Sunday, June 30, 2013

Macam Tradisi Masyarakat Muslim Pulau Sumatra dalam menyambut datangnya bulan suci Ramdhan dalam tin jauan Islam

#SELAMAT MALAM PARA KAUM MUSLIMIN MUSLIMAT#
(Menyimak macam tradisi Ummat Islam dalam menyambut Bulan Suci
Ramadhan dalam tinjauan Islam)
_______________________________________________________



Assalamu'alaikumwarahmatullahiwabarakatuh....!

Ada dua pendapat umum yang penulis tangkap mengenai macam pendapat
para kawan se-FB di tahun 1433 H (2012) yaitu satu mengatakan tradisi
menyambut bulann Ramdhan dengan marpangir atau mandi balimau seharusnya
ditiadakan karena bukan perintah nabi Muahmaad SAW dan satu lagi mengatakan
terus dilestarikan karena tidak bertentangan dengan ajaran agama Islam.

Bagimana sebenarnya Islam memandang "Tradisi masyarakat khususnya pulau
Sumatra dalam menyambut datangnya bulan suci Ramadhan...?" adalah hal
pokok yang harus penulis jawab lewat tulisan ini.

Dan agar lebih jelas akar permasalahannya, penulis terlebih dahulu mengurai
macam tradisi tersebut. Selamat menyimak...!
______________

1. ACEH
______________

* Meugang









Meugang adalah tradisi masyarakat Aceh. Mereka menyembelih seekor
kerbau dan dagingnya dimakan menjelang masa puasa. Warga Aceh bisa
membeli kerbau ini secara patungan. Biasanya orang yang secara
ekonomi lebih mampu turut memberikan sumbangan agar fakir miskin
pun bisa menikmati kebersamaan ini. Di Aceh, Meugang tidak hanya
diadakan sebelum hari raya Idul Fitri, tetapi juga saat hari
raya Idul Adha.
 Sumber :

* Balimau

Pengertian adalah suatu tradisi masyarakat Singkil-Aceh dalam menyambut
datangnya bulan suci Ramadhan.

Caranya :
Dengan meramu puluhan jenis bunga, termasuk daun serai pulau pinang
serta dicampur daun pandan, disiapkan secara khusus. Ramuan itu kemudian
ditumbuk, disaring untuk mendapatkan air bersih antara satu sampai dua
liter yang akan digunakan untuk keramas.

Mandi balimau dilakukan beramai-ramai dengan berdiri secara berderet di
sungai Elsoraya, ibukota Aceh Singkil. Pada kesempatan itu, kesemarakkan
tercipta dengan terdengarnya derai tawa para perempuan yang sedang
menyiapkan diri memasuki bulan suci ramadhan.

Sumber :
http://www.antaranews.com/print/1220262036/mandi-balimau-tradisi-
perempuan-singkil-sambut-ramadhan

* Lepat Gayo


















Selain tradisi Meugang, yaitu menyediakan menu masakan daging menjelang
Ramadan, warga beberapa daerah di Aceh juga memiliki tradisi menyiapkan
penganan berbuka bernama lepat gayo. Biasanya, menu ini menjadi penutup
sahur serta berbuka puasa. Tradisi ini dilakukan oleh warga di Dataran
Tinggi Gayo, Aceh Tengah.

Lepat gayo, sejenis kue basah, dimana adonannya mirip dengan lepat bugis.
Hanya saja, terdapat perbedaan yakni lepat gayo tidak berbentuk piramida
seperti lepat bugis, tapi berbentuk bulat panjang yang digulung dalam
daun pisang. Makanan ini dibuat dari tepung beras ketan, biasanya berisi
kelapa manis serta prosesnya dikukus, sekilas bentuknya mirip lemper.

Tulis situs :
http://www.okefood.com/read/2012/07/20/299/666169/enam-tradisi-kuliner-
jelang-puasa-di-pelosok-indonesia

_____________________________________

2. SUMATRA UTARA / MEDAN
_____________________________________

* Marpangir


















Marpangir merupakan sebuah tradisi mandi untuk membersihkan diri
sebelum memasuki bulan Ramadhan di wilayah Sumatera Utara.
Marpangir atau mandi pangir yaitu mandi yang menggunakan berbagai
bahan tradisional seperti daun pandan, daun jeruk, serei dan
beberapa daun lainnya. Cara menggunakannya,kumpulan dedaunan
tadi (pangir) direndam atau direbus dengan air panas hingga
beberapa saat, setelah warna air panas berubah kekuningan dan
suhu panasnya mulai turun menjadi hangat, maka siap dibasuhkan
untuk mandi.

Tradisi marpangir juga dapat dimaknai sebagai tradisi untuk
membangkitkan energi ataupun semangat spiritual kaum muslim.
Sehingga, dengan energi spiritual tersebut diyakini akan mampu
menjadi kekuatan untuk dapat menjalankan ibadah puasa dari hari
pertama hingga akhir. Bahkan, sebutnya, marpangir juga dapat
membangkitkan semangat kebersamaan dan semangat kekeluargaan
antara sesama masyarakat atau umat muslim di Sumut.

http://www.kepadamu.com/2012/07/bagian-ii-5-tradisi-menyambut-
ramadhan-di-indonesia/#sthash.4JnaMrek.dpuf

* Pesta Tapai (Batu Bara)























Adalah suatau tradisi masyarakat Batu Bara dan sekitarnya dalam menyambut
datangnya bulan suci Ramadhan.

Caranya :
Biasanya para penjual dari kalangan masyarakan Batubara membuat lemang dan
tapai khas melayu dan juga kue-kue yang bernuansa ke melayu-melayuan,
sedangkan penjual dari luar Batubara menjual barang-barang selain lemang
dan tapai, seperti mainan anak-anak, pakaian dll.

Menurut kronologinya, pesta tapai ini sudah ada sejak tahun 1890-an di
zaman datuk Sumowangsa dan tradisi yang sangat baik ini terus menerus
dilaksanakan hingga sampai saat ini.

Secara tidak langsung, keberadaan pesta tapai di Batubara yang berdurasi
selama 17 harian ini telah banyak membantu perekonomian Batubara meskipun
hanya sebentar, namun ini sangat berarti bagi para pemeras keringat demi
membeli baju hari raya untuk keluarganya nantinya.

Sumber :
http://alhudawi.blogspot.com/2013/06/kab-batubara-menyambut-
ramadhan-dengan.html

_________________________

SUMATRA BARAT / PADANG
_________________________

Ilustrasi Balimau di Wilayah Padang (Sungai  Gunung Naga)
















Pengertian :
Adalah suatu radisi masyarakat Padang atau minang Kabau dalam
menyambut datangnya bulan suci Ramadhan

Caranya :

Menyiapkan air bersih yang telah di campur dengan balimau (jeruk)
untuk dibawa ketempat-tempat pemandian umum secara terbuka.

Terminologi Minangkabau menyebutkan bahwa balimau tak ubahnya seperti
mandi wajib menggunakan air bersih yang telah dicampur dengan limau
(jeruk) serta beragam bunga. Tradisi ini telah berjalan secara turun
temurun.

"Tradisi ini membawa ribuan pemeluk Islam di berbagai kota di Sumbar
menggelar mandi bersama di tempat terbuka.

Sungai, lubuk, menjadi tempat untuk memulai tradisi balimau menyambut
bulan puasa.

Di Padang, warga menyerbu lokasi pemandian Lubuk Paraku, Lubuk Minturun,
dan Batang Kuranji. Lokasi tersebut dijejali ratusan hingga ribuan
orang yang hanya ingin mandi-mandi bersama keluarga untuk menyambut
bulan puasa.

Tradisi balimau dimulai sore hari hingga menjelang Magrib. Sekitar
pukul 17.00 WIB, warga akan berdatangan ke tempat-tempat pemandian
umum menggunakan berbagai alat transportasi.

Terminologi Minangkabau menyebutkan bahwa balimau tak ubahnya
seperti mandi wajib menggunakan air bersih yang telah dicampur
dengan limau (jeruk) serta beragam bunga. Tradisi ini telah
berjalan secara turun temurun".

Tulis situs
http://www.eocommunity.com/showthread.php?tid=20434

________________________________

PAKAN BARU
________________________________




















Pengertian :
Adalah suatu tradisi Masyarakat Pekan Baru dalam menyambut bulan
suci Ramdhan.

Caranya :
Seperti tahun-tahun sebelumnya, sehari menjelang Ramadan, masyarakat
Pekanbaru melaksanakan tradisi Petang Megang. Acara tradisi ini
adalah mandi sore hari menjelang bulan puasa.

Sebagaimana tahun sebelumnya, acara ini dipusatkan di tepi sungai
Siak yang membelah jantung Kota Pekanbaru. Pelaksanaannya secara
simbolis dilaksanakan oleh Pemerintah Kota Pekanbaru dan Pemerintah
Provinsi Riau bersama masyarakatnya.

Petang Megang, dulunya sebuah tradisi masyarakat mandi dengan
wewangian. Misalnya dengan bunga yang nanti airnya diletakan dalam
wadah secukupnya yang diberi jeruk nipis. Air ini pun diguyurkan ke
badan dalam menyambut bulan yang penuh suci dan berkah itu.

Hanya saja, tradisi yang penuh suka cita itu, tidak lagi dilaksanakan
sebagaimana dulunya masyarakat mandi bersama. Pemerintah setempat
hanya secara simbolis memandikan beberapa bocah dengan air wewangian
untuk mengenang tardisi nenek moyang masyarakat Melayu Riau.

Tulis situs
http://bappeda.pekanbaru.go.id/berita/495/petang-megang-tradisi-
mandi-sore-jelang-ramadan-di-pekanbaru/page/1/

______

RIAU
______

* Jalur Pacu



















Hal menarik pun datang dari Kabupaten Kuantan Singingi, Riau, dalam
menyambut bulan Ramadhan. Masyarakat di daerah ini memiliki tradisi
yang mirip dengan lomba dayung. Tradisi Jalur Pacu digelar di sungai-
sungai daerah Riau dengan menggunakan perahu tradisional, masyarakat
menyambut antusias setiap tradisi ini diselenggarakan. Jalur Pacu
hanya digelar satu tahun sekali dan ditutup dengan Balimau Kasai
atau bersuci menjelang matahari terbenam hingga malam.

Sumber :
http://www.kepadamu.com/2012/07/bagian-ii-5-tradisi-menyambut-
ramadhan-di-indonesia/
________

JAMBI
________

* Meriam Bambu / Bedil Buluh
























Berbagai cara dilakukan warga dalam menyambut datangnya bulan suci
Ramadhan, anak-anak di sekitar komplek percandian Muaro Jambi
misalnya, mereka menyambut datangnya bulan suci Ramadhan dengan
menggelar kompetisi perang-perangan dengan mengunakan meriam yang
dibuat dari bambu atau bedil buluh.

Tepat di pinggir sungai Batanghari di kawasan kompleks percandian
Muaro Jambi, puluhan anak berkumpul untuk menyaksikan rekan-rekan
mereka bermain perang-perangan dengan meriam bambu atau bedil
buluh dalam bahasa setempat.

Tradisi yang sudah setiap tahun digelar ini dimaksudkan sebagai
tanda dimulainya perang melawan hawa napsu di bulan Ramadhan.

Sumber :
http://komunitas-jambi.blogspot.com/2011/07/bedil-menyambut-
bulan-suci-ramadhan.html

_______________

BANGKA BLITUNG
_______________

* Mandi Balimau


























Di Bangka Belitung.Bagi masyarakat didaerah ini, ramadhan merupakan
bulan dimana mereka harus bertaubat sekaligus berharap keselamatan
dan mendapat berkah.dengan cara mandi dengan air jeruk nipis atau
penduduk asli menyebutnya mandi belimau upacara ini dilaksanakan
dipinggir sungai limbung perbatasan desa jada bahrin dan desa
kimak kecamatan merawang.mereka meyakini dengan mengadakan upacar
ini ibadah puasa akan berjalan lancer derta akan tercapai
keinginannya. Biasanya Mandi belimau dilaksanakan 1 minggu
sebelum bulan ramadhan

Sumber :
http://jakafilyamma.blogspot.com/2012/07/tradisi-menyambut-bulan-
ramadhan-di_23.html

* Ruwah Kubur

Di sebagian daerah di Bangka Belitung, Nisfu Sya’ban diperingati
dengan berbagai bentuk dan nama. Di Kecamatan Mendobarat, perayaan
Nisfu Sya’ban yang lebih populer disebut ruwah kubur ini, selain
dirayakan dengan tahlilan dan nganggung di masjid atau surau, juga
digelar kegiatan ziarah ke makam keluarga. Ziarah yang biasanya
juga diselingi dengan kegiatan bersih-bersih areal pekuburan ini,
dilakukan pada siang hari setelah dilaksanakan tahlilan dan
nganggung yang digelar pada malam sebelumnya.

Sumber :
http://zipoer7.wordpress.com/2011/07/04/tradisi-nisfu-syaban-
di-bangka-belitung/

_______________

PALEMBANG
_______________

* Ziarah Kubro


















Menyambut datangnya bulan suci ramadhan, ribuan umat Islam di
kota Palembang, Sumatera Selatan beberapa waktu lalu menggelar
tradisi ziarah kubro yang dimulai dengan arak-arakan mulai dari
kawasan Sungai Baya Koto hingga ke Makam Kesultanan Palembang
Darussalam.

Tradisi yang diikuti ribuan umat Islam di Kota Palembang
Sumatera Selatan ini diawali dengan arak-arakan dari kawasan
Sungai Baya Koto ke Makam Kesultanan Darussalam.

Sumber :
http://www.indosiar.com/fokus/warga-palembang-gelar-ziarah-
kubro_64360.html
http://kabarnet.wordpress.com/2012/07/14/ribuan-umat-islam-
hadiri-ziarah-kubra-di-palembang/

* Tradisi potong sapi






















Dalam menyambut bulan puasa, warga Bengkulu mulai memotong sapi
dan kerbau, dimana dagingnya nanti dijual sesama warga. Tradisi
yang sudah dilakukan sejak dahulu ini bertujuan menekan harga
daging di pasaran. Bahkan, menurut warga Bengkulu, tradisi ini
dipercaya sebagai wujud syukur persembahan serta wujud terima
kasih kepada Sang Khalik.

http://www.okefood.com/read/2012/07/20/299/666169/enam-tradisi-
kuliner-jelang-puasa-di-pelosok-indonesia
http://www.seruu.com/bungseruu/ramadhan-seruu/artikel/sambut-hari-
ramadhan-bengkulu-gelar-tradisi-potong-sapi
_________________

LAMPUNG
_________________

* Belanggiran




















Pengertian :

"Belangiran" merupakan tradisi turun temurun warga Lampung, untuk
menyucikan diri menjelang Ramadhan yang perlu dilestarikan agar
tidak punah.

Gambaran Pelaksanaan:

Gubernur Lampung, Sjachroedin ZP, saat acara "Belangiran" di Kali
Akar, Kelurahan Sumur Putri, Kecamatan Telukbetung Utara,
Bandarlampung, Selasa siang, mengatakan bahwa tradisi ini merupakan
salah satu cara yang dilakukan umat Islam di daerah itu dalam
menyambut bulan suci Ramadhan.
 
Berbagai ritual dan tradisi menyambut Ramadhan itu pun dilakukan,
salah satunya "Belangiran" atau mandi untuk menyucikan diri,"
kata Sjachroedin.

Sumber :
http://ulunlampung.blogspot.com/2012/07/belangiran-tradisi-mandi-
sucikan-diri.html

___________________________________________________________

Pendapat Penulis Pada Tradisi Masyarakat Pulau Sumatra dalam Menyambut
datangnnya Bulan Suci Ramadhan
____________________________________________________________

Mengacu pada macam cara dan pelaksanaan "Tradisi ma syarakat pulau
Sumatra dalam menyambut Bulan Cuci Ramadhan" maka penulis berpendapat :

* Hal Klasifikasi Tradisi

1. Dilihat dari cara pelaksanaannya, maka ada tiga jenis tradisi dalam
   hubungannya dengan manusia.
   a. Tradisi pembersihan jasmani
   b. Tradisi pembersihan rohani
   c. Tradisi persiapan kesehatan fisik

2. Tradisi pembersihan jasmani lebih dekat pada pelaksanaan dalam
istilah "Marpangir, Mandi Balimau dan  Belanggiran".

3. Tradisi pembersihan rohani lebih dekat pada istilah-istilah
ziarah kubur atau ziarah kubro

4. Sedangkan tradisi sperti pesta makan tapai bersama, bikin lepat
gayo bersama, potong kerbau atau sapi lebih dekat pada tradisi
penjagaan kesehatan fisik.

* Hal Peninggalan Hinduisme

Pendapat yang secara umum menyebar di masyarakat yang mengatakan
tradisi menyambut bulan ramadhan adalah tradisi peninggalan
hinduisme lebih dekat pada tradisi marpangir, mandi balimau serta
belanggiran (Tidak semua jenis tradisi-pen).

Begitupun, marpangir, mandi balimau atau blanggiran ini masih sangat
sulit  bagi penulis untuk menentukan sesuatu yang salah tidak baik
atau tidak sesuai dengan ajaran agama islam. Hal ini mengingat adanya
hubungan yang erat antara perbuatan dengan niat dalam agama islam.

Lebih jelasnya mari sama kita simak subjudul dibawah ini yang  memang
datang dari para ahlinya (Penulis bukanlah ahlinya).
_____________________________________________________

Tinjauan Islam Pada Tradisi Masyarakat dalam Menyambut Bulan
Suci Ramadhan
_____________________________________________________

Pada situs Waspada News dengan sub judul "Mimbar Jum'at" dengan alamat
http://waspadamedan.com/index.php?option=com_content&view=article&id=
13224:tradisi-punggahan-menurut-islam&catid=61:mimbar-jumat&Itemid=230
dikatakan :

Bagi masyarakat pedesaan, tidak ketinggalan pula masyarakat yang
tinggal di kota-kota besar, 1 atau 2 hari menjelang Ramadhan,
mereka disibukkan dengan menyembelih kerbau atau lembu untuk
menjamu sanak keluarga sekaligus persiapan makanan dan lauk
pauk untuk makan sahur hari pertama bulan Ramadhan.

Puncak dari kegiatan punggahan tersebut barangkali ditutup
dengan mandi pangir atau mandi “Balimau” menurut orang Padang.
Semua kegiatan di atas tidak lebih dari ungkapan rasa kegembiraan
menyambut datangnya bulan suci Ramadhan, terlepas dari mana
referensi atau dalil-dalil syara’ yang menganjurkannya.

Sebagian dari muballigh kita selalu mengutip hadis yang berbunyi :
Siapa-siapa yang bergembira dengan datangnya bulan Ramadhan,
Allah mengharamkan jasadnya dari api neraka.

Sulit menemukan hadis ini di dalam kitab-kitab induk, apalagi
menjadikannya sebagai dalil untuk dijadikan landasan kegiatan
tradisi punggahan yang secara kebetulan memang ada hubungan
dengan makna hadis yang telah dipopulerkan oleh para muballigh.
Akan tetapi perlu dicermati, bahwa kegiatan punggahan yang telah
menjadi tradisi umat Islam di negeri ini, substansinya adalah
ungkapan kegembiraan dan kesyukuran atas datangnya bulan yang
penuh rahmat dan berkah, yang sama sekali tidak pernah dilarang
untuk bergembira menyambutnya selama kegembiraan tersebut
tidak bercampur aduk dengan kemaksiatan, khurafat, dan berlebihan
dalam memaknai kegembiraan dan kesyukuran tersebut.

Kegembiraan atas datangnya rahmat Allah SWT, karunia-Nya,
dianjurkan oleh Allah SWT, sebagaimana firman-Nya : Katakanlah:
“Dengan karunia Allah dan rahmat-Nya, hendaklah dengan itu
mereka bergembira. Karunia Allah dan rahmat-Nya itu adalah
lebih baik dari apa yang mereka kumpulkan". (QS. Yunus : 58)

Dapat dipastikan, bahwa datangnya bulan Ramadhan merupakan rahmat
bagi orang-orang beriman, dan dengan tradisi punggahan itu sendiri
dapat menumbuhkan rahmat dan kasih sayang dari dalam diri sesama
muslim.

Dengan demikian bertemulah dua rahmat yang ada di dalam diri
pribadi seorang muslim dan rahmat yang diturunkan oleh Allah
pada bulan Ramadhan, maka semakin kokohlah kasih sayang antara
sesama muslim. Rasul SAW bersabda : Orang-orang yang mempunyai
rasa kasih sayang, akan dirahmati, disayangi oleh Allah Tuhan
yang Maha Rahman. Sebab itulah sayangilah apa yang ada di muka
bumi supaya kamu disayangi pula oleh yang di langit. (al-hadis)

Selanjutnya, ziarah makam menjelang datangnya bulan Ramadhan
adalah bagian dari kegiatan punggahan, yang mana landasan
hukumnya sulit ditemukan baik di dalam Alquran maupun di
dalam hadis. Dengan kata lain, bahwa ziarah ke kuburan pada
waktu kapan saja, ada anjuran dari Alquran seperti dalam surat
at-Takasur ayat 1-2 : Bermegah-megahan telah melalaikan kamu,
sampai kamu masuk ke dalam kubur. Dan demikian juga hdis Nabi SAW :
Dahulu aku larang kamu berziarah kubur, adapun sekarang ziarahilah.

Akan tetapi, ziarah kubur sebagai rangkaian kegiatan punggahan
atau menentukan ziarah hanya menjelang datang bulan Ramadhan saja,
tidak ditemukan di dalam Alquran dan hadis Nabi SAW. Oleh sebab itu,
berziarah kubur pada prinsipnya sangat dianjurkan dimana dan kapan
saja, yang tidak dibolehkan adalah berziarah kubur menjelang
Ramadhan mengatasnamakan perintah Nabi Muhammad SAW.
Setiap penyambutan bulan Ramadhan siapa-siapa yang mengatakan,
menganjurkan, berziarah ke kuburan menjelang Ramadhan
mengatasnamakan perintah nabi atau ada hadis khusus menerangkan
demikian berarti dia telah berbohong, itulah yang dikatakan
mengada-ngada dan telah berbuat bid’ah.

Akan tetapi, berziarah menjelang Ramadhan disebabkan karena
tidak ada kesempatan melainkan beberapa hari sebelum datang
Ramadhan lalu menjadi tradisi, tentu dibolehkan di dalam
syariat Islam.

Terakhir mandi pangir atau balimau menurut istilah orang-orang
dari Sumatera Barat, kegiatan ini dilakukan oleh sebagian umat
Islam, terutama yang tinggal di pedesaan. Mandi pangir adalah
bertujuan untuk membersihkan diri, sudah dimaklumi di dalam
Islam ada mandi wajib, seperti mandi janabah, mandi haid,
mandi wiladah (karena melahirkan) mandi jenazah.

Selain dari mandi wajib ada mandi sunat, seperti mandi ihram,
mandi hari raya Idul Fitri dan Idul Adha, mandi sunat hari
Jum’at, mandi karena masuk Islam, mandi karena sadar dari gila.
Adapun mandi pangir adalah mandi dengan air yang diramu dengan
unsur-unsur wewangian, seperti akar rusa, bunga pinang, daun
pandan, buah dan daun jeruk purut, daun nilam, dengan tujuan
mensucikan diri dari najis dan kotoran karena bersiap-siap
untuk melaksanakan tarawih pada malam pertama bulan Ramadhan.

Tidak lebih dari itu, jika ada niat selain dari membersihkan
badan dan wangi-wangian, seperti niat penghormatan pada leluhur,
meminta rezeki atau mandi ritual atau karena air pangir
mengandung kekuatan, maka mandi pangir tidak boleh dilakukan.
Dengan kata lain, mandi dengan tujuan untuk membersihkan diri
adalah ibadah, jika tidak berniat sama sekali adalah sebagai
adat. Dengan demikian mandi pangir dapat dikelompokkan sebagai
mandi tradisi sebagian dari kegiatan punggahan menyambut Ramadhan.

Pendek kata, kegiatan punggahan, ziarah kubur, mandi pangir dapat
dibenarkan dalam Islam, selama tidak salah niat. Karena Nabi
Muhammad Saw bersabda : Orang-orang beriman akan dibangkitkan
di akhirat sesuai dengan niat mereka. (al-hadis).
Wallahua’lam bil ash-shawab *****























_________

Penutup
_________

Demikian yang dapat disajika lewat blog galeri msad ini, semoga info memberi
manfaat dalam pengetahuan macam tradisi menyambul bulan Ramadhan di
Pula Sumatra dan dapat pula nian kita menentukan sikap yang seharusnya
(Berpulang pada pribadi pembacanya-pen )dilaksanakan sehubungan dengan
tradisi tersebut. Botima.







Wassalamu'alaikumwarahmatullahiwabarakatuh...!
_________________________________________________________
Cat :

No comments:

Post a Comment