puasa lalu.
Berikut beberapa gambar mengenai buka puasa di Masjid Raya
Medan :
Allahuma laka shumtu wabika amantu wa ‘ala rizqika aftartu
birahmatika ya arhama rohimin.
__________________________________________
Penutup (Kesimpulan dan Pendapat Penulis)
__________________________________________
* Kesimpulan
1. Masjid Raya Medan di sebut juga Masid Al- Maksum dan Masjid Deli
2. Masjid ini dibagun pada masa kesultanan Deli tepatnya pada masa Sultan
Mahmud Al Rasyid Perkasa Alam Syah IX
3. Sebagian bahan- bahan arsitektur masjid ini didatangkan dari negara lain,
seperti Italia, Jerman, Cina dan Perancis.
4. Masa pengerjaannya 1906 - 1909 dengan arsitektur bergaya Maroko,
Erofa dan Melayu
5. Tradisi masjid ini sampai sekarang yang masih tetap dilestarikan oleh
ummat khusunya di Medan adalah berbuka puasa dengan bubur pedas
atau bubur sop.
* Pendapat Penulis
1. Paten nian Sultan Mahmud Al-Rasyid Perkasa Alam Syah ini, bisa pula
beliau membuat membangun masjid ini justru lebih hebat dan lebih besar
dari bagunan Kesultanannya (Kesultanan Deli). Tergambar benar bagaimana
beliau ini sangat menyukai masyarakatnya.
2. Melihat pesatnya pembangunan Kota Medan dari satu sisi cukup membanggakan.
Tapi melihat pembangunan Kesultanan deli justru sedikit memprihatinkan,
bagunannya seperti kurang terawat, padahal tanpa Kesultanan ini tentu tak
ada pula itu Kota Medan.
3. Penulis pikir, tak keberatannya masyarakat Medan atau Sumatra Utara
sebagian dari pendapatan mereka yang pengelolaanya telah diambil alih
oleh Dinas Pendapat Daerah Medan untuk diberikan sebagian demi tetap
terjaganya, terlestarinya, terhargainya Kesultanan Deli ini. Bagi kenapa pak
Kepala Dinas sebagian dari PAD itu. Berani membaginya...?
Demikian yang dapat disampaikan lewat blog galeri msad ini. Dan semoga
info dapat memberi manfaat dan...
Wassalamu'alaikumwarahmatullahiwabarakatuh.
____________________________________________________
Cat sumber lainnya :
http://wisnusaputra29.blogspot.com/2012/06/wisata-sejarah-kota-medan-istana-maimun.html
_______________________________________________________
Postingan Lanjutan 30 Agustus 2013
Judul : Pastikan Anda telah mengkonsumsi yang Halal
Hal : Oleh-oleh pulang kampung 4
_______________________________________________________
Assalamu'alaikumwarahmatullahiwabarakatuh
_____________
Pendahuluan
_____________
Para kawan...!
Pada tanggal 14 Agustus 2013 saya berkunjung ke Istana Maimun
dan sholat zuhur di Masjid Raya Medan (Al-Mashun). Karena itu
postingan ini bukan lagi menceritakan sejarah, tapi justru
menguji kebenaran sejarah berdasarkan postingan di atas
(Postingan Tgl. dan mencari dasar atau dalil dalam agama
islam yang menyurus ummat islam mengkonsumsi yang halal.
________________________________________________________
Hasil Pengamatan pada apa yang tertulis dan terlihat
________________________________________________________
Dari hasil penyesuaian berikut yang dapat penulis sampaikan :
1. Benar adanya bahwa pada awalnya Istana Maimun menyatu dengan
Masjid Raya Medan. Dari hasil pengamatan jarak antara Istana
tersebut kurang lebih hanya 200 meter dengan di pisahkan jalan
raya di depan istana Maimun .
2. Benar adanya bahwa Masjid Raya Medan ini lebih megah dari pada
Istana Maimun meskipun yang membangunnya adalah Sultan Deli yaitu
Sultan Ma’mum Al Rasyid Perkasa Alam
4. Benar adanya bahwa masjid ini Gaya arsitekturnya khas Timur Tengah,
India dan Spanyol. Masjid ini berbentuk segi delapan dan memiliki
sayap di bagian selatan, timur, utara dan barat".
5. Benar adanya bangunan masjidnya terbagi menjadi ruang utama,
tempat wudhu, gerbang masuk dan menara. Ruang utama, tempat sholat,
berbentuk segi delapan tidak sama sisi. Pada sisi berhadapan lebih
kecil, terdapat ‘beranda’ serambi kecil yang menempel dan menjorok
keluar.
____________________________________________
Pastikan Anda telah mengkonsumsi yang Halal
____________________________________________
Pada saat penulis berkunjung ke masjid ini ada satu hal yang menyolok
dan mungkin satu-satunya Masjid di Nusantara ini yang membuat Merk
dalam lingkungan masjid bertuliskan : "Pastikan Anda telah mengkonsumsi
yang Halal".
Pada intinya penulis setuju dengan isi pesan tersebut sebab demikianlah
memang ummat Islam itu. Harus mengkonsumsi yang halal sesuai dengan
frman Allah Swt :
"Hai sekalian manusia, makanlah yang halal lagi baik dari apa-apa yang
terdapat di bumi, dan janganlah kamu mengikuti langkah-langkah
syetan......(QS Al Baqarah (29 . 168)
Tentang makanan yang dimaksud dikatakan pada situs
http://pagihp.tripod.com/mknislam.htm
Cukup banyak ayat-ayat Allah SWT yang memperingatkan kita akan
halnya makanan, apakah manusia tidak cukup memperhatikannya ?
Padahal otot, tulang otak, paru-paru, hati, alat-alat buangan
semua di bangun dari apa yang kita makan. Bila kita menghindari
makanan-makanan yang tidak baik (junk food), maka akan dihasilkan
tulang yang kokoh, otot yang kuat, pipa/saluran-saluran yang bersih,
otak yang cemerlang, paru-paru dan hati yang bersih, jantung yang
dapat memompa darah dengan baik. Dan diperintah manusia untuk
selalu memperhatikan makanannya, seperti firman Allah "Maka
seharusnya manusia memperhatikan makanannya" (QS Abasa (80) : 24).
Mengapa ? Karena manusia yang ingin sehat jasmani rohaninya,
salah satu faktor yang menunjang adalah dari makanan dan pola
makanan yang diterapkan.
MEDAN – Selain dikenal dengan arsitekturnya yang khas, Masjid Raya
Al-Maksum terkenal dengan santapan buka puasanya yang khas, yaitu
bubur sop.
Menurut pengurus masjid, Sutomo, kebiasaan berbuka puasa dengan
menyediakan bubur sop ini telah ada sejak masanya Sultan Deli.
Demikian tulis situs
http://www.medanmagazine.com/bubur-sop-masjid-raya-medan-kuliner-
warisan-sultan-deli/ Dikatakan juga :
Menurutnya, dahulunya masjid ini memang digunakan para raja-raja.
Sehingga menjadi tradisi untuk memakan santapan khas, yaitu bubur
pedas.
“Tapi kini bubur pedas sudah jarang kita sediakan. Karena biaya
pembuatannya sangat mahal. Jadinya kita lebih membuatnya menjadi
bubur sop,” kata Sutomo. Padahal, dijelaskannya, biaya pembuatan
bubur sop saja menghabiskan Rp 90 juta dalam sebulan.
Santapan ini bisa ditemukan saat bulan ramadhan saja. Setiap hari,
pihak masjid menyediakan sekitar 500 porsi lebih untuk menjadi
menu berbuka masyarakat yang datang ke Masjid Raya.
“Ini nanti sekitar Pukul 15.00 – 16.00 WIB warga yang mau
membawanya pulang, cukup membawa rantangnya saja. Nah, nanti
kalau untuk yang menjelang magrib, kita sediakan di piring,”
katanya.
Menurut seorang pembuat bubur sop, mereka menghabiskan beras
perharinya sebanyak 20 kg, sebanyak 10 kg daging sapi, kentang
dan wortel 10 kg, dan bahan pendukung lainnya seperti garam,
gula, teh, dan buah pala.
Bubur tersebut dimasak langsung di sisi kiri masjid, menggunakan
2 tungku bundar berwarna hitam dengan menggunakan kayu bakar.
Tiap hari, bubur sop ini selalu habis, bahkan bisa sampai
kekurangan. “Beberapa hari ini buburnya laris, kita bahkan sampai
tidak dapat. Tapi kami senang, bubur sop ini banyak diminati,”
kata Sutomo pada pekan pertama bulan puasa lalu.
Berikut beberapa gambar mengenai buka puasa di Masjid Raya
Medan :
Allahuma laka shumtu wabika amantu wa ‘ala rizqika aftartu
birahmatika ya arhama rohimin.
__________________________________________
Penutup (Kesimpulan dan Pendapat Penulis)
__________________________________________
* Kesimpulan
1. Masjid Raya Medan di sebut juga Masid Al- Maksum dan Masjid Deli
2. Masjid ini dibagun pada masa kesultanan Deli tepatnya pada masa Sultan
Mahmud Al Rasyid Perkasa Alam Syah IX
3. Sebagian bahan- bahan arsitektur masjid ini didatangkan dari negara lain,
seperti Italia, Jerman, Cina dan Perancis.
4. Masa pengerjaannya 1906 - 1909 dengan arsitektur bergaya Maroko,
Erofa dan Melayu
5. Tradisi masjid ini sampai sekarang yang masih tetap dilestarikan oleh
ummat khusunya di Medan adalah berbuka puasa dengan bubur pedas
atau bubur sop.
* Pendapat Penulis
1. Paten nian Sultan Mahmud Al-Rasyid Perkasa Alam Syah ini, bisa pula
beliau membuat membangun masjid ini justru lebih hebat dan lebih besar
dari bagunan Kesultanannya (Kesultanan Deli). Tergambar benar bagaimana
beliau ini sangat menyukai masyarakatnya.
2. Melihat pesatnya pembangunan Kota Medan dari satu sisi cukup membanggakan.
Tapi melihat pembangunan Kesultanan deli justru sedikit memprihatinkan,
bagunannya seperti kurang terawat, padahal tanpa Kesultanan ini tentu tak
ada pula itu Kota Medan.
3. Penulis pikir, tak keberatannya masyarakat Medan atau Sumatra Utara
sebagian dari pendapatan mereka yang pengelolaanya telah diambil alih
oleh Dinas Pendapat Daerah Medan untuk diberikan sebagian demi tetap
terjaganya, terlestarinya, terhargainya Kesultanan Deli ini. Bagi kenapa pak
Kepala Dinas sebagian dari PAD itu. Berani membaginya...?
Demikian yang dapat disampaikan lewat blog galeri msad ini. Dan semoga
info dapat memberi manfaat dan...
Wassalamu'alaikumwarahmatullahiwabarakatuh.
____________________________________________________
Cat sumber lainnya :
http://wisnusaputra29.blogspot.com/2012/06/wisata-sejarah-kota-medan-istana-maimun.html
_______________________________________________________
Postingan Lanjutan 30 Agustus 2013
Judul : Pastikan Anda telah mengkonsumsi yang Halal
Hal : Oleh-oleh pulang kampung 4
_______________________________________________________
Assalamu'alaikumwarahmatullahiwabarakatuh
_____________
Pendahuluan
_____________
Para kawan...!
Pada tanggal 14 Agustus 2013 saya berkunjung ke Istana Maimun
dan sholat zuhur di Masjid Raya Medan (Al-Mashun). Karena itu
postingan ini bukan lagi menceritakan sejarah, tapi justru
menguji kebenaran sejarah berdasarkan postingan di atas
(Postingan Tgl. dan mencari dasar atau dalil dalam agama
islam yang menyurus ummat islam mengkonsumsi yang halal.
________________________________________________________
Hasil Pengamatan pada apa yang tertulis dan terlihat
________________________________________________________
Dari hasil penyesuaian berikut yang dapat penulis sampaikan :
1. Benar adanya bahwa pada awalnya Istana Maimun menyatu dengan
Masjid Raya Medan. Dari hasil pengamatan jarak antara Istana
tersebut kurang lebih hanya 200 meter dengan di pisahkan jalan
raya di depan istana Maimun .
2. Benar adanya bahwa Masjid Raya Medan ini lebih megah dari pada
Istana Maimun meskipun yang membangunnya adalah Sultan Deli yaitu
Sultan Ma’mum Al Rasyid Perkasa Alam
4. Benar adanya bahwa masjid ini Gaya arsitekturnya khas Timur Tengah,
India dan Spanyol. Masjid ini berbentuk segi delapan dan memiliki
sayap di bagian selatan, timur, utara dan barat".
5. Benar adanya bangunan masjidnya terbagi menjadi ruang utama,
tempat wudhu, gerbang masuk dan menara. Ruang utama, tempat sholat,
berbentuk segi delapan tidak sama sisi. Pada sisi berhadapan lebih
kecil, terdapat ‘beranda’ serambi kecil yang menempel dan menjorok
keluar.
____________________________________________
Pastikan Anda telah mengkonsumsi yang Halal
____________________________________________
Pada saat penulis berkunjung ke masjid ini ada satu hal yang menyolok
dan mungkin satu-satunya Masjid di Nusantara ini yang membuat Merk
dalam lingkungan masjid bertuliskan : "Pastikan Anda telah mengkonsumsi
yang Halal".
Pada intinya penulis setuju dengan isi pesan tersebut sebab demikianlah
memang ummat Islam itu. Harus mengkonsumsi yang halal sesuai dengan
frman Allah Swt :
"Hai sekalian manusia, makanlah yang halal lagi baik dari apa-apa yang
terdapat di bumi, dan janganlah kamu mengikuti langkah-langkah
syetan......(QS Al Baqarah (29 . 168)
Tentang makanan yang dimaksud dikatakan pada situs
http://pagihp.tripod.com/mknislam.htm
Cukup banyak ayat-ayat Allah SWT yang memperingatkan kita akan
halnya makanan, apakah manusia tidak cukup memperhatikannya ?
Padahal otot, tulang otak, paru-paru, hati, alat-alat buangan
semua di bangun dari apa yang kita makan. Bila kita menghindari
makanan-makanan yang tidak baik (junk food), maka akan dihasilkan
tulang yang kokoh, otot yang kuat, pipa/saluran-saluran yang bersih,
otak yang cemerlang, paru-paru dan hati yang bersih, jantung yang
dapat memompa darah dengan baik. Dan diperintah manusia untuk
selalu memperhatikan makanannya, seperti firman Allah "Maka
seharusnya manusia memperhatikan makanannya" (QS Abasa (80) : 24).
Mengapa ? Karena manusia yang ingin sehat jasmani rohaninya,
salah satu faktor yang menunjang adalah dari makanan dan pola
makanan yang diterapkan.
__________
Penutup
__________
Demikian uraian informasi oleh-olehnya. Semoga dapat menambah
pengetahuan kita, sekaligus menambah keimanan kita khsusnya
dalam pentaatan makanan yang halal.
Wassalamu'alaikumwarahmatullahiwabarakatuh...!
Ada sajadah panjang terbentang....
Ada sajadah panjang terbentang....
_____________________________________________________
Cat :
*Postingan ini bagian dari link Wisata Religi penulis blog :
*Postingan ini bagian dari link Wisata Religi penulis blog :
Informasi yang sangat bermanfaat dan bagus buat nambah ilmu pengetahuan. terimakasih banyak gan
ReplyDeleteSama-sama Ripki. Trims juga atas comentarnya.
Delete