#SELAMAT MALAM PARA KAUM MUSLIMIN MUSLIMAT#
(Menyimak info sekitar Qashidah Burdah dalam hubungannya dengan
sejarah timbulnya, penciptanya dan video qasidah-nya)
___________________________________________________________
___________________
Kata Pegantar
___________________
Assalmu'alaikumwarahmatullahiwabarakatuh...!
Secara umum kita mungkin yah mungkin, "Bahwa kita hanya tahu tentang
yang namanya Qasidah. Adapun mengenai pembagiannya atau perbedaannya
antara satu asidah dengan qasidah lainnya bisa jadi kita mengalami
kesulitan.
Nah...!
Untuk kita, anda atau penulis sendiri, berikut info sekitar yang namanya
Qasidah Burdah dalam hubungannya dengan Sejarahnya, alasan terciptanya
dan video gambaran qasidahnya.
Selamat menyimak...!
________________________________________
Sekilas Seluk Beluk Qashidah Burdah
________________________________________
Burdah (Bahasa Arab: ) merupakan suatu Qasidah (lagu-lagu)
yang berisi syair tentang pujian/ sholawat kepada Nabi Muhammad s.a.w..
Syair tsb diciptakan oleh Imam al Busiri dari Mesir. Di Indonesia, Burdah
tsb sering dilantunkan terutama oleh kaum Nahdliyin.
Qashidah Burdah memang selalu didengungkan oleh para pecintanya setiap saat.
Di berbagai negeri Islam, baik di negerinegeri Arab maupun ‘ajam (non-Arab),
ada majelis-majelis khusus untuk pembacaan Burdah dan penjelasan bait-baitnya.
Tak henti-hentinya muslimin di seluruh penjuru dunia menjadikannya sebagai
luapan kerinduan pada Nabi.
Burdah bukan sekadar karya. Ia dibaca karena keindahan kata-katanya.
Dr. De Sacy, seorang ahli bahasa Arab di Universitas Sorbonne, Prancis,
memujinya sebagai karya puisi terbaik sepanjang masa.
Di Hadhramaut dan banyak daerah Yaman lainnya diadakan pembacaan qashidah
Burdah setiap subuh hari Jum’at atau ashar hari Selasa. Sedangkan para
ulama Al-Azhar di kota Mesir banyak yang mengkhususkan hari Kamis untuk
pembacaan Burdah dan mengadakan kajian.
Sampai kini masih diadakan pembacaan Burdah di masjid-masjid besar di kota
Mesir, seperti Masjid Imam Al-Husain, Masjid As-Sayyidah Zainab. Di negeri
Syam (Syiria) majelis-majelis qashidah Burdah juga digelar di rumah-rumah
dan di masjid-masjid, dan dihadiri para ulama besar.
Ket :
Masjid Imam Al-Husain
Di Maroko pun biasa diadakan majelis-majelis besar untuk pembacaan qashidah
Burdah dengan lagu-lagu yang merdu dan indah yang setiap pasal dibawakan
dengan lagu khusus.
Burdah tak hanya indah kata-katanya, tapi doadoanya juga memberi manfaat
pada jiwa. Karena itu tak mengherankan jika banyak ulama memberikan
catatan khusus tentang Burdah, baik dalam bentuk syarah (komentar) maupun
hasyiyah (catatan kaki atau catatan pinggir). Sangat banyak karya syarah
atas Burdah yang tak diketahui lagi siapa pengarangnya.
Qashidah Burdah adalah salah satu karya paling populer dalam khazanah
sastra Islam. Isinya sajak sajak pujian kepada Nabi Muhammad SAW, pesan
moral, nilai-nilai spiritual, dan semangat perjuangan. Hingga kini Burdah
masih sering dibacakan di berbagai pesantren salaf dan pada peringatan
Maulid Nabi. Banyak pula yang menghafalnya. Karya itu telah diterjemahkan
ke dalam berbagai bahasa, seperti Persia, Turki, Urdu, Punjabi, Swahili,
Pastum, Indonesia/Melayu, Inggris, Prancis, Jerman, Italia.
______________________________________________________________
Sekilas Qasidah Burdah dalam Hubungannya dengan Pengarangnya
______________________________________________________________
Pengarang qashidah Burdah ialah Al-Bushiri (610-695H/1213-1296 M). Nama
lengkapnya Syarafuddin Abu Abdillah Muhammad bin Zaid Al-Bushiri. Selain
menulis Burdah, Al-Bushiri juga menulis beberapa qashidah lain. Di
antaranya Al-Qashidah Al-Mudhariyah dan Al-Qashidah Al-Hamziyah.
Al-Bushiri adalah keturunan Berber yang lahir di Dallas, Maroko, dan
dibesarkan di Bushir, Mesir. Ia murid sufi besar Imam Asy-Syadzili dan
penerusnya yang bernama Abul Abbas Al-Mursi, tokoh Tarekat Syadziliyah.
Di bidang fiqih, Al-Bushiri menganut Madzhab Syafi‘i, madzhab fiqih
mayoritas di Mesir.
Di masa kecilnya, ia dididik oleh ayahnya sendiri dalam mempelajari
Al-Quran, di samping berbagai ilmu pengetahuan lainnya. Kemudian ia
belajar kepada ulama-ulama di zamannya. Untuk memperdalam ilmu agama dan
kesusastraan Arab, ia pindah ke Kairo. Di sana ia menjadi seorang sastrawan
dan penyair yang andal. Kemahirannya di bidang syair melebihi para penyair
pada zamannya. Karya-karya kaligrafinya juga terkenal indah.
Di dalam qashidah Burdah diuraikan beberapa segi kehidupan Nabi
Muhammad SAW, pujian terhadap dia, cinta kasih, doa-doa, pujian terhadap
Al-Quran, Isra Mi’raj, jihad, tawasul, dan sebagainya. Dengan memaparkan
kehidupan Nabi secara puitis, Al-Bushiri tidak saja telah menanamkan
kecintaan umat Islam kepada nabinya, tetapi juga mengajarkan sastra,
sejarah Islam, dan nilai-nilai moral, kepada kaum muslimin.
Oleh karenanya, tidak mengherankan jika qashidah Burdah senantiasa
dibacakan di pesantren-pesantren salaf.
Al-Burdah, menurut etimologi, banyak mengandung arti, antara lain baju
(jubah) kebesaran khalifah yang menjadi salah satu atribut khalifah.
Dengan atribut burdah ini, seorang khalifah bisa dibedakan dengan
pejabat negara lainnya, temanteman, dan masyarakat pada umumnya.
Burdah juga merupakan nama qashidah yang digubah oleh Ka‘ab bin Zuhair
bin Abi Salma yang dipersembahkan kepada Rasulullah SAW.
Ada sebab-sebab khusus dikarangnya qashidah Burdah. Suatu ketika
Al-Bushiri menderita sakit lumpuh sehingga tidak dapat bangun dari
tempat tidurnya. Lalu dibuatnya syair-syair yang berisi pujian kepada
Nabi, dengan maksud memohon syafa’atnya.
Di dalam tidurnya, ia mimpi berjumpa dengan Nabi Muhammad SAW. Nabi mengusap
wajah Al-Bushiri, kemudian dia melepaskan jubahnya dan mengenakannya ke
tubuh Al-Bushiri. Saat ia bangun dari mimpinya, seketika itu juga ia
sembuh dari lumpuhnya.
Al-Bushiri adalah seorang yang menjalani kehidupan sebagaimana layaknya
para sufi, yang tercermin dalam kezuhudannya, ketekunannya beribadah,
serta ketidaksukaannya pada kemewahan dan kemegahan duniawi.
Di kalangan para sufi, ia termasuk dalam jajaran sufi besar. Sayyid
Mahmud Faidh Al-Manufi menulis di dalam bukunya, Jawharat al-Awliya,
bahwa Al-Bushiri tetap konsisten dalam hidupnya sebagai seorang sufi
sampai akhir hayatnya.
Makamnya yang terletak di Iskandaria, Mesir, sampai sekarang masih
diziarahi orang. Makam itu berdampingan dengan makam gurunya, Abul
Abbas Al-Mursi.
Ket :
Makam Al-Bushiri
________________________________________________________________________
Qasidah Burdah dalah Hubungannya dengan Sanungan
Pada Nabi Muhammad SAW
_________________________________________________________________________
Memuji Nabi Muhammad bukanlah menganggap dia sebagai Tuhan.. Menyanjung
Rasulullah adalah mengakui Muhammad SAW sebagai manusia pilihan. “Kami
tidak mengutus engkau (hai Muhammad) kecuali (sebagai) rahmat bagi alam
semesta (wa ma arsalnaka illa rahmatan lil’alamin).” Itu firman Allah.
Sumber ajaran memuji dan mencintai Nabi tak lain adalah Islam itu sendiri.
Dalam sebuah hadits disebutkan, “Didiklah anak-anakmu dalam tiga tahap.
Mencintai Nabi, keluarganya, dan membaca Al-Quran.”
Untuk mencintai kekasih, apalagi dia itu adalah kekasih Tuhan, Al-Quran
mengajarkan dan menganjurkan kepada umat Islam, sebagaimana tertera dalam
Kitabullah, “Sungguh Allah dan para malaikat bershalawat atas Nabi. Hai
orang beriman, bershalawatlah atasnya dan berilah salam kepadanya dengan
sehormat-hormatnya salam.” (QS 33: 56).
Shalawat, jika datangnya dari Allah kepada nabi-Nya, bermakna rahmat dan
keridhaan. Jika dari para malaikat, berarti permohonan ampun. Dan bila
dari umatnya, bermakna sanjungan dan pengharapan, agar rahmat dan
keridhaan Tuhan dikekalkan.
Dalam surah yang lain Allah memuji hamba-Nya yang satu ini dengan, “Sungguh
engkau (hai Nabi) benar-benar dalam budi dan perangai yang tinggi.” Allah
tak pernah memanggil namanya langsung, seperti “hai Muhammad”, melainkan
“hai Nabi”, “hai Rasul”, “hai pria yang berselimut”.
Di samping itu bukankah Baginda sendiri yang menganjurkan kita untuk
menghaturkan sanjungan (madah) terhadap diri dia? Seorang nabi yang
telah digambarkan oleh Al-Quran sebagai “pencurah rahmat bagi seluruh
alam semesta”. Seperti diharapka dia dalam banyak hadits agar kaumnya
banyak menyebut namanya.
“Sebutlah selalu namaku, sungguh shalawatmu itu sampai kepadaku,” sabdanya.
Bahkan dianjurkan agar umat Islam banyak-banyak menyebut namanya di malam
Jum’at. Seperti dalam riwayat lain, sungguh menyebut nama Muhammad SAW
akan dijawab (dengan pahala) berlipat-lipat…..subhanallah….
_______________
Penutup
_______________
Demikian infonya ara kaum muslimin muslimat sekalian. Kiranya dapat
memperluas wawasan ke_islaman kita pun kiranya dapat lebih memberi
pahaman pada kita tentang Qasidah apa yang dilantunkan seseorang
jika kita mendengarkannya.
Dan sebagai penutup, "Qasidah Burdah" untuk anda....dan...
Wassalamu'alaikumwarahmatullahiwabarakatuh....!
___________________________________________________________________________
Cat :
(Menyimak info sekitar Qashidah Burdah dalam hubungannya dengan
sejarah timbulnya, penciptanya dan video qasidah-nya)
___________________________________________________________
___________________
Kata Pegantar
___________________
Assalmu'alaikumwarahmatullahiwabarakatuh...!
Secara umum kita mungkin yah mungkin, "Bahwa kita hanya tahu tentang
yang namanya Qasidah. Adapun mengenai pembagiannya atau perbedaannya
antara satu asidah dengan qasidah lainnya bisa jadi kita mengalami
kesulitan.
Nah...!
Untuk kita, anda atau penulis sendiri, berikut info sekitar yang namanya
Qasidah Burdah dalam hubungannya dengan Sejarahnya, alasan terciptanya
dan video gambaran qasidahnya.
Selamat menyimak...!
________________________________________
Sekilas Seluk Beluk Qashidah Burdah
________________________________________
Burdah (Bahasa Arab: ) merupakan suatu Qasidah (lagu-lagu)
yang berisi syair tentang pujian/ sholawat kepada Nabi Muhammad s.a.w..
Syair tsb diciptakan oleh Imam al Busiri dari Mesir. Di Indonesia, Burdah
tsb sering dilantunkan terutama oleh kaum Nahdliyin.
Qashidah Burdah memang selalu didengungkan oleh para pecintanya setiap saat.
Di berbagai negeri Islam, baik di negerinegeri Arab maupun ‘ajam (non-Arab),
ada majelis-majelis khusus untuk pembacaan Burdah dan penjelasan bait-baitnya.
Tak henti-hentinya muslimin di seluruh penjuru dunia menjadikannya sebagai
luapan kerinduan pada Nabi.
Burdah bukan sekadar karya. Ia dibaca karena keindahan kata-katanya.
Dr. De Sacy, seorang ahli bahasa Arab di Universitas Sorbonne, Prancis,
memujinya sebagai karya puisi terbaik sepanjang masa.
Di Hadhramaut dan banyak daerah Yaman lainnya diadakan pembacaan qashidah
Burdah setiap subuh hari Jum’at atau ashar hari Selasa. Sedangkan para
ulama Al-Azhar di kota Mesir banyak yang mengkhususkan hari Kamis untuk
pembacaan Burdah dan mengadakan kajian.
Sampai kini masih diadakan pembacaan Burdah di masjid-masjid besar di kota
Mesir, seperti Masjid Imam Al-Husain, Masjid As-Sayyidah Zainab. Di negeri
Syam (Syiria) majelis-majelis qashidah Burdah juga digelar di rumah-rumah
dan di masjid-masjid, dan dihadiri para ulama besar.
Ket :
Masjid Imam Al-Husain
Di Maroko pun biasa diadakan majelis-majelis besar untuk pembacaan qashidah
Burdah dengan lagu-lagu yang merdu dan indah yang setiap pasal dibawakan
dengan lagu khusus.
Burdah tak hanya indah kata-katanya, tapi doadoanya juga memberi manfaat
pada jiwa. Karena itu tak mengherankan jika banyak ulama memberikan
catatan khusus tentang Burdah, baik dalam bentuk syarah (komentar) maupun
hasyiyah (catatan kaki atau catatan pinggir). Sangat banyak karya syarah
atas Burdah yang tak diketahui lagi siapa pengarangnya.
Qashidah Burdah adalah salah satu karya paling populer dalam khazanah
sastra Islam. Isinya sajak sajak pujian kepada Nabi Muhammad SAW, pesan
moral, nilai-nilai spiritual, dan semangat perjuangan. Hingga kini Burdah
masih sering dibacakan di berbagai pesantren salaf dan pada peringatan
Maulid Nabi. Banyak pula yang menghafalnya. Karya itu telah diterjemahkan
ke dalam berbagai bahasa, seperti Persia, Turki, Urdu, Punjabi, Swahili,
Pastum, Indonesia/Melayu, Inggris, Prancis, Jerman, Italia.
______________________________________________________________
Sekilas Qasidah Burdah dalam Hubungannya dengan Pengarangnya
______________________________________________________________
Pengarang qashidah Burdah ialah Al-Bushiri (610-695H/1213-1296 M). Nama
lengkapnya Syarafuddin Abu Abdillah Muhammad bin Zaid Al-Bushiri. Selain
menulis Burdah, Al-Bushiri juga menulis beberapa qashidah lain. Di
antaranya Al-Qashidah Al-Mudhariyah dan Al-Qashidah Al-Hamziyah.
Al-Bushiri adalah keturunan Berber yang lahir di Dallas, Maroko, dan
dibesarkan di Bushir, Mesir. Ia murid sufi besar Imam Asy-Syadzili dan
penerusnya yang bernama Abul Abbas Al-Mursi, tokoh Tarekat Syadziliyah.
Di bidang fiqih, Al-Bushiri menganut Madzhab Syafi‘i, madzhab fiqih
mayoritas di Mesir.
Di masa kecilnya, ia dididik oleh ayahnya sendiri dalam mempelajari
Al-Quran, di samping berbagai ilmu pengetahuan lainnya. Kemudian ia
belajar kepada ulama-ulama di zamannya. Untuk memperdalam ilmu agama dan
kesusastraan Arab, ia pindah ke Kairo. Di sana ia menjadi seorang sastrawan
dan penyair yang andal. Kemahirannya di bidang syair melebihi para penyair
pada zamannya. Karya-karya kaligrafinya juga terkenal indah.
Di dalam qashidah Burdah diuraikan beberapa segi kehidupan Nabi
Muhammad SAW, pujian terhadap dia, cinta kasih, doa-doa, pujian terhadap
Al-Quran, Isra Mi’raj, jihad, tawasul, dan sebagainya. Dengan memaparkan
kehidupan Nabi secara puitis, Al-Bushiri tidak saja telah menanamkan
kecintaan umat Islam kepada nabinya, tetapi juga mengajarkan sastra,
sejarah Islam, dan nilai-nilai moral, kepada kaum muslimin.
Oleh karenanya, tidak mengherankan jika qashidah Burdah senantiasa
dibacakan di pesantren-pesantren salaf.
Al-Burdah, menurut etimologi, banyak mengandung arti, antara lain baju
(jubah) kebesaran khalifah yang menjadi salah satu atribut khalifah.
Dengan atribut burdah ini, seorang khalifah bisa dibedakan dengan
pejabat negara lainnya, temanteman, dan masyarakat pada umumnya.
Burdah juga merupakan nama qashidah yang digubah oleh Ka‘ab bin Zuhair
bin Abi Salma yang dipersembahkan kepada Rasulullah SAW.
Ada sebab-sebab khusus dikarangnya qashidah Burdah. Suatu ketika
Al-Bushiri menderita sakit lumpuh sehingga tidak dapat bangun dari
tempat tidurnya. Lalu dibuatnya syair-syair yang berisi pujian kepada
Nabi, dengan maksud memohon syafa’atnya.
Di dalam tidurnya, ia mimpi berjumpa dengan Nabi Muhammad SAW. Nabi mengusap
wajah Al-Bushiri, kemudian dia melepaskan jubahnya dan mengenakannya ke
tubuh Al-Bushiri. Saat ia bangun dari mimpinya, seketika itu juga ia
sembuh dari lumpuhnya.
Al-Bushiri adalah seorang yang menjalani kehidupan sebagaimana layaknya
para sufi, yang tercermin dalam kezuhudannya, ketekunannya beribadah,
serta ketidaksukaannya pada kemewahan dan kemegahan duniawi.
Di kalangan para sufi, ia termasuk dalam jajaran sufi besar. Sayyid
Mahmud Faidh Al-Manufi menulis di dalam bukunya, Jawharat al-Awliya,
bahwa Al-Bushiri tetap konsisten dalam hidupnya sebagai seorang sufi
sampai akhir hayatnya.
Makamnya yang terletak di Iskandaria, Mesir, sampai sekarang masih
diziarahi orang. Makam itu berdampingan dengan makam gurunya, Abul
Abbas Al-Mursi.
Ket :
Makam Al-Bushiri
________________________________________________________________________
Qasidah Burdah dalah Hubungannya dengan Sanungan
Pada Nabi Muhammad SAW
_________________________________________________________________________
Memuji Nabi Muhammad bukanlah menganggap dia sebagai Tuhan.. Menyanjung
Rasulullah adalah mengakui Muhammad SAW sebagai manusia pilihan. “Kami
tidak mengutus engkau (hai Muhammad) kecuali (sebagai) rahmat bagi alam
semesta (wa ma arsalnaka illa rahmatan lil’alamin).” Itu firman Allah.
Sumber ajaran memuji dan mencintai Nabi tak lain adalah Islam itu sendiri.
Dalam sebuah hadits disebutkan, “Didiklah anak-anakmu dalam tiga tahap.
Mencintai Nabi, keluarganya, dan membaca Al-Quran.”
Untuk mencintai kekasih, apalagi dia itu adalah kekasih Tuhan, Al-Quran
mengajarkan dan menganjurkan kepada umat Islam, sebagaimana tertera dalam
Kitabullah, “Sungguh Allah dan para malaikat bershalawat atas Nabi. Hai
orang beriman, bershalawatlah atasnya dan berilah salam kepadanya dengan
sehormat-hormatnya salam.” (QS 33: 56).
Shalawat, jika datangnya dari Allah kepada nabi-Nya, bermakna rahmat dan
keridhaan. Jika dari para malaikat, berarti permohonan ampun. Dan bila
dari umatnya, bermakna sanjungan dan pengharapan, agar rahmat dan
keridhaan Tuhan dikekalkan.
Dalam surah yang lain Allah memuji hamba-Nya yang satu ini dengan, “Sungguh
engkau (hai Nabi) benar-benar dalam budi dan perangai yang tinggi.” Allah
tak pernah memanggil namanya langsung, seperti “hai Muhammad”, melainkan
“hai Nabi”, “hai Rasul”, “hai pria yang berselimut”.
Di samping itu bukankah Baginda sendiri yang menganjurkan kita untuk
menghaturkan sanjungan (madah) terhadap diri dia? Seorang nabi yang
telah digambarkan oleh Al-Quran sebagai “pencurah rahmat bagi seluruh
alam semesta”. Seperti diharapka dia dalam banyak hadits agar kaumnya
banyak menyebut namanya.
“Sebutlah selalu namaku, sungguh shalawatmu itu sampai kepadaku,” sabdanya.
Bahkan dianjurkan agar umat Islam banyak-banyak menyebut namanya di malam
Jum’at. Seperti dalam riwayat lain, sungguh menyebut nama Muhammad SAW
akan dijawab (dengan pahala) berlipat-lipat…..subhanallah….
_______________
Penutup
_______________
Demikian infonya ara kaum muslimin muslimat sekalian. Kiranya dapat
memperluas wawasan ke_islaman kita pun kiranya dapat lebih memberi
pahaman pada kita tentang Qasidah apa yang dilantunkan seseorang
jika kita mendengarkannya.
Dan sebagai penutup, "Qasidah Burdah" untuk anda....dan...
Wassalamu'alaikumwarahmatullahiwabarakatuh....!
___________________________________________________________________________
Cat :
No comments:
Post a Comment