Saturday, February 16, 2013

Boratdo Mangadopi 3 Tantangan Ngolu



Boratdo Mangadopi 3 Tantangan Ngolu 






Boratdo Mangadopi 3 Tantangan Ngolu 

Terdapat tiga tantangan besar dalam kehidupan beragama di tengah masyarakat. Karena itulah. Langkah penguatan moderasi beragama akan dilaksanakan secara kolektif oleh semua komponen bangsa. Dengan demikian diharapkan kehidupan dalam keberagaman semakin baik.

Demikian dikatakan Direktur Penerangan Agama Islam Kemenag RI, Dr. H. Ahmad Zayadi, M. Pd., saat membuka kegiatan Pembinaan Kompetensi Penyiar Agama Islam (PKPAI), Pullman Hotel Jakarta Central Park, Jln. Letjen. S. Parman, Petamburan, Jakarta Barat, Rabu (1/2). Kegiatan tersebut akan berlangsung hingga hari Jum'at (3/2).

Dia menjelaskan, ketiga tantangan besar itu adalah berkembangnya pemahaman dan pengamalan beragama yang berlebihan, misalnya menganut pemahaman yang ekstrim. “Padahal, segala yang berlebih-lebihan itu tidak baik. Sebaik-baik perkara adalah yang tengah tengah,” katanya.

Selain itu, masyarakat sekarang dihadapkan pada satu kelompok yang memunculkan klaim bahwa kebenaran hanya miliknya sendiri. Mereka kadang tidak bisa membedakan mana yang tafsir, mana yang fikih, dan mana yang jihad. Fikih dan tafsir itu produkk manusia. Apa saja namanya, jika produk manusia selalu saja terbatas ruang dan waktu. 

Tantangan besar lainnya adalah munculnya pemahaman yang merongrong Negara Kesatuan Republik Indonesia. Misalnya mereka ingin mengubah ideologi Pancasila dengan ideologi yang diinginkannya. “Kawan kawan para penyiar agama Islam harus menjadi ujung tombak dalam memberikan pemahaman seputar masalah ini,” katanya.   

Saat ini indeks kerukunan semakin hari semakin baik. Kondisi tersebut tidak terlepas dari keterlibatan semua pihak. Termasuk kontribusi dari penyiar radio dan dari Moderate Millennial Agent (MMA). Dalam kaitan itu, pengalaman-pengalaman yang baik tentu tidak hanya dirawat, namun juga akan kembangkan.

Potensi keberagaman 

Ahmad Sayeti mengungkapkan, Indonesia adalah negeri dengan keberagaman dalam berbagai hal. Keberagaman tersebut menjadi potensi yang luar biasa baik, jika semua pihak mampu mengelolanya menjadi satu kesatuan yang utuh. Tetapi sebaliknya, jika tidak dikelola dengan baik, akan menjadi sumber disintegrasi.

Menyikapi keragaman bangsa Indonesia semacam itu, maka para pendiri bangsa ini sungguh sangat terpuji, tidak mengambil salah satu agama tertentu sebagai dasar negara. Akan tetapi mereka sepakat menjadikan Pancasila sebagai dasar berbangsa dan bernegara. 

Itu sebabnya Indonesia disebut dengan Darul Mitsaq, yakni negara dengan kesepakatan antarkelompok masyarakat yang berbeda-beda atau negara perjanjian. Kondisi dan latar budaya yang beragam menjadikan Pancasila sebagai dasar negara. Kendati Indonesia tidak berdasarkan agama, namun hak-hak warganya dalam beragam jamin negara. 

Pancasila itu mempunyai faham kebangsaan yang berketuhanan. Kemudian kebangsaan berketuhanan mengintegrasi semua sikap warganya, sikap kebangsaan dan sikap kenegaraan. Muaranya pada Ketuhanan Yang Maha Esa sebagai center dari sila sila yang ada dalam Pancasila. 

“Mengapa harus moderat, kenapa harus Pancasila? Jawabannya, moderasi beragama adalah akhlak. Bisa diartikan, cara kita merawat keberagaman Indonesia itu adalah dengan cara moderasi beragama. Kita merawat keindonesiaan kita, keragaman kita, saling saling menghargai,” tuturnya. 

Dia menegaskan, visinya adalah Moderasi beragama dan bukan moderasi agama. Karena agama sejatinya sudah sangat moderat, karena agama diciptakan Tuhan. Maka yang dimoderasikan adalah cara beragamanya. Tugas para agen moderasi beragama membawa yang kanan dan kiri ke tengah. 

“Moderasi beragama adalah cara kita merawat agama, maka buah dari ikhtiar kita adalah kerukunan antar-umat beragama, dan kerukunan hidup internal umat beragama. Kerukunan adalah buah dari kita memperjuangkan moderasi beragama,” katanya.


____
Cat :
PopCash.net PopAds.net - The Best Popunder Adnetwork PopCash.net

No comments:

Post a Comment